Abstrak
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) menunjukkan persentase perempuan15-19 tahun di pedesaan yang pernah melahirkan (13,7%) lebih tinggi dibanding di perkotaan (7,3%). Laporan LB3 KIA 2013 Puskesmas Cipaku melaporkan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 97 orang dan oleh dukun (paraji) sebanyak 52 orang. Cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan sudah cukup baik (78,05% ), akan tetapi peran dukun dalam penolong persalinan khususnya pada ibu usia remaja masih cukup besar (20,5%).Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai praktik pemilihan penolong persalinan pada ibu usia remaja dengan desain penelitian Rapid Assessment Procedure (RAP).Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada 3 ibu remaja yang bersalin pada tenagakesehatan (2 bukan KTD dan 1 KTD); 4 ibu remaja yang melakukan persalinan dengan dukun (2bukan KTD dan 2 KTD); 9 informan lain yang terdiri dari keluarga, bidan koordinator dandukun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pemilihan penolong persalinan dengantenaga kesehatan didasari oleh perasaan aman ibu. Sementara pemilihan persalinan dengandukun dilatar belakangi oleh pengalaman keluarga dalam menggunakan jasa dukun (paraji). Selain itu kurangnya pengetahuan dikalangan remaja mengenai kehamilan, persalinan, dankomplikasi-komplikasi yang bisa timbul. Di rekomendasikan kepada Dinas Kesehatan danPuskesmas setempat perlu diupayakan peningkatan program advokasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja serta penyebar luasan informasi secara merata. Kata kunci : Praktik Pemilihan Penolong Persalinan, Ibu Usia Remaja, Kehamilan yang Tidak Di inginkan (KTD), dan Kehamilan yang Di inginkan (bukan KTD).