Batita merupakan kelompok berisiko terhadap masalah sulit makan. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, otonomi anak telah berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan MPASI, dan praktik pemberian makan dalam keluarga dengan kejadian sulit makan pada populasi batita di komunitas ibu Jabodetabek. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada 151 responden. Data yang digunakan merupakan data primer, dengan pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner online. Data penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60,9% anak batita mengalami kejadian sulit makan. Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan MPASI, pengenalan MPASI, kontrol makanan, keterlibatan anak, dan model peran dengan kejadian sulit makan pada batita, dimana nilai p value < 0,05.
Toddlers are a risk group for difficult eating problems. This is because at that age, the child?s anatomy has developed. This study aims to determine the relationship between family income, knowledge of complementary foods, and family feeding practices with the incidence of eating difficulties in the toddler population in Mother Community Jabodetabek. This research is a quantitative research with a cross sectional study design conducted on 151 respondents. The data used in this study is primary data and data collection was done online using an online questionnaire. The data were analyzed by univariate and bivariate (using chi-square test). The results showed that there were 60.9% of toddlers who had eating difficulties. This study founded that there was a significant relationship between knowledge of complementary foods, introduction of complementary foods, food control, child involvement, and role models with the incidence of difficulty eating in toddlers with p value <0.05.