Sick Building Syndrome (SBS) adalah penyakit yang disebabkan oleh kondisi kerja yang tidak sehat. Keluhan iritasi selaput lendir, kelelahan, dan sakit kepala membaik saat bekerja di dalam gedung dan hilang sepenuhnya saat meninggalkan gedung. Kualitas udara merupakan masalah penting bagi orang-orang yang bekerja di industri dan perkantoran dan menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan. Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh sistem ventilasi dan akumulasi polutan udara dari lingkungan dalam dan luar ruangan. Hasil survey pada karyawan universitas dari 152 responden, 56 responden (36,8%) yang mengalami kasus SBS. Responden wanita, berusia antara 21-30 tahun, bekerja kurang dari sama dengan 5 tahun (38,5%), tidak mempunyai kebiasaan merokok dalam ruangan (37,2%) dan mempunyai kondisi psikososial yang baik (37%) adalah responden yang berisiko paling tinggi. Setiap harinya semua kegiatan di Univertas swasta dilakukan selama ≥ 8 jam di ruangan tertutup yang menggunakan AC. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas fisik udara dengan kejadian Sick Building Syndrome (SBS) di salah satu Universitas Swasta Jakarta 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakaan pengukuran kualitas udara. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian keluhan gejala SBS yaitu usia (nilai p = 0,035; POR = 0,778; 95% CI = 0,265-2,280), masa kerja (p = 0,000; POR = 0,948; 95% CI = 0,370-2,427), dan pencahyaan (p = 0,000; POR = 0,881; 95% CI = 0,296-2,622). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian keluhan SBS yaitu jenis kelamin (p = 4,223) dan lama kerja (p = 1,101. Kampus diharapkan menyelenggarakan sesi penyuluhan atau pelatihan mengenai gejala-gejala Sick Building Syndrome (SBS) dan cara-cara pencegahannya. Staf dan dosen yang lebih sadar akan kualitas udara dan dampaknya dapat lebih mudah mengenali masalah kesehatan yang mungkin muncul.
Sick Building Syndrome (SBS) is an illness caused by unhealthy working conditions. Complaints of mucous membrane irritation, fatigue and headaches improve when working in the building and disappear completely when leaving the building. Air quality is an important issue for people who work in industries and offices and spend a lot of time indoors. Indoor air quality is affected by ventilation systems and the accumulation of air pollutants from indoor and outdoor environments. Survey results on university employees out of 152 respondents, 56 respondents (36.8%) experienced SBS cases. Female respondents, aged between 21-30 years, working less than equal to 5 years (38.5%), do not have a habit of smoking indoors (37.2%) and have good psychosocial conditions (37%) are respondents who are at highest risk. Every day all activities in private universities are carried out for ≥ 8 hours in closed rooms that use air conditioning. This study aims to analyse the relationship between physical air quality and the incidence of Sick Building Syndrome (SBS) at a private university in Jakarta 2024. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses air quality measurements. The results of bivariate analysis with the chi-square test found that the variables associated with the incidence of complaints of SBS symptoms are age (p value = 0.035; POR = 0.778; 95% CI = 0.265-2.280), tenure (p = 0.000; POR = 0.948; 95% CI = 0.370-2.427), and lighting (p = 0.000; POR = 0.881; 95% CI = 0.296-2.622). Meanwhile, variables that were not significantly associated with the incidence of SBS complaints were gender (p = 4.223) and length of employment (p = 1.101). The campus is expected to organise counselling or training sessions on the symptoms of Sick Building Syndrome (SBS) and ways to prevent it. Staff and lecturers who are more aware of air quality and its impact can more easily recognise health problems that may arise.