Abstrak
Penelitian ini menganalisis impelementasi Clinical Pathway (CP) Typhoid fever melalui
deskripsi utilisasi pelayanan serta tagihannya pada periode sebelum dan sesudah
implemenatsi CP. Studi dilakukan di RS PMI Bogor bertujuan untuk mengeksplor
siklus pembuatan CP serta utilisasi pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga
menimbulkan tagihan baik pada periode sebelum maupun sesudah implementasi CP.
Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan tahapan dalam pembuatan CP dan
metode kuantitatif digunakan untuk mengeksplor utilisasi layanan dan tagihan yang
ditimbulkan serta melihat signifikansi implementasi CP terhadap utilisasi pelayanan dan
billing. Simulasi INA-CBG juga dilakukan akibat temuan dalam penelitian. Adapun
data yang digunakan dalam studi adalah data dari sistem informasi rumah sakit, billing
dan rekam medis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan tidak adanya signifikansi/perubahan
pada utilisasi pelayanan secara statistik p-value <0.05 antara kelompok pada periode
sebelum dan sesudah implementasi CP melalui Uji T dan Uji non parametric Mann-
Whitney U dengan tingkat kepercayaan 95%. Namun secara substansi terjadi perubahan
tagihan pasca implementasi clinical pathway Typhoid fever dari Rp. 4,269,051
meningkat menjadi Rp. 5,225,384. Setelah dilakukan penyesuaian obat yang berfungsi
terapeutik dan simtomatik terhadap Typhoid fever, maka total tagihan menjadi Rp.
4,771,016 dan meningkat menjadi Rp. 5,959,796. Proses pencatatan diagnosis di dalam
rekam medis menjadi isu di RS PMI Bogor. Dengan adanya potensi undercode yang
mempengaruhi severity level kasus INA-CBGs (A-4-14), rumah sakit berpotensi
kelilangan sebesar Rp. 485,200 hingga Rp. 1,450,400.