Abstrak
Dalam tiap tahunnya, di tingkat global diestimasikan terdapat 21 juta perempuan usia 15-19 tahun yang mengalami kehamilan, di mana 50% dari total kehamilan yang terjadi merupakan kasus kehamilan tidak diinginkan, serta 12 juta di antaranya sudah melahirkan. Di Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, dan Timor-Leste merupakan negara yang memiliki kemajuan penanganan kehamilan remaja yang masih jauh dari target ASFR tahun 2030 sehingga memerlukan upaya yang lebih masif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model prediksi kehamilan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia, Filipina, dan Timor-Leste. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel remaja usia 15-19 tahun yang menjadi responden DHS (Demographic and Health Surveys). Analisis penelitian dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa di Indonesia faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan remaja, yaitu usia pertama menikah (AOR:0.6; 95% CI: 0.3-0.9), status pernikahan (AOR:0.002, 95% CI: 0.001-0.004), dan penggunaan kontrasepsi (AOR:14.9; 95% CI: 7.7-28.9). Faktor kehamilan remaja yang berpengaruh dominan di Filipina, yaitu status pernikahan (AOR: 0.008; 95% CI: 0.004-0.018) dan penggunaan kontrasepsi (AOR: 6.4; 95% CI: 2.6-15.7). Sementara, faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kehamilan di Timor-Leste, yaitu tingkat pendidikan (AOR: 2.9; 95% CI: 1.5-5.6), usia pertama menikah (AOR: 0.033; 95% CI: 0.013-0.086), dan usia responden (AOR: 0.167; 95% CI: 0.075-0.370). Determinan kehamilan remaja di Indonesia, Filipina, dan Timor-Leste didominasi pengaruhnya oleh faktor individu dan sosial ekonomi. Maka, diperlukan kolaborasi lintas sektor untuk memasifkan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja, orang tua, dan masyarakat agar remaja dapat mengelola pubertas secara bertanggung jawab.
Every year, at the global level, it is estimated that 21 million women aged 15-19 years experience pregnancy, of which 50% of the total pregnancies that occur are cases of unwanted pregnancy, and 12 million of them have given birth. In Southeast Asia, Indonesia, Philippines, and Timor-Leste are countries where progress in handling teenage pregnancy is still far from the 2030 ASFR target, so more massive efforts are needed. This research was conducted to determine the pregnancy prediction model for teenagers aged 15-19 years in Indonesia, Philippines, and Timor-Leste. This research uses a study design cross-sectional with a sample of adolescents aged 15-19 years who were DHS respondents (Demographic and Health Surveys). Research analysis was carried out univariate, bivariate and multivariate. The results of this study found that in Indonesia the most dominant influencing factors were age at first marriage (AOR: 0.6; 95% CI: 0.3-0.9), marital status (AOR: 0.002, 95% CI: 0.001-0.004), and contraceptive use (AOR:14.9; 95% CI: 7.7-28.9). The dominant influencing factors for teenage pregnancy in the Philippines are marital status (AOR: 0.008; 95% CI: 0.004-0.018) and contraceptive use (AOR: 6.4; 95% CI: 2.6-15.7). Meanwhile, the most dominant factors influencing pregnancy in Timor-Leste are education level (AOR: 2.9; 95% CI: 1.5-5.6), age at first marriage (AOR: 0.033; 95% CI: 0.013-0.086), and age of respondents (AOR: 0.167; 95% CI: 0.075-0.370). The determinants of teenage pregnancy in Indonesia, Philippines, and Timor-Leste are dominated by individual and socio-economic factors. So, cross-sector collaboration is needed to strengthen reproductive health education for teenagers, parents, and the community so the teenagers can manage puberty responsibly.