Abstrak
Latar belakang: Tuberkulosis dan HIV merupakan dua penyakit menular utama yang berdampak signifikan terhadap kesehatan global. Indonesia sebagai negara dengan beban TB tertinggi kedua di dunia, juga menghadapi tantangan besar dalam penanganan koinfeksi TB/HIV. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia memainkan peran penting dalam pembiayaan perawatan kesehatan bagi penderita TB dan HIV. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan pembiayaan TB dan HIV pada peserta JKN tahun 2022. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi cross-sectional menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2023. Sampel penelitian ini adalah peserta dengan diagnosis TB dan HIV pada pelayanan FKRTL. Hasil: Dari 16.788 peserta JKN yang didiagnosis TB dan HIV, terdapat 111 peserta (0,7%) yang mengalami koinfeksi TB/HIV. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian koinfeksi TB/HIV meliputi status perkawinan, segmen kepesertaan, tingkat keparahan penyakit, kepadatan penduduk, standar IKLH, dan persentase merokok. Total biaya perawatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk pasien TB dan HIV mencapai Rp153.556.088.667, dengan Rp328.693.493 di antaranya dialokasikan untuk pasien dengan koinfeksi TB/HIV, di mana 99% dari biaya tersebut digunakan untuk pelayanan rawat inap tingkat lanjut (RITL). Kesimpulan: Seluruh variabel berhubungan dengan pembiayaan pasien dengan koinfeksi TB/HIV.
Background: uberculosis (TB) and Human Immunodeficiency Virus (HIV) are major infectious diseases with significant global health impacts. Indonesia, with the second-highest TB burden worldwide, faces challenges in managing TB/HIV coinfection. The National Health Insurance (JKN) system is crucial in financing healthcare for TB and HIV patients. Objective: To identify factors associated with the incidence and financing of TB and HIV among JKN participants in 2022. Methods: This quantitative cross-sectional study used 2023 BPJS Kesehatan sample data, focusing on participants diagnosed with TB and HIV at Advanced Referral Health Facilities (FKRTL). Results: Out of 16,788 JKN participants diagnosed with TB and HIV, 111 participants (0.7%) were found to have TB/HIV coinfection. Bivariate analysis indicated that factors associated with the incidence of TB/HIV coinfection include marital status, membership segment, disease severity, population density, environmental quality index (IKLH), and smoking percentage. The total healthcare costs incurred by BPJS Kesehatan for TB and HIV patients amounted to Rp153,556,088,667, with Rp328,693,493 allocated for patients with TB/HIV coinfection. Of this, 99% of the costs were used for advanced inpatient care (RITL). Conclusion: All variables were associated with the healthcare costs for patients with TB/HIV coinfection.