Kanker payudara menempati urutan pertama dengan jumlah kasus baru (43,3%) dan kematian akibat kanker (12,9%) pada wanita di dunia. Lebih dari 70% pasien datang ke layanan kesehatan pada stadium kenker yang telah lanjut. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang dilakukan setiap bulan merupakan metode deteksi dini termurah dan paling sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri oleh wanita. Meskipun telah direkomendasikan selama bertahun-tahun, praktik BSE masih rendah. Lebih dari 80% orang tidak memahami praktik SADARI. Program ini tidak dapat dipisahkan dari literasi kesehatan. Teori Health Belief Model dianggap sesuai untuk melihat mengapa beberapa orang memilih untuk tidak melakukan SADARI. Penelitian ini untuk melihat asosiasi literasi kesehatan dan Health Belief Model dengan praktik SADARI, menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 251 mahasiswa S1 Reguler dari Universitas Indonesia angkatan 2018/2019. Hasil yang diperoleh 156 mahasiswi (62,2%) melakukan SADARI, 66,9% mahasiswi pernah mendapakan informasi terkait SADARI, mempunyai pengetahuan sedang (66,41), mempunyai persepsi keseriusan tinggi terhadap kanker payudara (66,66) dan persepsi rentan terkena kanker payudara yang rendah (48,00), mempunyai manfaat tinggi pada SADARI (80,00) dan hambatan tinggi untuk melakukan SADARI (80,00), mempunyai kemampuan melakukan SADARI rendah (51,37), dan mempunyai literasi kesehatan tinggi (76,63). Persepsi terhadap kemampuan diri melakukan SADARI mempunyai hubungan bermakna dengan praktik SADARI (p = 0,000; OR=10; 95% CI 3,695-25,563) setelah dikontrol oleh rumpun ilmu, keterpaparan informasi, dan pengetahuan. Literasi kesehatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktik SADARI (p = 0,000; OR=17; 95% CI 5,452-52,211) setelah dikontrol oleh rumpun ilmu, sumber informasi, dan pengetahuan.