Abstrak
WHO menyatakan bahwa penyebaran leptospirosis di dunia meluas terutama padadaerah dengan iklim tropis dan sub tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Tikussebagai binatang yang dekat keberadaannya dengan manusia merupakan sumberpenularan leptospirosis yang ada di Indonesia. Kejadian leptospirosis diKabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai tahun 2015 selalu menduduki rangkingtertinggi apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Disamping tingginya angkakesakitan, angka kematian penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul juga relatiftinggi bila dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor lingkungandan individu yang berisiko terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten BantulProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016 dengan menggunakan desaincase control. Sampel penelitian menggunakan data penderita leptospirosis diKabupaten Bantul dari bulan Januari-Mei 2016. Penelitian ini difokuskan padafaktor risiko lingkungan serta faktor individu. Jumlah penderita yangditemukan/dilaporkan pada periode bulan Januari sampai dengan Mei 2016sebanyak 34 kasus. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Leptospirosis diKabupaten Bantul Pekerjaan (nilai p=0,001; OR=7,35; CI 95%=2,290-23,571), ,dan Perilaku (nilai p=0,028; OR=3,43; CI 95%=1,255-9,370), Perawatan luka(nilai p=0,014; OR=3,97; CI 95%=1,426-11,040), Pengetahuan (nilai p=0,015;OR=3,83; CI 95%=1,403-10,477) Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktoryang berhubungan dengan kejadian leptospirosis adalah faktor pekerjaan, faktorperilaku, perawatan luka dan pengetahuan.
Kata kunci: Leptospirosis, Pekerjaan, Perilaku, Pengetahuan, Tikus
WHO stated that the spread of leptospirosis in the world extends mainly inregions with tropical and sub tropical climates where rainfall is high. Mice as theanimals close to the human existence is a source of leptospirosis of transmissionin Indonesia. The incidence of leptospirosis in Bantul District from 2012 to 2015always ranks highest when compared with other districts. Besides the highmorbidity, mortality rate of patients with leptospirosis in Bantul also relativelyhigh when compared with other r districts in the province of Yogyakarta. Thepurpose of this study was to determine the relationship between environment andindividuals at risk of incidence of leptospirosis in Bantul district of YogyakartaSpecial Province in 2016 using case control design. Sample research using dataleptospirosis patients in Bantul district of the month from January to May 2016.The study focused on environmental risk factors as well as individual factors. Thenumber of cases detected / reported in the period January to May 2016 as many as34 cases. Factors associated with the incidence of leptospirosis in Bantul Districtoccupational (p = 0.001; OR = 7.35; 95% CI = 2.290 to 23.571), behavior (p =0.028; OR = 3.43; 95% CI = 1.255 to 9.370), wound care (value p = 0.014; OR =3.97; 95% CI = 1.426 to 11.040), and knowledge (p = 0.015; OR = 3.83; 95% CI= 1.403 to 10.477). This study concluded that the factors associated with theincidence of leptospirosis is a occupational, behavior, wound care and knowledge
Keywords: Leptospirosis, Occupational, Behavior, Knowledge, Rodents