Abstrak
Pada tahun 2019, Indonesia melaporkan 250.644 kasus malaria. Lima provinsi dengan kasus positif malaria terbesar adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Kalimantan Timur, dan Lampung. Sementara itu, DKI Jakarta dan Bali, yang berbatasan dengan Lampung, sudah masuk kategori provinsi bebas malaria (Kemenkes, 2019). Pemahaman tentang gejala klinis malaria lokal sangat penting bagi suatu wilayah, karena dapat menjadi panduan bagi masyarakat dalam mengenali tanda-tanda awal penyakit malaria. Penelitian ini menggunakan dua desain, yaitu cross-sectional untuk menyusun dan mengembangkan algoritme gejala klinis malaria lokal di wilayah studi, dan quasi- eksperimental untuk menentukan pengaruh Mass Blood Survey (MBS) Plus dalam menemukan kasus malaria. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa kombinasi gejala klinis yang paling sensitif dan spesifik untuk malaria lokal adalah sakit/nyeri kepala, demam, dan menggigil, dengan sensitivitas 88,43% dan NPN 84,95%. Gejala-gejala ini dapat menjadi indikator yang baik untuk skrining di wilayah setempat. Selanjutnya, kelompok intervensi (MBS Plus) memiliki Annual Parasite Incidence (API) yang lebih rendah (16,06) dapat mendeteksi 13 kali lebih banyak kasus malaria dibandingkan kelompok kontrol (MBS reference) dengan API yang lebih tinggi (60,14). Hal ini menunjukkan bahwa jika intervensi serupa diterapkan di populasi dengan API tinggi, kemungkinan besar akan ditemukan lebih banyak kasus malaria. Intervensi MBS Plus penting untuk dilanjutkan dengan tujuan semakin sering ditemukan kasus malaria, maka percepatan dalam mencapai mini eliminasi (eliminasi lokal) semakin terwujud, dengan prinsip "temukan dan obati".
In 2019, Indonesia reported 250,644 cases of malaria. The five provinces with the largest number of positive cases of malaria are Papua, East Nusa Tenggara, West Papua, East Kalimantan and Lampung. Meanwhile, DKI Jakarta and Bali, which border Lampung, have been categorized as malaria-free provinces (Ministry of Health, 2019). Understanding the clinical symptoms of local malaria is very important for a region, because it can be a guide for the community in recognizing the early signs of malaria. This study used two designs, namely cross-sectional to develop and develop an algorithm for local malaria clinical symptoms in the study area, and quasi-experimental to determine the effect of the Mass Blood Survey (MBS) Plus in finding malaria cases. The results of the validity test show that the most sensitive and specific combination of clinical symptoms for local malaria is headache, fever and chills, with a sensitivity of 88.43% and an NPN of 84.95%. These symptoms can be a good indicator for screening in the local area. Furthermore, the intervention group (MBS Plus) had a lower Annual Parasite Incidence (API) (16.06) and was able to detect 13 times more cases of malaria than the control group (MBS reference) with a higher API (60.14). This suggests that if similar interventions were implemented in populations with high APIs, more malaria cases would likely be found. It is important to continue the MBS Plus intervention with the aim that the more frequently cases of malaria are found, the more acceleration in achieving mini elimination (local elimination) will be realized, with the principle of "find and treat"