Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang dan pangan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko terjadinya penularan berbagai penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Penularan tuberkulosis dalarn rumah dipengaruhi oleh kepadatan hunian, kualitas udara yang terkait dengan sistim perhawaan dan pencahayaan, perilaku dan higiene perorangan dan masuknya sinar matahari pagi. Mengingat sebagian besar penduduk di Indonesia termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah yang kurang mampu membuat/membeli rumah yang memenuhi syarat kesehatan, maka penularan penyakit pernapasan mudah terjadi dalam rumah yang terlalu padat penghuninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap terjadinya penularan tuberkulosis serumah di Kelurahan Petamburan Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat setelah dikontrol dengan pengaruh faktor-faktor lain seperti karakteristik individu penular dan karakteristik individu tertulariberpotensi tertular. Desain penelitian adalah kasus kontrol. Yang menjadi sampel kasus adalah semua anggota populasi kasus sebesar 75 rumah tangga. Sampel kontrol dipilih secara acak dari daftar rumah tangga yang tidak mengalami penularan tuberkulosis serumah sebesar 75 nunah tangga. Daftar dibuat berdasarkan data dari register TB 01 dan 03. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 8 variabel yang berhubungan dengan kejadian penularan tuberkulosis serumah yaitu pencahayaan kamar dengan OR sebesar 40,040, pengetahuan penular OR sebesar 9,318, status gizi penular OR sebesar 5,413, umur tertular OR sebesar 4,946, kepadatan hunian OR sebesar 4,781, lama kontak dengan penular OR sebesar 4,743, pendidikan tertular OR sebesar 4,655 dan umur penular dengan OR sebesar 3,966, Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel lingkungan fisik rumah yang paling berpengaruh terhadap kejadian penularan tuberkulosis serumah setelah dikontrol karakteristik individu penular tuberkulosis dan karakteristik individu tertulariberpotemi tertular tuberkulosis adalah pencahayaan kamar, pengetahuan penular, status gizi penular, umur tertular, kepadatan hunian, lama kontak dengan penular, pendidikan tertular dan umur penular. Adapun probabilitas untuk terjadinya penularan tuberkulosis serumah sebesar 99,8%. Mencermati kondisi tersebut di atas disarankan kepada pemerintah agar meningkatkan program perbaikan perumahan dengan mengerahkan swadaya masyarakat .melalui pendekatan-pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang disegani/dipercaya dapat mempengaruhi masyarakat, penggunaan atap kaca sehingga cahaya matahari dapat langsung masuk ke dalam rumah, peningkatan status gizi masyarakat meliputi program PMT-ASI bagi ibu hamil/menyusui, PMT-AS bagi anak sekolah dan pemberian vitamin A path anak balita. Bagi masyarakat diharapkan untuk lebih ditingkatkan lagi kesadaran tentang pentingriya peningkatan gin keluarga, perilaku hidup bersih dan sehat serta berperilaku tidak merokok, tidak tidur sekamar dengan penderita tuberkulosis, membiasakan din untuk tidak meludah di sembarang tempat, membiasakan untuk menutup mulut bila battik atau bersin dalam rangka mencegah penularan tuberkulosis senimah dan menurunkan kasus tuberkulosis.
House is one of fundamental human need beside clothing and food, so house must be healthy in order family member can work productively. House and environment construction which do not fulfill a health requirement are risk factors of happening infection of various illness, especially illness based on environment. Tuberculosis infection at house is effected of dwelling density, air quality related to atmosphere system and illumination, behavior and individual hygiene and coming of morning sunshine. Regarding most of population in Indonesia are at middle economics to lower level which do not have much money to build a health standard house, hence infection of respiration illness is easy to happen at house which many dwellers. This research purpose to know the effect of house physic environment by happening of tuberculosis infection at the same house of Petamburan, Tanah Abang in Center of Jakarta after it is controlled by effect of other factors such as contagion individual characteristic and contagious individual characteristic or infected potentially. This research used control case design. Case samples are all case population of 75 households. Control sample is selected by random sampling of household list which does not experience of tuberculosis infection at the same house of 75 households. List is made based on data of register TB 01 and 03. Statistic test which is used is chi square test. Bivariate analysis result indicated that there were 8 variables related to tuberculosis infection case at the same house including room illumination OR = 40,040, contagion knowledge OR = 9,318, nutrition status of contagion OR = 5,413, contagion age OR= 4,946, dwelling density OR = 4,781, contact period of contagion OR = 4,743, contagion education OR = 4,655 and contagion age OR =3,966. Multivariate analysis result indicated variable of house physic environment which is most effect of tuberculosis contagious occurrence at the same house after controlling individual characteristic of contagion tuberculosis and individual characteristic of tuberculosis contagious or potential infected including room illumination, dwelling density, contagion age, nutrition status of contagion, contact period of contagion, contagion education, contagion age and contagion knowledge. Probability of happening tuberculosis infection at the same house was 99,8%. Observing condition above, it was suggested to government to improve house repair program including giving self-supporting of public through approach to elite figure for repairing house, usage of glass roof so sunlight can come into house directly, improvement of public nutrition status including PMT-ASI program for suckle mother or mother, PMT-AS for schoolchild and giving of vitellarium at child of balita. For public is expected to be more is improved again awareness about the importance of improvement of gizi family, behavior of healthy and clean life and per me doesn't smoke, doesn't sleep as of room with tuberculosis patient, familiarizes not to spit on any place, accustoms to shut mouth if coughing or sneezing for the agenda of preventing infection of tuberculosis in the same house and reduces