Abstrak
Latar Belakang :Pencapaian indikator program TB Paru di Kabupaten Bogor menunjukan angka yang masih rendah, hal ini disebabkan antara lain oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan strategi DOTS terutama dukungan alokasi anggaran. Tujuan : untuk mengetahui alokasi anggaran yang digunakan dan kecukupan anggaran yang seharusnya dibutuhkan dalam program penanggulangan TB Paru. Metode penelitian melalui observasi yaitu berdasarkan kajian dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, terutama menyangkut aspek anggaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa alokasi anggaran yang digunakan pada program penanggulangan TB Paru Tahun 2002 sebesar Rp 56.506.000 atau kekurangan anggaran sebesar Rp 1.384.005.955. dari analisis kecukupan anggaran sebesar 1.413.273.955,; Tahun 2003 alokasi anggaran sebesar Rp 181.880.000,- atau kekurangan Rp 1.393.811.560,- dari analisis kecukupan anggaran sebesar Rp 1.575.691.560,- ; Tahun 2004 alokasi anggaran sebesar Rp 21.712.400,- atau kekurangan sebesar Rp 1.621.881.850,- dari analisis kecukupan anggaran sebesar Rp 1.918/242.600,- ; Tahun 2005 alokasi anggaran sebesar Rp 100.887.450,- atau kekurangan 2.284.737.050,- dari analisa kecukupan anggaran sebesar Rp 2.452.000.500,- , sedangkan untuk Tahun 2006 yang akan datang analisis perkiraan kecukupan anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 2.522.293.655,-. Jumlah kecukupan anggaran tersebut berpedoman pada kegiatan-kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam strategi DOTS. Kesimpulan : Tahun 2002 kekurangan kecukupan anggaran 98 %, Tahun 200 sebsar 88,4 %, Tahun 2004 sebesar 84,5 %.dan Perkiraan kecukupan anggaran untuk Tahun 2006 sebesar Rp 2.523.293.655,- Kata Kunci : Kecukupan dan perkiraan anggaran, Indikator program,
Background: Performance indicator of lung tuberculosis in Bogor shows a low number; it is caused by all activities implemented are not carried out completely according to DOTS strategy, especially on budget allocation support. Purpose: To know budget allocation used and budget sufficiency needed in lung tuberculosis overcoming program. Research method: Through observation based on study of Bogor’s Health Department report, especially on budgeting aspect. Result: It shows that budget allocation used on program in overcoming lung tuberculosis on 2002 as much as 56.506.000 rupiahs, or having lacked of budget equal to 1.384.005.955 rupiahs from budget sufficiency analysis 1.413.273.955 rupiahs; year 2003, budget allocation181.880.000 rupiahs, having lacked of budget equal to 1.393.811.560 rupiahs from budget sufficiency analysis 1.575.691.560 rupiahs; year 2004, budget allocation 21.712.400 rupiahs, having lacked of budget equal to 1.621.881.850 rupiahs from budget sufficiency analysis 1.918.242.600 rupiahs; year 2005, budget allocation 100.887.450 rupiahs, having lacked of budget equal to 2.284.737.050 rupiahs from budget sufficiency analysis 2.452.000.500 rupiahs; while for up coming year, 2006, budget sufficiency analysis needed is 2.522.293.655 rupiahs. The number of this budget sufficiency is based on activities which are specified in DOTS strategy. Conclusion: In the year of 2002 having lacked of budget 98%; year 2003 88.4 %; year 2004 84.5 %; and budget sufficiency prediction for 2006 is 2.523.293.655 rupiahs. Key words: Sufficiency and budget estimation, indicator of program.