Abstrak
Tingginya prevalensi IMS pada kelompok berisiko salah satunya yaitu wanita penjaja seks tidak langsung, diakibatkan oleh rendahnya proporsi penggunaan kondom sebagai upaya untuk mencegah penularan IMS pada wanita penjaja seksual tidak langsung. Data STPB 2013 menunjukan bahwa proporsi penggunaan kondom secara konsisten hanya sekitar 36% . Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan IMS pada wanita penjajak seks tidak langsung (WPSTL). Penelitian ini menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku tahun 2013 dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah WPSTL dari 9 kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki data lengkap dalam STBP 2013 dengan jumlah 594 responden. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan upaya pencegahan IMS pada WPSTL yaitu keterpaparan pelayanan kesehatan(Pvalue 0,001; PR 2,3 95%CI 1,5-3,6); akses kondom (Pvalue 0,001; OR 2,6 95%CI (1,7-4,2); kepemilikan kondom (Pvalue 0,001; OR 3,6 95%CI 2,2- 5,7); layanan konseling dan tes HIV (Pvalue 0,015; OR 1,17 95%CI 1,1-2,7), dukungan pelanggan (Pvalue 0,04; OR 3,96 95%CI 2,12-7,38); dukungan pengelola tempat hiburan ( Pvalue 0,001; OR 3,04 95%CI 1,6-5,5); dan dukungan petugas kesehatan (Pvalue 0,001; OR 3,04 95%CI 1,0-5,2). Peningkatan upaya pencegahan IMS oleh WPSTL melalui pendidikan dan pelatihan terkait IMS dan HIV agar prevalensi penularan IMS melalui hubungan seksual berisiko semakin berkurang. Kata kunci : Infeksi Menular Seksual, Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung, kondom, Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku tahun 2013