Abstrak
Tantangan resistensi antimikroba yang dihadapi Indonesia serupa dengan banyak negara di Kawasan Asia dan sekitarnya. Hasil survei penggunaan antimikroba yang dilakukan EXPLAIN* (Exploration of Antimicrobial Consumption to Identify Targets for Quality Improvement in Indonesian Hospitals) di seluruh bangsal rawat inap RS Royal Taruma tanggal 19-22 Maret 2019 dari 100 pasien yang diteliti didapatkan hasil penggunaan antibiotik empiris sebanyak 97% yang terdiri dari 81% untuk terapi empiris, 12 % profilaksis medis, 4% profilaksis bedah, dengan diagnosis terbanyak untuk pemberian antibiotik adalah tifoid, pneumonia dan demam berdarah. Pasien tanpa indikasi yang jelas mendapatkan antibiotik sebanyak 16%. RS Royal Taruma pada bulan November 2018 membentuk Tim PPRA untuk mendukung program nasional dan mengurangi penggunaan antibiotik irasional di RS Royal Taruma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan PPRA terhadap penggunaan antibiotik di RS Royal Taruma. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menganalisis penggunaan antibiotik secara kuantitatif DDD (Defined daily doses)/100 patient-days secara berkala dengan mengambil data sekunder Tim PPRA triwulan di bulan Februari, Mei dan Agustus 2020. Dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam 14 sumber informan untuk mengetahui tentang persepsi, pendapat, pikirannya tentang penggunaan antibiotik terkait dengan impelementasi kebijakan PPRA di RS Royal Taruma. Dari hasil DDD/100 patient-days, didapatkan hasil tiga antibiotik terbanyak yang digunakan adalah Cetriaxon (64,7%), Levofloxacin (20,1%) dan Meropenem (6,9%), yang termasuk kedalam golongan antibiotik berspektrum luas. Total penggunaan antibiotik sebanyak 1206,59 DDD/100 patient-days atau dalam satu hari terdapat 12,1 DDD antibiotik yang digunakan pada 100 pasien rawat inap dengan total lama perawatan selama 5547 hari. Dari hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan PPRA sudah dilaksanakan namun belum berjalan optimal dan perlu ditingkatkan lagi
The challenges of antimicrobial resistance facing Indonesia are similar to those of many countries in the Asian Region and beyond. The results of a survey on the use of antimicrobials conducted by EXPLAIN * (Exploration of Antimicrobial Consumption to Identify Targets for Quality Improvement in Indonesian Hospitals) in all inpatient wards of Royal Taruma Hospital on 19-22 March 2019, out of 100 patients studied, it was found that 97% of empirical antibiotics were used. consisting of 81% for empiric therapy, 12% for medical prophylaxis, 4% for surgical prophylaxis, with the most common diagnoses for antibiotics being typhoid, pneumonia and dengue fever. 16% of patients without a clear indication received antibiotics. Royal Taruma Hospital in November 2018 formed the PPRA Team to support the national program and reduce the use of irrational antibiotics at the Royal Taruma Hospital. The purpose of this study was to determine the implementation of PPRA policies on the use of antibiotics at the Royal Taruma Hospital. This research is a descriptive analytical study by analyzing the quantitative use of antibiotics, DDD (Defined daily dosage) / 100 patient-days periodically by taking secondary data from the PPRA Team for the quarterly months of February, May and August 2020. Followed by a qualitative approach with in-depth interviews with 14 sources. informants to find out about their perceptions, opinions, thoughts about the use of antibiotics related to the implementation of PPRA policies at Royal Taruma Hospital. From the DDD / 100 patient-days results, the three most widely used antibiotics were Cetriaxon (64.7%), Levofloxacin (20.1%) and Meropenem (6.9%), which belong to the broad-spectrum antibiotic class. Total antibiotic use was 1206.59 DDD / 100 patient-days or in one day there were 12.1 DDD antibiotics used in 100 hospitalized patients with a total length of stay of 5547 days. From the results of the in-depth interview it can be concluded that the implementation of PPRA policies has been implemented but has not run optimally and needs to be further improved