Abstrak
Pada tahun 2022, diperkirakan TBC anak 0-14 tahun menyentuh angka tertinggi yaitu 12% dari total kasus global atau sebesar 1,3 juta jiwa setiap tahunnya dan setengahnya merupakan anak dibawah usia 5 tahun. Indonesia berada pada peringkat kedua TBC terbanyak dimana 9,7% diantaranya adalah kasus TBC anak. Tingkat cakupan penemuan kasus TBC anak mencapai 158% namun penegakan TB pada anak yang cenderung sulit masih menjadi tantangan di lapangan, kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis pada kasus anak masih cukup besar. Faktor sumber daya kesehatan dan faktor akses pelayanan kesehatan menjadi kendala dari penemuan kasus TBC anak secara aktif dan pasif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan faktor yang berhubungan dengan cakupan penemuan kasus tuberkulosis anak di Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional) dan dengan unit penelitian 514 kabupaten kota di Indonesia. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa masih terdapat ketimpangan pada tingkat cakupan penemuan kasus TB anak, faktor ketersediaan SDM kesehatan yang terlatih, ratio ketersediaan faskes, realisasi belanja kesehatan per kapita, pelaporan dengan SITB, keterlibatan komunitas, tingkat kemiskinan, dan kewilayahan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penemuan kasus TBC anak adalah pelaporan fasilitas kesehatan menggunakan SITB, keterlibatan komunitas,tingkat kemiskinan, dan kewilayahan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan tingkat cakupan penemuan kasus TBC anak adalah keterlibatan komunitas masyarakat. Wilayah kabupaten kota yang memiliki keterlibatan komunitas masyarakat berpeluang 4,059 kali (95% CI 2,360-6,983) untuk cakupan penemuan kasus TBC anak tercapai dibandingkan dengan wilayah kabupaten kota yang tidak memiliki keterlibatan komunitas masyarakat setelah variabel lainnya dikontrol. Keterlibatan komunitas masyarakat untuk mendukung program TBC akan meningkatkan penemuan kasus TBC anak secara aktif dengan terselenggaranya kegiatan investigasi kontak dan skrining TB yang semakin kuat di masyarakat
In 2022, it is estimated that tuberculosis (TB) in children 0–14 years old will touch 12% of the total global cases (1.3 million children), meanwhile in Indonesia 9.7% of the total case being childhood TB. The coverage rate of finding childhood TB reaches 158%; however, difficulty diagnosing tuberculosis in children is still a challenge in the field. The possibility of overdiagnosis or underdiagnosis is still quite large. Health resource factors and health service access factors are obstacles to the implementation of active and passive discovery of childhood TB. The purpose of this study is to determine the determinants of factors related to the scope of finding childhood TB in Indonesia. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design and with research units from 514 urban districts in Indonesia. The findings of this study reveal that there are still inequalities in the level of coverage of finding childhood TB due to factors such as the availability of trained human resources, the ratio of availability of health facilities, the realisation of health spending, reporting with SITB, community involvement, poverty levels, and territoriality. Factors related to the coverage of finding childhood TB are the reporting of health facilities using SITB, community involvement, poverty rates, and territoriality. The most dominant variable related to the level of coverage for finding child TB cases is community involvement. It was possible to find 4,059 times as many cases of childhood TB (CI 95% 2,360–6,983) in districts with community involvement as in districts without community involvement, even when other factors were taken into account. Community involvement to support TB programmes will increase the discovery of active child TB cases by conducting stronger contact investigations and TB screening activities in the community.