Abstrak
Penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal ini berkolerasi dengan peningkatan pembiayaan BPJS. Oleh sebab itu BPJS membuat suatu kuesioner skrining riwayat kesehatan berbasis online, untuk mengetahui faktor risiko 4 jenis penyakit tidak menular yaitu Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner dan Ginjal kronis pada peserta JKN berusia 15 tahun keatas agar dapat ditindaklanjuti sedini mungkin. Skrining ini dapat dilakukan secara mandiri oleh peserta dengan menggunakan gawai, atau datang ke FKTP dengan pendampingan petugas. Setiap tahun BPJS menetapkan target skrining sampai ke tingkat FKTP. Puskesmas Pabuaran Indah merupakan salah satu FKTP di Kabupaten Bogor yang berhasil melampaui target capaian pada tahun 2022, namun tidak dapat memanfaatkan data tersebut karena tidak adanya akses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan data skrining riwayat kesehatan BPJS dalam upaya deteksi dini penyakit tidak menular, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan disain studi kasus di Puskesmas Pabuaran Indah untuk melihat input, proses dan output program ini. Pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan telaah dokumen. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa BPJS Pusat belum membuka akses data skrining riwayat kesehatan untuk FKTP sehingga Puskesmas Pabuaran Indah tidak dapat melakukan upaya tindak lanjut terhadap peserta dengan faktor risiko sedang dan tinggi PTM, sementara itu kesadaran peserta JKN yang mengisi skrining secara mandiri untuk berkonsultasi kembali ke FKTP pun masih rendah, sehingga tujuan deteksi dini PTM dan meningkatkan angka kontak peserta masih belum dapat direalisasikan. Sementara itu di tingkat Cabang, BPJS Cabang Cibinong memanfaatkan data skrining riwayat kesehatan terbatas pada evaluasi target capaian di wilayah saja. Pemanfaatan data skrining riwayat kesehatan telah dilakukan di tingkat Pusat, selain untuk evaluasi data skrining juga telah digunakan untuk pengembangan program serta menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan kebijakan. Perlu dilakukan pembukaan akses terbatas untuk pihak eksternal khususnya FKTP agar peserta JKN dengan risiko sedang dan tinggi PTM dapat ditindaklanjuti. Data skrining riwayat kesehatan BPJS diharapkan dapat dimanfaatkan hingga level terbawah sehingga upaya deteksi dini PTM di Indonesia berjalan optimal.
Sufferers from non-communicable diseases (NCDs) in Indonesia increase every year, this correlates with increased BPJS funding. For this reason, BPJS created an online-based health history screening questionnaire, to determine the risk factors for 4 types of non-communicable diseases, namely Diabetes Mellitus, Hypertension, Coronary Heart Disease and Chronic Kidney in JKN participants aged 15 years and over so that they can be followed up as early as possible. This screening can be carried out independently by participants using a device, or by coming to the FKTP with the assistance of an officer. Every year BPJS sets a screening target up to the FKTP level. Pabuaran Indah Community Health Center is one of the FKTPs in Bogor Regency which has succeeded in exceeding the achievement target in 2022, but cannot utilize this data due to lack of access. This research aims to determine the use of BPJS health history screening data in efforts to detect non-communicable diseases early, using a qualitative approach and case study design at the Pabuaran Indah Community Health Center to see the input, process and output of this program. Information was collected by conducting in-depth interviews, Focus Group Discussions (FGD) and reviewing documents. The results of this research found that the Central BPJS has not opened access to health history screening data for FKTP so that the Pabuaran Indah Community Health Center cannot follow-up on participants with medium and high risk factors for NCDs, meanwhile the awareness of JKN participants who fill out the screening independently to consult FKTP is still low, so the goal of early detection of NCDs and increasing participant contact rates cannot yet be realized. Meanwhile at the branch level, BPJS Cibinong Branch uses limited health history screening data to evaluate achievement targets in the region only. The use of health history screening data has been carried out at the central level, apart from evaluating screening data, it has also been used for program development and has become a consideration in policy formulation. It is necessary to open limited access to external parties, especially FKTP, so that JKN participants with medium and high risk of PTM can be followed up. It is hoped that BPJS health history screening data can be utilized at the lowest level so that early detection for NCDs in Indonesia run optimally.