Abstrak
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di Indonesia. Salah satu faktor lingkungan yang berpotensi memengaruhi tekanan darah adalah kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara intensitas kebisingan dari rel kereta api dengan kejadian hipertensi pada masyarakat RW 06 Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan, yang merupakan kawasan padat penduduk yang berbatasan langsung dengan jalur kereta api. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran langsung intensitas kebisingan pada 6 titik, pengukuran tekanan darah, serta wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi uji bivariat dengan chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 responden (66,7%)  mengalami hipertensi dan 75 responden (83,3%) responden terpapar kebisingan di atas nilai ambang batas (≥55 dBA). Variabel yang menunjukkan hubungan signifikan dengan hipertensi adalah intensitas kebisingan (p=0,003; OR=5,500), umur (p=0,011; OR=3,763), dan Riwayat keluarga hipertensi (p=0,001; OR=6,081). Analisis multivariat mengidentifikasi intensitas kebisingan (p=0,008; OR=5,764) dan riwayat keluarga hipertensi (p=0,003; OR=6,290) sebagai variable risiko yang dominan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebisingan kereta api dan Riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko dominan terhadap hipertensi di wilayah tersebut. Oleh karena itu, intervensi kesehatan lingkungan seperti pemantauan kebisingan dan perencanaan wilayah berbasis kesehatan sangat diperlukan.

Hypertension is one of the most common non-communicable diseases and a leading cause of cardiovascular disease and premature death in Indonesia. One of the environmental factors that potentially affects blood pressure is noise. This study aimed to analyze the relationship between railway noise intensity and the incidence of hypertension among residents of RW 06, Kebon Baru Subdistrict, South Jakarta—an area with high population density located directly adjacent to a railway line. A cross-sectional study design was used with a total of 90 respondents. Data were collected through direct noise measurements at six different points, blood pressure measurements, and interviews using a structured questionnaire. Data were analyzed using chi-square tests for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis. The results showed that 60 respondents (66.7%) had hypertension and 75 respondents (83.3%) were exposed to noise levels exceeding the threshold (≥55 dBA). Variables that showed a significant association with hypertension were noise intensity (p=0.003; OR=5.500), age (p=0.011; OR=3.763), and family history of hypertension (p=0.001; OR=6.081). Multivariate analysis identified noise intensity (p=0.008; OR=5.764) and family history of hypertension (p=0.003; OR=6.290) as the dominant risk factors. The study concludes that railway noise and family history of hypertension are dominant risk factors for hypertension in the area. Therefore, environmental health interventions such as noise monitoring and health-based spatial planning are urgently needed.