Abstrak
Antenatal care adalah indikator kesehatan yang digunakan untuk mencegah tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Namun, masih terdapat provinsi di Indonesia Bagian Timur yang memiliki cakupan kunjungan ANC 4 kali atau lebih di bawah target nasional, yaitu Provinsi NTB sebesar 79%, NTT sebesar 64,3%, Maluku sebesar 47,9%, Maluku Utara sebesar 55,6%, Papua Barat sebesar 48,1%, dan Papua sebesar 43,8%. Selain itu, WUS di Indonesia Bagian Timur yang melaporkan menghadapi salah satu masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan menunjukkan persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan persentase nasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator akses ke pelayanan kesehatan dan mengetahui hubungan akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 dengan desain penelitian cross sectional. Confirmatory factor analysis digunakan untuk mengidentifikasi indikator akses ke pelayanan kesehatan. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk melihat hubungan akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC. Hasil CFA menunjukkan terdapat 4 dimensi yang membentuk variabel akses pelayanan kesehatan, yaitu literasi dan akses media informasi, otonomi pengambilan keputusan pada wanita, hambatan yang dirasakan dalam akses pelayanan kesehatan, dan kepemilikan jaminan kesehatan. Proporsi kunjungan ANC sesuai standar pada wanita usia subur di Indonesia Bagian Timur adalah 12,8%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC (AOR = 1,19; 95% CI= 0,80-1,77). Dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya cakupan kunjungan ANC sesuai standar di Indonesia Bagian Timur sehingga perlu upaya pemerintah untuk meningkatkan kunjungan ANC pada ibu hamil sesuai standar.
Antenatal care is a health indicator to prevent high maternal mortality rates in Indonesia. However, there are still provinces in Eastern Indonesia that have ANC visit coverage of 4 or more times below the national target, namely NTB Province at 79%, NTT at 64.3%, Maluku at 47.9%, North Maluku at 55.6 %, West Papua at 48.1%, and Papua at 43.8%. In addition, the percentage of women aged 15-49 in Eastern Indonesia who reported facing a problem in obtaining health services showed a larger percentage when compared to the national percentage. This study aims to identify indicators of access to health services and determine the relationship between access to health services and ANC visits. Analyses use secondary data (IDHS 2017 Data) with a cross-sectional research design. Confirmatory factor analysis uses to identify indicators of access to health services. Bivariate and multivariate analyzes assessed the relationship between access to health services and ANC visits. The CFA results show there are 4 dimensions of variable access to health services, namely literacy and access to information media, decision-making autonomy for women, perceived barriers to accessing health services, and health insurance. 12.8% of women aged 15-49 in Eastern Indonesia visited standard ANC. There is no significant relationship between access to health services and ANC visits (AOR = 1,19; 95% CI= 0,80-1,77). Despite showing insignificant results, the coverage of ANC visits according to standards in Eastern Indonesia is still low. Therefore, government efforts are required to increase ANC visits to pregnant women according to standards.