Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Semakin tinggi prevalensi anemia pada wanita atau ibu hamil, semakin tinggi pula prevalensi anemia pada ibu menyusui, sehingga secara tidak langsung prevalensi anemia pada bayi dan anak-anak juga ikut. Oleh karena prevalensi anemia balita (52,2%) di Jawa Barat dan prevalensi anemia ibu menyusui (52%) di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhuhungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi terutama usia 2-4 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan. Desain penelitian ini adalah krosseksional. Sampel penelitian adalah ibu yang sedang menyusui bayi usia 2-4 buian di Kabupaten Bogor. Jumlah keseluruhan sampel penelitian sebanyak 172 ibu menyusui. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan, persentase ibu menyusui yang mengalami anemia (kadar Hb < 12 g/dl) adalah sebesar 34,3%. Rata-rata lama pendidikan yang dimiliki ibu dan suami adalah 46 tahun atau setingkat SD. Sebagian besar (58,7%) ibu menyusui termasuk dalam kategori keluarga miskin dan hampir seluruh (93,6%) ibu menyusui berstatus sebagai ibu rumah tangga. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan suami merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia gizi besi ibu (P< 0,05). Ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan 9 tahun, setelah dikontrol variabel IMT dan asupan zat besi. Penelitian ini menyarankan untuk mengadakan program pemberian suplementasi tablet besi kepada ibu menyusui seperti anjuran WHO tahun 2001. Selain itu, meningkatkan anjuran mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi alami, meningkatkan kegiatan penyuluhan gizi yang ditujukan kepada suami dan ibu menyusui, soda kexjasama lintas sektor instansi terkait, terutama dalam pembuatan cetakan dan penyebaran media (leaflet, poster) anemia gizi untuk ibu menyusui.
Anemia is still public health problem in the world including Indonesia. The high prevalence of anemia in pregnancy, the high prevalence of anemia in lactating mother. Un-directly, anemia prevalence in infant and children become higher too. Because of anemia prevalence of children under five years (52,2%) in West Java and anemia prevalence of lactating mother (52%) in Bogor were still high, factors related to this problems especially for lactating mother of 2- to 4 mo-old infants were needed to know. The objective of this research was estimating the prevalence of iron deficiency anemia in lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor, years 2004, and leaming the factors related to this. Thesis design was cross-sectional. Thesis sample was lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor. All of the samples were 172 mothers. The logistic regression was used in analysis of data. The prevalence of iron deficiency anemia (Hb < I2 g/dl) in lactating mothers of 2-to 4-mo-old infants was 34,3%. Mean of mother?s and father`s term of formal education was 4-6 years or as same as basic school. 58,7% of mother`s families were in low~income social economic. 93,6% mothers were totally wife household. Father`s education was a factor that most relate to iron deficiency anemia in lactating mother, after controlled by IMT and iron intake (P <0.05). Logistic regression analysis revealed that lactating mother who husband has short-term of formal education (< 9 years) had an odds ratio (OR) [95% confidence interval (CI)] of 2.5 [l,165-5,3921] to have iron deficiency anemia (Hb < 12 g/dl) compared with lactating mother who husband has long-term of formal education (>9 years). The suggestion of this thesis are giving supplementation program for lactating mothers, giving more nutrition education for lactating mother and her husband, and making inter relation teamwork for printing and publishing leaflet and poster of anemia for lactating mother.