Abstrak
Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di Jalur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Posisi wilayah Indonesia yang rawan ini menyebabkan terjadinya bencana alam, non alam dan bencana sosial. 1. Penelitian ini tentang bencana erupsi pengungsi Sinabung diperkirakan memberikan pengaruh terhadap status gizi, yaitu proporsi status gizi kurang (KEP) pada anak balita umur 13-60 bulan (27%) lebih tinggi dibandingkan anak balita kelompok umur 0-12 bulan (17%). Berdasarkan kriteria internasional kondisi dengan prevalensi di atas 15% KEP (BB/TB) diklasifikasikan sebagai situasi sangat kritis. 2. Penyebab perubahan status gizi terhadap pengungsi Sinabung kelompok umur balita adalah disebabkan dua variabel yang dapat diprediksi memberikan kontribusi pengaruh bencana erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara terhadap status gizi balita, variabel tersebut adalah diare dan pendidikan ayah. a. Pada variabel tidak diare didapatkan nilai OR = 0.741 yang berarti balita yang memiliki tidak diare memiliki kecenderungan untuk mengalami gizi kurang sebesar 0,7 kali lebih besar dibandingkan balita yang mengalami diare. b. Pada variabel tidak tahu didapatkan nilai OR = 1.330 yang berarti balita yang memiliki tidak tahu memiliki kecenderungan untuk mengalami gizi kurang sebesar 1,3 kali lebih besar dibandingkan balita yang mengalami diare di wilayah pengungsian. c. Pada variabel pendidikan ayah tinggi didapatkan nilai OR = 1.135 yang berarti balita yang memiliki ayah dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan untuk mengalami gizi kurang sebesar 1,1 kali lebih besar dibandingkan balita yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah. d. Pada variabel pendidikan ayah tidak tahu didapatkan nilai OR = 1.835 yang berarti balita yang memiliki ayah dengan pendidikan tidak tahu memiliki kecenderungan untuk mengalami gizi kurang sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan balita yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah di wilayah pengungsian. Beberapa saran dari penulis antara lain; 1. Proporsi status gizi kurang pada balita di pengungsian pasca bencana erupsi Gunung Sinabung tahun 2014 membutuhkan perhatian kita semua dari berbagai kalangan untuk memperhatikan perbaikan gizi di sana. 2. Penanganan penyakit diare pada balita perlu mendapat perhatian untuk segera dicegah agar tidak berakibat pada terjadinya gizi kurang. 3. Perbaikan dan peningkatan pemberian makanan tambahan dengan target semua anak terutama pada umur 13-60 bulan dan pada bayi dan balita laki-laki. 4. Pendampingan kepada ibu yang belum paham dalam hal pola asuh dan pola makan anak berupa pengetahuan dan bantuan makanan pada ibu menyusui dan pengaturan makanan pada bayi dan balitanya. 5. Jumlah anggota keluarga besar lebih diutamakan dan mendapat makanan yang seimbang dan adil bagi tiap anggota keluarga agar tidak mempengaruhi status gizi bayi dan balita yang dimiliki.
Kata kunci: bencana, letusan gunung, Sinabung, gizi, balita

Indonesia is an archipelago located in the Pacific Ring of Fire Line (Pacific Ring of Fire). The position of Indonesia is prone to natural disasters cause, non-natural and social disasters. 1. This research is about the eruption of Sinabung refugees expected to impact the nutritional status, ie the proportion of status malnutrition (PEM) among children aged 13-60 months (27%) higher than children under the age group of 0-12 months (17% ). Based on international criteria above conditions with a prevalence of 15% PEM (W / H) are classified as very critical situation. 2. Causes of change in the nutritional status of refugees Sinabung toddler age group are due to two variables that can be predicted to contribute to the eruption of Mount Sinabung influence the Karo district of North Sumatra to the nutritional status of children, these variables are diarrhea and father's education. a. In no variable values obtained diarrhea OR = 0.741, which means the toddler who had no diarrhea have a tendency to experience malnutrition by 0.7 times more than infants with diarrhea. b. In the variable does not know the value obtained OR = 1.330, which means toddlers who have no idea more likely to have malnutrition at 1.3 times greater than infants who had diarrhea in the evacuation area. c. In higher education variable father got value OR = 1,135 which means that infants whose fathers with higher education have a tendency to experience malnutrition is 1.1 times greater than toddlers whose fathers with low education. d. In the education variable father does not know the value obtained OR = 1,835 which means a toddler who had a father with education do not know have a tendency to experience malnutrition was 1.8 times greater than toddlers whose fathers with low education in a refugee. Some suggestions from the author, among others; 1. The proportion of under nutrition in infants in refugee camps after the eruption of Mount Sinabung in 2014 requires all of our attention from various circles to pay attention to nutrition there. 2. Handling of diarrheal disease in children under five need attention to be prevented so as not to result in the occurrence of malnutrition. 3. Repairs and upgrades with targeted supplementary feeding all the children, especially at age 13-60 months and infant and young men. 4. Assistance to mothers who do not understand in terms of parenting and child's diet in the form of knowledge and of food aid in breastfeeding mothers and arrangement of food in infants and toddlers. 5. The number of extended family members are preferred and got food balanced and fair to all members of the family so as not to affect the nutritional status of infants and toddlers owned.
Keywords: disaster, eruption, Sinabung, nutrition, toddler