Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang dialami individu akibat paparan lingkungan dalam ruang yang tidak sehat, termasuk kualitas udara yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parameter kualitas udara dalam ruang—meliputi konsentrasi kapang, suhu, dan kelembapan relatif—dengan kejadian SBS pada pengguna laboratorium di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sebanyak 86 responden dari lima laboratorium berpartisipasi, dengan karakteristik mayoritas berusia 20–24 tahun dan memiliki waktu paparan lebih dari 4 jam per hari di laboratorium. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan di 10 titik, mencakup dua titik per laboratorium, dan data gejala SBS dikumpulkan melalui kuesioner. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa 77,9% responden mengalami gejala SBS, namun tidak terdapat hubungan signifikan antara parameter lingkungan yang diuji dan kejadian SBS. Nilai p untuk kapang, suhu, dan kelembapan berturut-turut adalah 0,877; 0,705; dan 0,795. Meskipun tidak signifikan secara statistik, beberapa rasio odds menunjukkan kecenderungan risiko. Temuan ini menekankan pentingnya pengelolaan kualitas udara dalam ruang di lingkungan akademik untuk mengurangi potensi risiko kesehatan jangka panjang.
Sick Building Syndrome (SBS) refers to a set of symptoms experienced by individuals due to prolonged exposure to poor indoor environmental conditions, including substandard air quality. This study aimed to assess the relationship between indoor air quality parameters—mold concentration, temperature, and relative humidity—and the occurrence of SBS among laboratory users at the Faculty of Engineering, Universitas Indonesia. A total of 86 respondents participated, primarily aged 20–24 years, with most spending over four hours daily in laboratory spaces. Environmental measurements were taken from 10 sampling points, covering two points in each of the five laboratories. SBS symptoms were collected through structured questionnaires. Chi-square analysis revealed that 77.9% of respondents reported experiencing SBS symptoms. However, no statistically significant association was found between the tested environmental parameters and SBS occurrence, with p-values of 0.877 for mold, 0.705 for temperature, and 0.795 for humidity. Although not statistically significant, several odds ratios indicated a potential risk trend. These findings highlight the importance of maintaining healthy indoor air quality in academic laboratory environments to mitigate potential long-term health effects among occupants.