S3 - Disertasi

Praktik Swamedikasi Antibiotik dan Resistensi Neisseria gonorrhoeae menggunakan Deteksi Molekuler pada Populasi Kunci di Indonesia

Nurhayati; Promotor: Sudarto Ronoatmodjo; Kopromotor: Mondastri Korib Sudaryo, Agus Syahrurachman; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Hadi Pratomo, Pande Putu Januraga, Sowarta Kosen, Hariadi Wibisono, Zen Hafy (FKM UI, 2024)

Abstrak

ABSTRAK Nama : Nurhayati Program Studi : Epidemiologi Title : Praktik Swamedikasi Antibiotik dan Resistensi Neisseria gonorrhoeae menggunakan Deteksi Molekuler pada Populasi Kunci di Indonesia Promotor : Prof. DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo, S.K.M, M.Sc Co-promotor : Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, Ms, D.Sc Prof. dr. Agus Syahrurachman, Ph.D, SpMK. Latar Belakang: Resistensi terhadap antibiotik pada Neisseria gonorrhoeae merupakan tantangan kesehatan global. WHO memperkirakan pada tahun 2020 ada 82,4 juta kasus gon-ore pada orang dewasa (15-49 tahun), dengan prevalensi tinggi di Afrika dan Pasi-fik Barat. Di Indonesia, prevalensi gonore pada tahun 2015 menurut survei terpadu biologis dan perilaku (STBP) adalah 21,2% pada Wanita Pekerja Seks (WPS), 12,7% pada Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), dan 12,2% pada Waria. Penanganan gonore dengan antibiotik dihadapkan pada masalah resistensi yang diperburuk oleh praktik swamedikasi, yang dilakukan oleh 86% rumah tangga di Indonesia menurut Riskesdas 2013. Pemantauan resistensi gonore di Indonesia belum dilakukan secara berkala, dan metode kultur/difusi cakram yang dianggap standar emas masih me-merlukan keahlian khusus dan prosedur yang kompleks. Saat ini, belum terdapat data yang dipublikasikan mengenai pengujian resistensi gonore menggunakan metode molekuler di Indonesia dan kaitannya praktik swamedikasi antibiotik di ka-langan populasi kunci di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui pola resistensi gonore menggunakan metode real-time PCR dan menilai hubungan praktik swamedikasi antibiotik serta faktor risiko lainnya dengan resistensi gonore. Metode: potong lintang digunakan untuk mengeksplorasi praktik swamedikasi anti-biotik. Pemeriksaan resistensi dilakukan pada sampel dari STBP dari 12 provinsi dan klinik kesehatan seksual di Jakarta, menggunakan real-time PCR dengan empat primer dan probe untuk mendeteksi resistensi terhadap penisilin, siprofloksasin, dan sefalosporin. Hasil: Penelitian menunjukkan hasil resistensi gonore yang tinggi, dengan sampel STBP menunjukkan resistensi siprofloksasin 94%, penisilin 84%, sedangkan di klinik, resistensi siprofloksasin 90%, penisilin 71%, dan sefalosporin 8%. Praktik swamedikasi ditemukan pada 62% responden STBP dan 57% pengunjung klinik. Analisis menunjukkan bahwa praktik swamedikasi, terutama dengan penisilin, meningkatkan risiko resistensi gonore setelah dikontrol dengan pendapatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi swamedikasi termasuk sikap yang mendukung dan pen-dapatan bulanan. Kesimpulan: Tingginya prevalensi resistensi gonore dan praktik swamedikasi anti-biotik berkontribusi pada peningkatan risiko resistensi antibiotik gonore. Faktor risiko yang signifikan dalam swamedikasi adalah sikap dan pendapatan.
ABSTRACT Name : Nurhayati Study Program : Epidemiology Title : Antibiotic Self-medication Practice and Neisseria gonorrhoea Resistance Using Molecular Detection Among Key Population in Indonesia Promotor : Prof. DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo, S.K.M, M.Sc Co-promotor : Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, Ms, D.Sc Prof. dr. Agus Syahrurachman, Ph.D, SpMK. Background: Antibiotic resistance in Neisseria gonorrhoeae is a global health challenge. In 2020, WHO estimated there were 82.4 million gonorrhea cases among adults aged 15-49, with high prevalence in Africa and the Western Pacific. In Indonesia, according to the 2015 integrated biological and behavioral survey (IBBS), gonorrhea prevalence was 21.2% among Female Sex Workers (FSW), 12.7% among Men who have Sex with Men (MSM), and 12.2% among Transgender women. The gonorrhea treatment with antibiotics is facing resistance issues, exacerbated by the practice of self-medication, performed by 86% of households in Indonesia based on Riskesdas 2013 report. Gonorrhea resistance monitoring has not been conducted regularly in Indonesia, and the culture/disk diffusion method, considered the gold standard, however it requires specialized skills and complex procedures. Currently, there is no published data on gonorrhea resistance testing using molecular methods in Indonesia and its association antibiotic self-medication practice among key populations. Objective: To determine the gonorrhea resistance patterns using real-time PCR method and to assess its relationship with self-medication antibiotic practices and other risk factors with gonorrhea resistance. Method: A cross-sectional method used to explore antibiotic self-medication practices. Resistance testing conducted on samples from 12 IBBS provinces and sexual health clinics in Jakarta, using real-time PCR with four primers and probes to detect resistance to penicillin, ciprofloxacin, and cephalosporins. Results: The study showed high gonorrhea resistance, IBBS samples showed 94% resistance to ciprofloxacin, 84% to penicillin, while in clinics, ciprofloxacin resistance was 90%, penicillin 71%, and cephalosporin 8%. Self-medication practices were found in 62% of IBBS respondents and 57% of clinic visitors. Analysis showed that self-medication practices, especially with penicillin, increased the risk of gonorrhea resistance after controlling for income. Factors influencing self-medication included attitudes supporting self-medication and monthly income. Conclusion: The high prevalence of gonorrhea resistance and antibiotic self-medication practice contribute to the increased risk of antibiotic resistance in gonorrhea. Significant risk factors in self-medication are attitude toward self-medication and monthly income.
 
 

Metadata

Jenis Koleksi : S3 - Disertasi
No. Panggil : D-535
Pengarang :
Nama badan : Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Epidemiologi
Program Studi/Peminatan : Epidemiologi
Promotor/Pembimbing :
Ko-Promotor/Penguji :
Subjek :
Penerbitan : Depok : FKM UI, 2024
Kode Bahasa : ind
Tipe Carrier : File Only
Deskripsi Fisik : viii, 258 hlm.; 30 cm
Departemen-Jurusan : Epidemiologi
Kata Kunci : Neisseria gonorrhoeae, resistensi, swamedikasi antibiotik, molekuler testing, Neisseria gonorrhoea, resistance, Antibiotic Self-medication, Molecular Detection
Lembaga Pemilik : Pusinfokesmas FKM UI

File Digital: 1 

Shelf
 Nurhayati-Disertasi-FKM-Full Text-2024.pdf ::
 
Catatan: Hanya file pdf yang dapat dibaca online
Menu Anggota Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan Lokasi
D-535 D-535 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 137619

Sampul

cover

Lihat juga:

:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive