Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta Pusat sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta memiliki risiko penularan DBD yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembapan udara), kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap incidence rate DBD di Jakarta Pusat selama tahun 2014–2023. Penelitian menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan mixed design, yang menggabungkan analisis berdasarkan waktu dan wilayah. Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan incidence rate DBD pada non-time lag, time lag 1 bulan, dan time lag 2 bulan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kepadatan penduduk dan ABJ memiliki hubungan yang signifikan terhadap incidence rate DBD. Untuk faktor iklim, ditemukan hubungan signifikan pada curah hujan (time lag 1 dan 2), suhu udara (time lag 2), serta kelembapan udara (time lag 1 dan 2). Berdasarkan hasil tersebut, diperlukan strategi pengendalian DBD yang berbasis data spasial-temporal serta sistem peringatan dini, dengan mempertimbangkan time lag pengaruh iklim, capaian ABJ, dan peningkatan partisipasi masyarakat melalui edukasi serta pelaksanaan PSN secara rutin dan berkelanjutan.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a significant public health issue in Indonesia. Central Jakarta, as the area with the highest population density in DKI Jakarta, faces a high risk of DHF transmission. This study aims to analyze the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and Larvae Free Index (ABJ) with the incidence rate of DHF in Central Jakarta from 2014 to 2023. An ecological study design with a mixed approach was employed, combining temporal and spatial analyses. Correlation analysis was conducted to examine the relationship between the independent variables and DHF incidence rate at non-time lag, 1-month time lag, and 2-month time lag. The bivariate analysis revealed a significant relationship between population density and ABJ with the DHF incidence rate. Regarding climate factors, significant associations were found for rainfall (at 1-month and 2-month lags), air temperature (at 2-month lag), and humidity (at 1-month and 2-month lags). Based on these findings, DHF control strategies should incorporate spatiotemporal data and early warning systems, taking into account the time lag effects of climate variables, ABJ coverage, and enhancing community participation through education and consistent implementation of vector control programs (PSN).