Abstrak
Berdasarkan data SKI 2023 prevalensi kejadian diare pada balita masih tinggi terutama pada kelompok umur 6-24 bulan yaitu 11,8% dengan proporsi yang cukup tinggi di salah satu kota di Sumatera Selatan yaitu Lubuklinggau ditemukan kasus diare sebanyak 4.187 balita di tahun 2022 dan terdapat 581 kasus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II kemudian meningkat pada tahun 2023 yakni 619 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dan non perilaku terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas simpang periuk lubuklinggau selatan II. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mix method yang terdiri dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu quota sampling dengan total responden 200 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Analisis penelitian ini terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan uji statistik chi square, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pemberian makanan papahan (p-value=0,002), perilaku higiene ibu (p-value=0,008), ketersediaan sumber air bersih (p-value=0,014), imunisasi rotavirus (p-value=0,018), pengetahuan ibu (p-value=0,031), dan riwayat ASI eksklusif (p-value=0,003) memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan. Adapun variabel yang paling berhubungan terhadap kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan adalah variabel perilaku higiene ibu (p-value=0,006; Exp (B)=5,624; CI= 2,465-12,835) yang artinya perilaku higiene ibu dengan kategori buruk berpeluang 5,6 kali lebih tinggi untuk anaknya mengalami kejadian diare. Oleh karena itu diperlukan penyampaian sosialisasi/edukasi kesehatan secara berkelanjutan tentang bahaya kejadian diare serta menumbuhkan kesadaran para ibu untuk menerapkan pola asuh yang tepat mencakup perilaku higiene, penyediaan sumber makanan, ketersediaan air bersih, peningkatan pengetahuan, pemberian imunisasi rotavirus dan ASI eksklusif agar bayi tidak terkena diare.

Based on SKI 2023 data, the prevalence of diarrhea in toddlers is still high, especially in the 6-24 month age group, which is 11.8% with a fairly high proportion in one of the cities in South Sumatra, namely Lubuklinggau, 4,187 toddlers were found to have diarrhea cases in 2022 and there were 581 cases in the work area of the Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II Health Center, then increasing in 2023 to 619 cases. This study aims to determine the relationship between behavioral and non-behavioral factors and the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months in the work area of the Simpang Periuk Lubuklinggau Selatan II Health Center. This study used a cross-sectional design with a mix method including quantitative and qualitative research method. The sampling technique was quota sampling with a total of 200 respondents who had babies aged 6-24 months. The analysis of this study consisted of univariate analysis, bivariate with chi square statistical tests, and multivariate with multiple logistic regression tests. The results of this study indicate that the behavior of giving papahan food (p-value = 0.002), maternal hygiene behavior (p-value = 0.008), availability of clean water sources (p-value = 0.014), rotavirus immunization (p-value = 0.018), maternal knowledge (p-value = 0.031), and history of exclusive breastfeeding (p-value = 0.003) have a significant relationship to the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months. The variable that is most related to the incidence of diarrhea in infants aged 6-24 months is the variable of maternal hygiene behavior (p-value = 0.006; Exp (B) = 5.624; CI = 2.465-12.835) which means that maternal hygiene behavior in the poor category has a 5.6 times higher chance for their children to experience diarrhea. Therefore, it is necessary to provide continuous health education/socialization about the dangers of diarrhea and to raise awareness among mothers to implement appropriate parenting patterns including hygiene behavior, provision of food sources, availability of clean water, increasing knowledge, providing rotavirus immunization and exclusive breastfeeding so that babies do not get diarrhea.