Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32386 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Asep Roni; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Budi Hartono, Yasep Setiakarnawijaya
Abstrak: Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.WHO mengestimasi rata-rata kasus untuk pemeriksaan dahak didapatkan BTA positif 115 per 100.000 tahun 2003. Jumlah kasus baru TB Paru BTA positif sebesar 194.780 orang tahun 2011, untuk kabupaten Bogor tahun 2010 sebanyak 3.869 orang dan Kecamatan Cisarua 18 orang.
 
Manajemen penyakit Tuberkulosis berbasis wilayah dilaksanakan dengan manajemen kasus dan manajemen faktor risiko secara simultan, paripurna, terencana dan terintegrasi. Penelitian ini mengenai analisis manajemen penyakit TB berbasis Wilayah di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor tahun 2012.
 
Kerangka konsep penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen penyakit berbasis wilayah dengan memadukan manajemen kasus dengan manajemen faktor risiko. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa UPT Puskesmas Cisarua telah melaksanakan manajemen kasus pada penanggulangan penyakit Tuberkulosis melalui program DOTS, namun upaya penanggulangan faktor risiko belum optimal. Tidak ada Klinik Sanitasi sebagai suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
 

Tuberculosis is a chronic infectious disease remains a public health problem in the world including Indonesia.WHO estimating the average case for smear-positive sputum specimens obtained 115 per 100,000 in 2003. Number of new cases of smear-positive pulmonary TB 194 780 people in 2011, to the district of Bogor in 2010 and as many as 3,869 people Cisarua District 18.
 
Tuberculosis disease management implemented region-based case management and management of risk factors simultaneously, complete, well-planned and integrated. This study analyzes the management of TB disease in the sub region based Cisarua Bogor regency in 2012.
 
The conceptual framework of this study using area-based disease management approach to integrating case management with risk factor management. This research was conducted with qualitative methods. The results showed that the UPT Puskesmas Cisarua been implementing case management on tuberculosis control through DOTS programs, but the reduction of risk factors is not optimal. No Sanitation Clinic as a vehicle for communities to address environmental health issues.
Read More
S-7949
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmi Hidayanti; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Laila Fitria, Dwinda Ramadhoni
S-7134
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widya Purnama Sari; Pembimbing: Suyud W. Utomo; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Didik Supriyono
Abstrak: Data Program Diare 5 tahun terakhir, angka kejadian diare di Kabupaten Bogor masuk dalam kategori tinggi yang dapat menyebabkan KLB. Kejadian KLB di tahun 2009 Kecamatan Cisarua masuk ke dalam 4 wilayah yang terkena KLB dengan jumlah kasus sebanyak 206 kasus. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cisarua yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, menggunakan desain penelitian cross sectional. Responden yang diwawancarai, observasi dan pengambilan sampel air bersih sebanyak 80 responden.
 
Hasil uji statistik diketahui bahwa dari delapan variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian diare yaitu higiene sanitasi makanan (nilai p=0,030) dengan Odds Ratio 0,274 pada 95% interval kepercayaan 0,086-0,874. Diikuti dengan kualitas bakteriologis air bersih (nilai p=0,008) dengan Odds Ratio 0,086 pada 95% interval kepercayaan 0,010-0,728.
 

Diarrhoea program 5 years latest, diarrhoea incident in Bogor county goes into high category which can cause outbreaks. Outbreaks that happened at 2009 in sub-district Cisarua comes to 4 district affected by the outbreaks with 206 cases. This research was held in Puskesmas Cisarua which to be in Bogor couty and use cross sectional study. 80 respondent was interviewed and withdrawal water removal.
 
The statistical result from the eight variable known that there are two variables studied variables showed a significant association with the incidence of diarrhoea is food sanitation hygiene (p = 0.030) with odds ratio 0.274 at 95% confidence interval 0.086 to 0.874. Followed by bacteriological quality of water (p = 0.008) odds ratio 0.086 at 95% confidence interval 0,010-0,728
Read More
S-7695
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agung Budijono; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Budi Tjahjani Utami; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Ade Sutrisno, Nunuk Agustina
Abstrak:

Tuberculosis (TB) sampai hari ini masih menjadi masalah dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 1993, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa TB sebagai Global Emergency (kedaruratan umum). Pada tahun 2000, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) merespon dengan mengeluarkan resolusi PBB tentang Deklarasi Millenium. Tahun 2005, Indonesia resmi mengadopsi MDG?s (Millenium Development Goal?s) sebagai arah pembangunan nasional dan menetapkan TB sebagai prioritas penanggulangan penyakit infeksi dan penyakit menular. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model manajemen penyakit TB paru berbasis wilayah Kota Bekasi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan hasil penderita TB BTA (+) laki-laki 62%, Wanita 38%, kelompok umur penderita terbanyak (25-34 tahun) 28%, kelompok umur anak (0-14 tahun) 12%, kelompok pelajar (5-24 tahun) 30%, kelompok umur produktif (25-55 tahun) 85,33%, kelompok lansia (>55 tahun) 9,34%, status imunisasi BCG 6% dan status tidak imunisasi BCG 94%. Kondisi lingkungan fisik rumah penderita TB paru BTA (+) tidak memenuhi syarat sehat, meliputi suhu 72,33%, kelembaban 82,67%, pencahayaan 82%, ventilasi 69,33% dan lantai rumah 38%. Sangat perlu dilakukan tindakan penanggulangan untuk memutuskan rantai penularan TB secara integrated dengan melibatkan lintas sektor dan lintar program untuk perbaikan fisik rumah penderita seperti Dinas Tata Kota, PNPM, Kecamatan dan Kelurahan, serta ibu-ibu PKK untuk penggiatan posyandu.dan menambah faktor risiko lingkungan fisik rumah penderita pada formulir TB.01.


  Tuberculosis (TB) shall today still become the world problem especially at developing countries including Indonesia. Since year of 1993, WHO ( World Health Organization) please express that TB as Global Emergency. In the year 2000, United Nations response by the resolution PBB concerning Deklarasi Millenium. Year of 2005, Indonesia begin to adopt MDG's ( Millenium Development Goal's) as national development direction and specify TB as priority prevention disease of contagion and infection. Purpose of research is to get the disease management model TB paru base on the region Kota Bekasi year of 2012. This research is research descriptif with patient result TB BTA (+) men of 62%, Woman of 38%, of old age group of patient many ( 25-34 year) 28%, of old age group [of] child ( 0-14 year) 12%, student group ( 5-24 year) 30%, productive of old age group ( 25-55 year) 85,33%, group lansia (> 55 year) 9,34%, status immunize BCG 6% and status don't immunize BCG 94%. Environmental condition of patient house physical TB paru BTA (+) healthy ineligibility, cover the temperature of 72,33%, dampness of 82,67%, illumination of 82%, ventilation of 69,33% and house floor of 38%. Is very needed to conduct action preventife to decide to enchain the infection TB integratedly by entangling to pass by quickly the sector and pass by quickly program for the repair of patient house physical be like Dinas Tata Kota, PNPM, Kecamatan and Kelurahan, and also mothers PKK for animation posyandu.

Read More
T-3661
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eka Okta Priyani; Pembimbing: Suyud; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Diah Mulyawati Utari
S-7166
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elyza Fitrianingsih; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Dewi Susana, Ririn Arminsih Wulandari, Riris Nainggolan, Eka Agustina
Abstrak:

Berdasarkan data profil kesehatan Kota Serang, pada tahun 2008 terdapat 14.046 kasus diare dengan jumlah penderita diare pada balita sebesar 6.770 kasus dan 100% berhasil ditangani. Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 15.123 kasus diare, jumlah penderita diare pada balita sebesar 8.844 (58,48%) kasus dan dari semua kasus yang ada 100% berhasil ditangani. Tahun 2009, cakupan Jamban Keluarga sebesar 58,03%, Tempat Sampah 38,64%, dan SPAL 27,74%. Ketiga cakupan sanitasi dasar tersebut masih kurang dari target. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui manajemen penyakit diare berbasis wilayah pada balita di Kota Serang Tahun 2011. Hasil dari penelitian ini adalah Manajemen penyakit berbasis wilayah telah diterapkan di Kota Serang namun belum berjalan optimal. Peraturan daerah Kota Serang, menyatakan bahwa pembangunan kesehatan di wilayah Kota Serang harus terpadu tapi ternyata tidak ada keterpaduan sehingga hal ini menjadi pemicu terjadinya peningkatan kasus diare di Kota Serang. Daftar pustaka : 23 (2000-2011) Kata kunci : Manajemen, Diare, Faktor risiko, Manajemen kasus, Integrasi


 On the database profile of Serang, in 2008 there were 14.046 cases of diarrhoea by the number of patients with diarrhoea in children under five years of 6770 and 100% of the cases treated successfully. While that in 2009 there were 15.123 cases of diarrhoea, the number of patients with diarrhea in infants by 8.844 (58,48%) cases and all cases were 100% treated with success. In 2009, the scope of family latrines of 58,03%, 38,64% of garbage and 27,74% SPAL. These three basic sanitation coverage remains below the target. The purpose of this study was to determine the area of managing for diarrhoeal diseases in children in the town of Serang year 2011. The results of this study is, the areas of management of the disease have been carried out in the town of Serang, but they do not run optimally. Regulation Serang area of the city, said that the development of health in the region should be integrated Serang, but there apparently is no integration, so it becomes a trigger for the increase in cases of diarrhea in the town of Serang. Infectious diseases including diarrhea, associated with aspects of the environment and human behavior. Therefore, efforts to control risk factors for disease must be integrated with other programs, as well as with cross-sector partnerships with the community and has forged an ongoing basis. Bibliography: 23 (2000-2011) Keywords: Management, diarrhea, risk factors, case management, integration

Read More
T-3359
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jepan Manurung; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Ririn Arminsih; Penguji: Sudarti, Dewi Susanna, I Nengah Darna
Abstrak:

Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi dan tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi. Bcrdasrkan survey yang pemah dilakukan terdapat 3 kabupaten endemis Filariasis (Mf rate >1 % ), yaitu Kabupeten Muaro jambi (Mf rate 2,04 %),Kabupeten Tanjung Jabuog Tunur (Mf rate 3,46 %), dan Kabupaten Tanjung Tabung Barat (Mf rate 1,53%) dan kabupaten Batang Hari (Mf rate 0;21 %) scmenlarn 6 kabupaten/ kola Iainnya belurn pemah dilakekan survey darab jari, sehingga endemisitasnya belum diketabui secara pasti.Untuk itu perlu melekekan manajernen pemberaotasan penyak:it menular. Hasil penelitian di kabupaten Muaro jambi menunjukkan balk pelakSl!llaan tatalaksana kasus klinis dan faktor risiko sudab dilaksanakan dengan baik dan dilaksanakan secara terintegrasi mengacu kepada pedoman pedoman program eiiminasi filaria dan pedoman integrasi. Demikian juga dengaan Kabupaten Tanjung Jabtmg Timur bahwa pelasanaan tatalaksana kasus klinis dan fuktor risiko sudah dilaksanakan dengan baik serta terintegrasi dengan balk hanya saja penganggaraannya tidak melaporkan secara rinci oleh karena itu pelaksanaan manajemen filariasis barbasis wilayah di K.abupeten Munro Jambi masih lebih balk dibandingkan dengan Kabupaten Tanjung jabung Timur Terdapat 3 sumber pendanaan pada program pengobatan massal filariasi yaitu WHO melalui APBN mendukung pengadaan obat, HWS mendukung kegiatan operasional dan APBD sebagai dana cadangan apabila APBN dan HWS berhenti memberikan dukungan dana, unt:uk itu disaraakan perlu merinci barapa jumlah alokasi dana dari ketiga sumber tersebut sehingga bisa memperhitungkan beban kerja dan jumlah tenaga yang disiapkan untuk kegiatan tersebut.


Filariasis is still a health people problem in the district of Muaro Jambi and East Tanjnng Jabung Province of JambL Eased on the survey, there are 4 filariasis endemic districts (Mf rate > I%), that are Muaro Jambi District (Mf rate= 2.04%), Easl Tanjung Jabung District (Mf rate= 3.46%). West Tanjung Jabung District (Mf rate = 1.53%), and Batang Hari District (Mf rate = 0,27%). However, blood fmger survey has never been perfonned in other 6 districts/citieshence the epidemic is not known clearly. Based on this reason integrated elimination management of spreading disease and environment sanitation should be carried out in each district or city as autonomic area. Further more a management nwdeJ in this case area base filariasis management in the Muaro Jarnbi and East Tanjung Jabung district is needed. case procedure and risk factor has a1so been performed well and integrated, but the budgeting was not reported detail, so that the implementation of area base filariasis management in Muaro Jambl district was better than in East Tanjung Jabung district. There are 3 funding resources in the filariasis mass therapy program that are WHO through APBN supports medicine purchasing, HWS supports operational aotivities, and APBD as reserve budget in case APBN and HWS stop to give the budget It is suggested to plan the number of budget allocation from the three resources above, so that the working load and the number of personal prepared for the activity are predictable.

Read More
T-2849
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurmala Kurata Aini; Pembimbing: Umar Rahmi Achmadi; Penguji: Dewi Susanna, Didik Supriyono
S-8257
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agit Christy Rehulina; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang diakibatkan Mycobacterium tuberculosis. DKI Jakarta selalu menempati dua posisi teratas provinsi dengan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2019-2021. Jakarta Timur menjadi kota yang memiliki kasus TB paru terbanyak di DKI Jakarta, serta kasus TB di Kecamatan Jatinegara merupakan jumlah yang paling tinggi di Kota Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko, yaitu karakteristik individu dan lingkungan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2023. Penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan total sampel sebesar 70 responden dengan jumlah kasus pasien TB paru positif BTA dan suspek TB paru negatif BTA sebagai kontrol masing-masing sebesar 35 responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran lingkungan. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian ini yang menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian TB paru adalah status gizi (23,27;5,84 – 92,69), riwayat TB paru keluarga (3,57;1,26 – 10,01), kepadatan hunian (5,05; 1,59 – 16,07), suhu (3,78;1,3 – 10,93), kelembaban (7,26; 2,54 – 21,34), dan ventilasi (4,79; 1,74 – 13,19). Faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi kejadian TB paru adalah status gizi (16,87;3,45 – 82,35).

Pulmonary TB is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. DKI Jakarta ranked top 2 province in Indonesia with most pulmonary TB case in 2019-2021. East Jakarta is the city in DKI Jakarta with most pulmonary TB case, Jatinegara is the sub district in East Jakarta with the highest TB case. The purpose of this research is to analyze risk factors, namely individual characteristic and environment with pulmonary tuberculosis in the work area of Jatinegara sub-district health center in 2023. This study used case control study design with a total sample of 70 respondents, with the number of BTA positive pulmonary TB patients as cases and BTA negative pulmonary TB suspects as controls was 35 respondents each. The data was collected through interview using questionnaire and environmental measurement. Data were analyzed using univariate analysis, bivariate analysis with chi-square test and multivariate analysis (logistic regression). The study’s result showed the variables that had a significant relationship with pulmonary TB were nutritional status (23,27;5,84 – 92,69), family history of pulmonary TB (3,57;1,26 – 10,01), household overcrowding (5,05; 1,59 – 16,07), temperature (3,78;1,3 – 10,93), humidity (7,26; 2,54 – 21,34), dan ventilation (4,79; 1,74 – 13,19). The most dominant risk factor influencing pulmonary TB are nutritional status (16,87;3,45 – 82,35).
Read More
S-11526
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erna Kusumawardani; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Dewi Susanna, Riris Nainggolan
S-7252
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive