Abstrak
ABSTRAK Pendahuluan: Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) adalah komposit indeks malnutrisi yang dibagi menjadi tujuh indikator. Faktor risiko kejadian CIAF diantaranya ASI eksklusif, desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), jamban sehat, posyandu aktif, kemiskinan, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu balita. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap secara lokal dan secara global dan mengetahui perbedaan faktor yang menjadi prediktor CIAF di setiap kabupaten/kota Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Analisis penelitian menggunakan analisis spasial menggunakan MGWR. Hasil: Hasil analisis F hitung < F tabel (0,47 < 2,25) sehingga tidak ada variasi spasial di Kalimantan namun ada variabel yang signifikan di wilayah lokal atau per kabupaten/kota yaitu pendidikan ibu yang rendah dan posyandu aktif thitung > t tabel (0,025;49 = 2,009). Nilai R-square pemodelan MGWR sebesar 52.56% sehingga model ini cukup dalam menggambarkan variasi CIAF di Kalimantan. Kesimpulan: Variabel yang berpengaruh secara spasial di kabuaten/kota adalah variabel tingat pendidikan ibu yang rendah dan posyaandu aktif sedangkan hasil analisis di Kalimantan tidak ada variasi spasial. Faktor tingkat pendidikan ibu yang rendah dan posyandu aktif yang menjadi prediktor kejadian CIAF secara lokal. Tingkat pendidikan ibu signifikan diseluruh kabupaten/kota, sedangkan posyandu aktif signifikan di 14 kabupaten/kota. Kata kunci: CIAF, malnutrisi, MGWR, spasial Background: The Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is a composite index of malnutrition that is divided into seven indicators. Risk factors of CIAF are exclusive breastfeeding, Universal Child Immunization (UCI) villages, avaibility of latrines, poverty, maternal education level, active integrated service post, and employment status of toddler mothers. This study was conducted to determine the variables that affect lokally and globally and to know the differences in factors that predict CIAF in each district that affect spatial malnutrition incidence in infants. Method: This study used a quantitative approach using cross sectional study design. The research analysis used spatial analysis using MGWR. Results: The result of F value < F table (0,47 <2,25), there is no spatial variability in Kalimantan but there are significant variables in lokal area (i.e., low maternal education and active integrated service post (t value> t table 0.025; 49 = 2,009). MGWR analysis for CIAF resulted in a 52.56% so this model is strong to describe the variation of CIAF in Kalimantan Conclusion: The variables that have spatial variability in lokal area are low education maternal education variable and active active integrated service post, while analysis result in Kalimantan no spatial variability. Factors of low level of maternal education and active integrated service post, become predictors of CIAF incidence. Maternal education level is significant across districts, while avtive integrated service post is significantly active in 14 district /municipalities. Keywords: CIAF, malnutrition, MGWR, spatial