Menurut hipotesis thrifty phenotype, individu yang memiliki BBL kurang dari 3000 gram berisiko menderita sindrom metabolik dan diabetes mellitus (DM) tipe 2 di masa dewasanya. PTM bertanggung jawab atas 73% kematian di Indonesia serta risiko kematian dini lebih dari 20%. Pada tahun 2023, data Survei Kesehatan Indonesia menunjukkan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Indonesia mencapai 35,3% dan pada Kalimantan Selatan 41,7%. Angka ini mengindikasikan adanya peningkatan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data Riskesdas 2018 mencatatkan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Kalimantan Selatan sebesar 37,5%. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian potong lintang serta menggunakan data sekunder SKI tahun 2023. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan complex samples dan uji chi square. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan secara signifikan antara BBL dan KEK (p-value = 0,001) dimana ibu dengan riwayat KEK berisiko 5 kali lebih tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBL di Kalimantan Selatan yaitu riwayat KEK sehingga faktor tersebut menjadi penting untuk salah satu pencegahan PTM di Kalimantan Selatan.
According to the thrifty phenotype hypothesis, individuals who have a BW less than 3000 grams are at risk of suffering from metabolic syndrome and type 2 DM in adulthood. NCDs are responsible for 73% of deaths in Indonesia and the risk of premature death is more than 20%. In 2023, the SKI data showed that the percentage of BW less than 3000 grams in Indonesia reached 35.3% and in South Kalimantan 41.7%. This indicates an increase in the percentage of BW less than 3000 grams in South Kalimantan when compared to the 2018 Riskesdas data, the percentage of BW less than 3000 grams in South Kalimantan was 37.5%. This is a quantitative study using a cross-sectional research design and using secondary data from the SKI 2023. Data were analyzed univariately and bivariately with complex samples and chi square tests. The results of the study found a significant association between BW and CED (p-value = 0.001) where mothers with a history of CED had a 5 times higher risk. The conclusion is that the factors associated with BW in South Kalimantan is the history of CED so that this factor becomes important for one of the prevention of NCDs in South Kalimantan.