Abstrak
Stunting atau pendek merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yangmencerminkan kegagalan pertumbuhan linier yang disebabkan oleh multifaktor.Anak balita yang mengalami stunting didahului dengan gagal tumbuh dan melaluiserangkaian proses yang panjang serta bersifat irreversible. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko kejadian stunting pada balita usia24-59 bulan di Indonesia berdasarkan data IFLS 2014. Desain penelitian adalahcross sectional dengan jumlah sampel balita usia 24-59 yaitu 2.790 orang.Stunting diperoleh dari pengukuran tinggi badan kemudian dikategorikanberdasarkan nilai Z-score TB/U. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 21,97%balita stunting dan 9,57% stunting parah. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwaberat lahir, penyapihan, status anemia, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaanibu, paritas ibu, dan daerah tempat tinggal memliki hubungan signifikan denganstunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominankejadian stunting dengan nilai OR = 2,545. Penelitian ini menyarankan kepadapemerintah untuk membuat kebijakan dan program gizi untuk remaja, programkesehatan untuk ibu hamil seperti pemberian paket nutrisi dan pemantauan khususanak BBLR dengan pemberian suplemen tambahan. Karena faktor dominanterjadinya stunting adalah BBLR, maka perlu memprioritaskan program yangmenurunkan risiko terjadinya BBLR, yaitu calon ibu hamil, remaja putri, dan ibuhamil tidak anemia dan tidak mengalami KEK, melalui minum TTD sesuaianjuran dan menerapkan pola makan bergizi seimbang.Kata Kunci : Stunting, Berat Lahir, usia 24-59 bulan.