Abstrak
Konstruksi menjadi salah satu pekerjaan paling berisiko terkena gangguan akibat paparan tekanan panas. Tekanan panas terjadi akibat dari kombinasi temperatur lingkungan kerja, panas metabolik tubuh pekerja, pakaian kerja, serta karakteristik pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2019 dengan 181 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks WBGT outdoor berkisar antara 25,3oC hingga 36,8oC. Setelah dibandingkan dengan PERMENKES nomor 70 tahun 2016, diketahui bahwa 100% pekerja mengalami kejadian tekanan panas. Hasil kuesioner menunjukkan 174 responden (96%) mengalami setidaknya satu keluhan kesehatan, dengan keluhan tertinggi yaitu banyak berkeringat (92,3%). Hasil pengukuran efek fisiologis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari tekanan darah, denyut nadi, saturasi oksigen, dan suhu tubuh antara sebelum bekerja dengan setelah bekerja (nilai p < 0,05). Berdasarkan hal tersebut, manajemen proyek disarankan untuk melakukan berbagai upaya dalam pengendalian tekanan panas, untuk meminimalisir dampak gangguan akibat panas pada pekerja. Kata kunci: Tekanan panas, gangguan kesehatan, efek fisiologis