Abstrak
Target cakupan ASI eksklusif oleh Kemenkes RI sebesar 50% masih sulit
dilaksanakan. Berbagai studi menunjukkan bahwa prevalensi ASI eksklusif di
Indonesia masih rendah. Pada kenyataannya, jumlah bayi yang benar-benar
mendapat ASI eksklusif jauh lebih sedikit dari angka nasional sehingga dalam
penelitian ini digunakan istilah ASI predominan. Namun, kampanye ASI eksklusif
perlu terus dilanjutkan karena setidaknya akan meningkatkan prevalensi ASI
predominan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan lama pemberian ASI predominan di Kecamatan Beji, Depok
tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional yang dilakukan pada 140 orang ibu menyusui. Uji yang dilakukan
adalah uji chi-square untuk analisis bivariat, serta uji regresi logistik ganda untuk
analisis multivariat. Hasil menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan
yang rendah, status ekonomi kurang mampu, asupan energi <80% AKG (<2080
kkal/hari), serta asupan protein dan lemak <80% AKG akan berisiko untuk
memberikan ASI predominan kurang dari 6 bulan. Asupan energi ibu menyusui
merupakan faktor dominan (OR = 5,42) terhadap lama pemberian ASI
predominan. Selama 6 bulan pertama menyusui, ibu yang asupan energinya <80%
AKG (<2080 kkal/hari) berisiko 5 kali lebih besar untuk memberikan ASI
predominan kurang dari 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang asupan energinya
≥80% AKG (≥2080 kkal/hari). Sangat penting melakukan peningkatan asupan
energi selama menyusui sesuai anjuran, sebab gizi pada ibu menyusui sangat erat
hubungannya dengan produksi ASI. Hasil ini diharapkan dapat memberikan
masukan untuk program dan kebijakan promosi kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif di Indonesia serta memberi masukan
kepada ibu menyusui untuk meningkatkan asupan energinya selama menyusui
agar semua ibu bisa memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan.
Kata kunci: asupan energi, ibu menyusui, ASI predominan