Pelayanan pre operatif anestesi merupakan tahap pertama dari seluruh tindakan anestesi. Dikatakan bahwa 40% risiko kematian atau komplikasi akibat tindakan anestesi yang berkaitan dengan masalah gangguan jalan nafas dapat dicegah dengan pengkajian pre operatif anestesi. Namun hingga saat ini pelaksanaan pre operatif anestesi yang tidak pernah mencapai 100% menjadi masalah yang dihadapi hampir semua rumah sakit tidak terkecuali Rumah Sakit Myria Palembang. Sebuah kerangka berpikir keselamatan pasien “swiss cheese model” yang lebih mengutamakan pendekatan sistem digunakan untuk analisis pre operatif anestesi. Identifikasi celah dalam setiap proses pelayanan pre operatif anestesi digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pelayanan pre operatif anestesi dengan pendekatan mixed method. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 106 responden. Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam, fokus group discussion, telaah literatur dan dokumen terkait untuk mendapatkan analisis yang lebih komprehensif terhadap pengaruh organisasi, supervisi, teknologi, prekondisi dan perilaku individu pada pre operatif anestesi. Hasil analisis deskriptif didapatkan capaian pre operatif anestesi sebesar 61.3%; keseluruhan pre operatif anestesi dilakukan di hari yang sama dengan hari operasi; terdapat ketidaksesuaian regulasi yang ditetapkan manajemen rumah sakit; lemahnya supervisi pelaksanaan pre operatif anestesi; kurangnya pemanfaatan teknologi; sikap pasif pasien terhadap pelaksanaan pre operatif anestesi tergambar dari tanggapan responden terhadap variabel prekondisi termasuk dalam kategori rendah; operasi tetap berjalan meskipun tidak dilakukan pre operatif anestesi; budaya keselamatan pasien yang rendah pada perawat dan penata anestesi; proses admisi dan pelaporan pasien yang terlalu malam; perilaku individu tidak aman dokter spesialis anestesi dengan tidak melakukan pre operatif anestesi. Strategi rumah sakit sebagai pemecahan masalah rendahnya pelaksanaan pre operatif anestesi antara lain perbaikan regulasi; peningkatan supervisi; optimalisasi pemanfaatan sistem informasi rumah sakit; memperbaiki proses admisi pasien dan pelaporan pasien; meningkatkan kerja sama dengan operator bedah untuk kemudahan pelaksanaan pre operatif anestesi serta meningkatkan komitmen dokter spesialis anestesi untuk melakukan pre operatif anestesi.