Abstrak
enyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit kronis yang memiliki potensi kejadian readmisi dengan beberapa determinan yang saling berkaitan. Jika determinan ini dapat dicegah maupun dikendalikan maka ada kemungkinan kejadian ulangan dapat dicegah pula. Tesis ini membahas hubungan kepatuhan penerapan clinical pathway terhadap readmisi Penyakit Paru Obstruktif Kronis di RS St Elisabeth Lela Kabupaten Sika tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pendekatan kuantitarif. Terdapat 3 kelompok determinan yang berhubungan dengan readmisi pasien PPOK yaitu faktor fasilitas kesehatan rujukan (kepatuhan implementasi clinical pathway), faktor follow up pengobatan (follow up ke Instalasi Rawat Jalan dan Puskesmas), serta faktor pasien (umur, jenis kelamin, penyakit penyerta dan penyakit penyulit). Hasil penelitian mengungkap variabel dominan yang berkaitan dengan kejadian readmisi pasien PPOK di rumah sakit adalah penyakit penyulit, setelah dikontrol oleh kepatuhan implementasi clinical pathway dan kunjungan kontrol pasien ke Puskesmas. Diperlukan perbaikan implementasi clinical pathway terutama pada indikator gizi pasien serta penerapan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) yang menjadi jembatan antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) sehingga pasien PPOK mendapatkan tatalaksana berkesinambungan dari fasilitas kesehatan rujukan ke fasilitas kesehatan primer maupun sebaliknya.
As one of chronic diseases, COPD patient has a potential to excacerbate and readmitted to hospital, having few relatable determinants if which avoided or controlled can give a chance of avoidable excacerbation and or readmssion.This thesis discusses how clinical pathway implementation adherence influences Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) readmission in St Elisabeth Lela Hospital in Sikka District 2019. This research used cross sectional design with quantitative approach. Variables analyzed were within 3 determinant groups related to COPD patient readmission : referral health facilites (clinical pathway implementation adherence), treatment follow up (to policlinics or primary care health facilities) and patient (age, gender, comorbidities and complications). Research result suggest that complications dominantly related to patient readmission, controlled with clinical pathway implementation adherence and follow up visits to primary care health facility. Further improvement on clinical pathway implementation is needed especially for the nutrition indicator and also the need to put Case Manager into practice to coordinate health proffesionals surrounding and taking take of COPD patients in hospital to be able to attain continued treatment from referral to primary care health facilities and vice versa