Abstrak
Kasus diare di Muara Angke masih cukup tinggi terutama di wilayah pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) karena kondisi sanitasi lingkungan yang masih tergolong kurang memadai serta perilaku higiene masyarakat yang tidak baik. Kasus diare pada kelompok umur balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya karena balita memiliki daya tahan yang lebih lemah. Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi Escherichia coli pada air minum dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah crossectional dengan jumlah sampel 95 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontaminasi Escherichia coli dalam air minum (4,67; 1,96-11,09), faktor balita [status imunisasi (5,69; 2,24-14,44)], faktor ibu [tingkat pendidikan (2,98; 1,22-7,31), tingkat pengetahuan (8,38; 2,98-23,59), status ekonomi keluarga (3,23; 1,32-7,91), perilaku mencuci tangan (5,17; 2,16-12,38), dan perilaku memasak air minum (4,75; 1,97-11,47)], faktor lingkungan [kondisi fisik jamban (14,44; 5,29-39,41)] dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019 adalah kondisi fisik jamban (20,08; 4,65-86,81).