S1 - Skripsi

Hubungan Kualitas Udara Ambien dan Faktor Meteorologis dengan Kejadian ISPA di Kota Bogor Tahun 2019–2022

Feby An’nisa Putri Harahap; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Laila Fitria, Zhara Juliane (FKM UI, 2024)

Abstrak

Kualitas udara dapat memburuk akibat pencemaran udara serta faktor meteorologis seperti suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin. Pencemaran udara adalah terjadinya kontaminasi udara di dalam dan luar ruangan oleh gas dan padatan yang merubah karakteristik alaminya. Polutan utama pada pencemaran udara meliputi PM2,5, PM10, CO, O3, BC, SO2 dan NOx. Pencemaran udara dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit, salah satunya adalah ISPA. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah, disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Gejala ISPA, yang dapat muncul dalam hitungan jam atau hari, meliputi demam, batuk, nyeri tenggorokan, pilek, dan kesulitan bernapas. Infeksi ini dapat berkisar dari tanpa gejala hingga parah dan fatal. ISPA sendiri merupakan salah satu penyakit yang akibat dari adanya pencemaran udara. Di Indonesia, ISPA merupakan penyakit menular yang paling sering dijumpai di layanan kesehatan sedangkan di Kota Bogor kejadian ISPA pernah mencapai 100 ribu kasus setiap tahunnya pada tahun 2014-2016. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin menganalisis hubunungan antara kualitas udara ambien (PM10, SO2, NO2 dan O3) dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin) dengan kejadian ISPA di Kota Bogor tahun 2019-2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan studi ekologi time trend. Hasil uji korelasi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,002). Sedangkan tidak terdapat hubungan antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA (p = 0,093), konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,283), konsentrasi O3 dengan kejadian ISPA (p = 0,439), suhu dengan kejadian ISPA (p = 0,571), kelembaban dengan kejadian ISPA (p = 1,000), curah hujan dengan kejadian ISPA (p = 0,732) dan kecepatan angin dengan kejadian ISPA (p = 0,334). Kemudian di dapatkan persamaan dari hasil uji regresi linear berganda antara PM10 dan SO2 dengan kejadian ISPA yaitu Kejadian ISPA = -41413,496 + 399,0079 (PM10) + 891,919 (SO2). Sedangkan hasil analisis spasial menunjukkan bahwa selama periode penelitian, kecematan Tanah Sareal merupakan wilayah yang memiliki kejadian ISPA di Kota Bogor. Dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat hubungan yang signifikan antara SO2 dan kejadian ISPA di Kota Bogor pada tahun 2019-2022.
Air quality can deteriorate due to air pollution and meteorological factors such as temperature, humidity, rainfall, and wind speed. Air pollution is the contamination of indoor and outdoor air by gases and solids that alter its natural characteristics. Major air pollutants include PM2.5, PM10, CO, O3, BC, SO2, and NOx. Air pollution can lead to various diseases, one of which is Acute Respiratory Infection (ARI). ARI is a contagious disease affecting the upper and lower respiratory tracts, caused by over 300 types of bacteria, viruses, and rickettsia. ARI symptoms, which can appear within hours or days, include fever, cough, sore throat, runny nose, and difficulty breathing. The infection can range from asymptomatic to severe and fatal. ARI is one of the diseases caused by air pollution. In Indonesia, ARI is the most common infectious disease encountered in healthcare facilities, and in Bogor City, ARI cases reached 100,000 annually between 2014-2016. Therefore, this study aimed to analyze the relationship between ambient air quality (PM10, SO2, NO2, and O3) and meteorological factors (temperature, humidity, rainfall, and wind speed) with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022. This study employed a quantitative descriptive method with a time-trend ecological study design. Correlation test results indicated a significant relationship between SO2 concentration and ARI incidence (p = 0.002). However, no significant relationships were found between PM10 concentration and ARI incidence (p = 0.093), NO2 concentration and ARI incidence (p = 0.283), O3 concentration and ARI incidence (p = 0.439), temperature and ARI incidence (p = 0.571), humidity and ARI incidence (p = 1.000), rainfall and ARI incidence (p = 0.732), and wind speed and ARI incidence (p = 0.334). A multiple linear regression analysis between PM10 and SO2 with ARI incidence yielded the equation: ARI Incidence = -41413.496 + 399.0079 (PM10) + 891.919 (SO2). Spatial analysis results showed that during the study period, Tanah Sareal district had the highest ARI incidence in Bogor City. In conclusion, only SO2 concentration was significantly associated with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022.

Metadata

Jenis Koleksi : S1 - Skripsi
No. Panggil : S-11760
Pengarang :
Nama badan : Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Lingkungan
Program Studi/Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Promotor/Pembimbing :
Ko-Promotor/Penguji :
Subjek :
Penerbitan : Depok : FKM UI, 2024
Kode Bahasa : ind
Tipe Carrier : File Only
Deskripsi Fisik : xvi, 179 hlm.; 30 cm
Departemen-Jurusan : Kesehatan Lingkungan
Kata Kunci : stunting, higiene, sanitasi, anak bawah lima tahun, stunting, hygiene, sanitation, children under five years old
Lembaga Pemilik : Pusinfokesmas FKM UI

File Digital: 1 

Shelf
 Feby An'nisa Putri Harahap-Skripsi-FKM-Full Text-2024.pdf ::
 
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Menu Anggota Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan Lokasi
S-11760 S-11760 TERSEDIA File Only
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 137578

Sampul

cover

Lihat juga:

:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive