Abstrak
Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Berdasarkan data WHO pada tahun 2019, prevalensi anemia di Indonesia adalah 31,2% dan termasuk dalam 10 besar kasus anemia tertinggi di Asia Tenggara. Pada beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian mengenai anemia pada pekerja industri. Pekerja perempuan menjadi kelompok rentan yang mengalami anemia karena beban ganda menjadi seorang ibu dan bekerja di luar rumah. Anemia dapat berdampak luas baik pada individu, sosial, ekonomi, dan produktivitas kerja. Tingkat absensi menjadi salah satu tolak ukur kinerja karyawan. Absen di tempat kerja dapat menimbulkan penurunan produktivitas dan kerugian perusahaan baik hilangnya waktu kerja ataupun medical cost apabila disebabkan oleh absen sakit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi anemia dan bagaimana hubungannya dengan health-related absenteeism pada pekerja perempuan di PT.X tahun 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional melibatkan 219 responden. Data primer diperoleh dari observasi dan kuesioner, sedangkan data sekunder dari hasil medical checkup tahun 2023 yang kemudian diolah menjadi analisis univariat, bivariat uji Chi-square dan multivariat dengan regresi logistic berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada pekerja perempuan di PT.X adalah 53,9%. Hasil uji Chi-square menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dengan asupan protein (p-value <0,001; OR 2,528), asupan zat besi (pvalue <0,001; OR 3,242), pola menstruasi (p-value <0,001; OR 2,959), status gizi (p-value 0,051); dan shift kerja (p-value 0,017; OR 2,096). Terdapat hubungan antara anemia dan health-related absenteeism (p-value 0,035; OR 4,583). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa pola menstruasi (p-value <0,001; OR 3,156) menjadi faktor dominan yang mempengaruhi anemia pada pekerja perempuan di PT.X. Kesimpulan penelitian ini yaitu kejadian anemia pada pekerja perempuan di PT.X dipengaruhi berbagai faktor baik dari asupan dan non asupan. Perempuan dengan pola menstruasi heavyflow akan berisiko 3,15 kali mengalami anemia. Anemia memiliki hubungan signifikan dengan health related absenteeism yang akan mempengaruhi produktivitas kerja. Strategi penatalaksanaan dan pencegahan anemia perlu dilakukan dengan pendekatan workplace-based agar tepat sasaran. Pada PT.X dapat dilakukan program deteksi dini dan penanggulangan anemia di tempat kerja, program penyuluhan pencegahan dan penatalaksanaan anemia, program makanan sehat dan PHBS, program suplemen tablet tambah darah, serta monitoring dan evaluasi program.
Anemia is a health problem that is most often found throughout the world, especially in developing countries. Based on WHO data in 2019, the prevalence of anemia in Indonesia is 31.2% and is included in the top 10 highest cases of anemia in Southeast Asia. In recent years, there has been a lot of research on anemia in industrial workers. Female workers are a vulnerable group who experience anemia due to the double burden of being a mother and working outside the home. Anemia can have a broad impact on individuals, society, the economy and work productivity. The level of absenteeism is one of the benchmarks for employee performance. Absence from the workplace can cause a decrease in productivity and company losses, including loss of working time or medical costs if it is caused by sickness absence. The aim of this research is to determine the factors that influence anemia and how it relates to health-related absenteeism in female workers at PT.X at 2023. The research method used was cross sectional in