Seiring meningkatnya populasi lansia baik di dunia maupun di Indonesia maka kebutuhan akses ke pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu lansia perlu diupayakan. Kota Depok termasuk salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang mengalami kenaikan jumlah lansia, serta wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas merupakan salah satu wilayah di Kota Depok yang memiliki jumlah posyandu lansia aktif terbanyak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kegiatan posyandu lansia saat pandemi Covid-19 dilihat dari segi input, process, hingga output-nya. Informan pada penelitian ini adalah kepala puskesmas, penanggung jawab posyandu lansia, petugas posyandu lansia serta lansia di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok. Pemilihan informan penelitian secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pada komponen input, yaitu rusaknya alat kesehatan, serta perubahan kebijakan pada komponen proses, yaitu kegiatan posyandu lansia dihentikan sementara selama pandemi dan beralih menjadi kunjungan lansia terbatas oleh kader. Sehingga output posyandu lansia tidak tercapainya cakupan lansia yang mendapat skrining kesehatan dan akibatnya lansia tidak mendapatkan pelayanan dasar yang sudah menjadi haknya. Oleh sebab itu, disarankan kepada pemegang program untuk memperbaiki sistem dan kebijkan kegiatan posyandu lansia untuk mencapai target sasaran dan terwujudnya lansia sejahtera.
The increase in the elder population in the world and Indonesia made access to elderly posyandu needed to be pursued. Depok is one area in West Java Province that has an increasing number of elderly people, meanwhile, the working area of the Pancoran Mas Health Center is one of the areas in Depok that has the highest number of active elderly posyandu. This research is qualitative aiming to dig information about elderly posyandu activity during the Covid-19 pandemic in terms of input, process, and output. Informants in this study were the head of the public health center, the person in charge of elderly posyandu, her staff, and the elderly there. Informants were selected purposively. The results showed the change in input components, like medical device damage, also policy changes like suspending the elderly posyandu activities temporarily during the pandemic and switching to limited elderly visits by cadres in the process. Thus the elderly posyandu output does not reach its goal for receiver health screening and resulting the elderly do not get their rights for basic services. Therefore, parties involved are suggested to improve the system and policies for elderly posyandu activities to achieve the targets and realization of prosperous elderly.