Prevalensi tinggi kanker serviks merupakan masalah kesehatan global. Itu menyebabkan ratusan ribu kematian di antara wanita setiap tahun di seluruh dunia. Dengan sebuah diperkirakan 570.000 kasus dan 311.000 kematian pada 2018 di seluruh dunia, penyakit ini menempati urutan keempat terbanyak kanker yang sering didiagnosis dan urutan keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Diagnosis dini dan skrining pada wanita dapat meningkatkan kesuksesan pengobatan dan survival wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi wanita di Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Penelitian ini menggunakan data sekunder IFLS V menggunakan desain crossectional dengan respponden sebanyak 29.220 yang merupakan wanita yang sudah menikah dan berusia ≥20 tahun. Hasil menunjukkan proporsi wanita yang melakukan deteksi dini kanker serviks atau papsmear sebanyak 22.99% masih sangat rendah dibandingkan target. Variable yang berhubungan dengan partisipasi wanita di Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah riwayat penyakit, paritas, usia, usia pertama menikah pendidikan, jarak fasilitas kesehatan dan jaminan kesehatan. Variable yang paling dominan yang mempredisksi wanita untuk melakukan skrining kanker serviks adalah usia pertama menikah dengan POR 2.4 dengan 95%CI 1.606-1.843. Diperlukan sosialisasi dan pendidikan kesehatan agar wanita mau untuk menunda usia pertama menikah.
The high prevalence of cervical cancer is a global health problem. It causes hundreds of thousands of deaths among women every year worldwide. With an estimated 570,000 cases and 311,000 deaths in 2018 worldwide, the disease is the fourth most frequently diagnosed cancer and the fourth leading cause of cancer death in women. Early diagnosis and screening in women can improve treatment success and women's survival. This study aims to determine the factors associated with the participation of women in Indonesia to perform early detection of cervical cancer. This study uses secondary data from IFLS V using a cross-sectional design with 29,220 respondents who are married women. The results show that the proportion of women who do early detection of cervical cancer or Pap smear as much as 22.99% is still very low compared to the target. Variables related to the participation of women in Indonesia for early detection of cervical cancer are disease history, parity, age, age at first marriage, education, distance to health facilities and health insurance. The most dominant variable that predicts women to do cervical cancer screening is age at first marriage with POR 2.4 with 95% CI 1.606-1.843. Socialization and health education are needed so that women are willing to delay the age of first marriage