Abstrak
Epidemi HIV di Indonesia terkonsentrasi pada beberapa kelompok tertentu yang berisiko tinggi terhadap HIV dan salah satunya adalah kelompok LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki). Berdasarkan beberapa penelitian di negara lain, tindakan sirkumsisi (sunat) merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV pada lelaki, dan sirkumsisi telah dilakukan oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam. Namun di Indonesia, sirkumsisi belum masuk dalam program pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS serta masih minimnya penelitian terkait sirkumsisi terhadap HIV pada kelompok LSL. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sirkumsisi terhadap status HIV pada LSL di Indonesia Tahun 2018/2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) HIV AIDS tahun 2018/2019 dengan desain penelitian potong lintang dan jumlah sampel sebesar 4.284 LSL di 19 Kabupaten/Kota terpilih STBP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL yang tidak pernah melakukan sirkumsisi berisiko 1,27 kali lebih tinggi untuk positif HIV dibandingkan dengan LSL yang pernah melakukan sirkumsisi setelah dikontrol dengan variabel konsistensi penggunaan kondom dan pendidikan. Kerja sama antara pemerintah dan CSO (Civil Society Organization) menjadikan sirkumsisi yang mudah, murah, dan aman; sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan HIV diharapkan dapat melengkapi program upaya pencegahan lainnya yang sudah berjalan.
The HIV epidemic in Indonesia is concentrated in certain groups that are at high risk of HIV and one of them is the MSM (Men Sex with Men) group. Based on several studies in other countries, circumcision (sunat) is an effort to prevent HIV transmission in men, and circumcision has been carried out by the majority of Indonesia's population who are predominantly Muslim. However, in Indonesia, circumcision has not been included in the HIV AIDS prevention and control program and there is still a lack of research related to circumcision on HIV in the MSM group. The purpose of this study was to determine the relationship between circumcision and HIV status in MSM in Indonesia 2018/2019. This study used secondary data from the Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) for HIV AIDS 2018/2019 with a cross-sectional design study and a sample size of 4,284 MSM in 19 selected IBBS districts/cities. The results showed that MSM who never performed circumcision had a 1.27 times higher risk of being HIV positive compared to MSM who had circumcised after being controlled with the consistency of condom use and education variables. The collaboration between the government and CSOs (Civil Society Organizations) to make circumcision easy, cheap, and safe as part of efforts to prevent HIV transmission is expected to complement other existing prevention programs