Abstrak
Puskesmas sebagai gatekeeper sistem pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peran besar dalam menjangkau pelayanan kesehatan dasar di masyarakat dimana tenaga kesehatan merupakan salah satu pondasi utamanya. Sejak Mei 2020, Puskesmas memiliki peran tambahan dalam melakukan pelacakan kontak erat dan pemantauannya. Tenaga kesehatan Puskesmas berpotensi memiliki resiko mengalami burnout yang memiliki dampak negatif pada pelayanan kesehatan ke pasien, kesehatan tenaga kesehatan, dan juga sistem kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor sumber daya yang berhubungan dengan burnout pada pada tenaga kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta pada Juli 2021. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain studi cross sectional dengan multi-stage random sampling. Pengumpulan data dilakukan kepada 317 tenaga kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta dengan menggunakan kuesioner CBI dalam Bahasa Indonesia, SRQ-20 dalam bahasa Indonesia, dan kuesioner determinan burnout yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor burnout sebesar 44,29 yang berarti bahwa secara umum tenaga kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta tidak mengalami burnout. Namun jika dilihat berdasarkan domain penyusunnya, 62% nakes Puskesmas di DKI Jakarta mengalami personal burnout, 45,7% mengalami work-related burnout, dan 26,2% mengalami client-related burnout. Uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa lingkungan kerja, kepuasan finansial, dan status depresi berhubungan secara signifikan dengan burnout tenaga kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta. Faktor lingkungan kerja yang termasuk ke dalam sumber daya personal merupakan variabel paling dominan terhadap burnout tenaga kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta (p<0.001, OR=15.735)