Abstrak
ervisitis merupakan bagian dari Infeksi Menular Seksual (IMS), dengan
perkembangan bidang sosial, demografik dan meningkatnya migrasi penduduk, populasi
berisiko tinggi akan semakin meningkat. WHO memperkirakan 376 juta infeksi baru
dengan 1 dari 4 IMS yaitu: klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3 juta) dan
trikomoniasis (156 juta). Penelitian Gatot dkk menunjukkan 11,9 % pasien mengalami
servisitis. Penelitian Iskandar, dkk prevalensi infeksi serviks (klamidia 9,3 % dan
gonore 1,2 %). Berdasarkan hasil SDKI, terjadi peningkatan tren pemakaian kontrasepsi
di Indonesia sejak tahun 1991 sampai 2017. Secara statistik terdapat hubungan yang
signifikan antara servisitis dengan infeksi HPV, sehingga bila servisitis tidak ditangani
dengan baik, maka akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HPV. Seseorang dengan
gejala servisitis mukopurulen meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
kejadian servisitis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional
study. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan IVA puskesmas
yang didampingi Female Cancer programme (FcP) di DKI Jakarta tahun 2017-2019.
Jumlah sampel 3563 orang, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang
digunakan logistic regression. Prevalensi penyakit servisitis pada penelitian ini 11,20%.
Terdapat hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian servisitis yang
bermakna signifikan secara statistik dengan p-value =0,0000 POR 1,673 95% CI (1,323
- 2.115). Perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala pada perempuan yang
menggunakan kontrasepsi hormonal untuk mencegah terjadinya servisitis dan .kanker
leher rahim


Cervicitis is one of the Sexually Transmitted Infections (STIs). There is a
correlation between socio-demographic development and migration with increase of the
number of high-risk populations. WHO estimates there are 376 million new infections
by 1 out of 4 STIs, such as chlamydia (127 million), gonorrhea (87 million), syphilis
(6.3 million) and trichomoniasis (156 million). Gatot et al, showed that 11.9% of
patients had cervicitis. Iskandar, et al, also showed the prevalence of cervical infections
(chlamydia 9,3% and 1,2% gonorrhea). Based on the results of the SDKI, there had
been an increasing trend in contraceptive use in Indonesia from 1991 to 2017. There
was a statistically significant association between cervicitis and HPV infection. It will
increase the risk of getting infected by HPV if cervicitis is left untreated. Additionally, a
person with mucopurulent cervicitis symptoms has an increased risk of cervical cancer.
This study aims to determine the relationship between the use of hormonal
contraceptives and the incidence of cervicitis. This is a quantitative study with a cross
sectional study design. This study used secondary data from the results of the VIA
examination at the primary health care supervised by the Female Cancer Program (FcP)
in DKI Jakarta in 2017-2019. The number of samples were 3563 people, who met the
inclusion and exclusion criteria. This study used logistic regression to analyze the data.
The prevalence of cervicitis in this study was 11.20%. There is a relationship between
hormonal contraceptive use and the incidence of cervicitis which is statistically
significant with p-value<0.0001. Thus, it is necessary to carry out periodic checks on
women who use hormonal contraception to prevent cervicitis and cervical cancer.