Ditemukan 18019 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) terjadi setidaknya sebanyak 121 juta kasus secara global dari tahun 2015-2019. Tingginya angka prevalens ini menunjukkan bahwa KTD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat membawa banyak dampak negatif baik dalam bidang kesehatan, sosial dan finansial. Dari seluruh KTD yang terjadi secara global, setengahnya berakhir dengan aborsi. Kematian Ibu yang mengalami KTD juga berhubungan dengan karena kurangnya perawatan antenatal yang dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan akibat ketidaktahuannya tentang kehamilannya. Kunci untuk mencegah KTD adalah menggunakan kontrasepsi dengan begitu WUS dan PUS dapat merencanakan atau menunda kehamilan. Untuk memahami KTD lebih baik dapat dilakukan dengan mengenali faktor apa saja yang berhubungan dengan KTD. Bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan Kehamilan Tidak Diinginkan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder SDKI 2017. Sampel penelitian adalah Wanita Usia Subur yang sedang hamil saat survei dilakukan. Prevalensi kehamilan tidak diinginkan adalah sebesar 7,5% dengan 6,8% merupakan kehamilan yang tidak tepat waktu dan 0,7% kehamilan tidak diinginkan sama sekali. Faktor Intrapersonal, yakni; Usia, [PR 0,59 CI 95%: 0,37-0,97 p-value 0,036], Status Perkawinan [PR 6,03 CI 95% 3,7-9,9 p-value 0,000] dan Paritas [PR 0,42 CI 95% 0,26-0,67 p-value 0,000) dan Faktor Struktural, yaitu; Wilayah Tempat Tinggal [PR 1,625 CI 95% 1,06-2,57 , nilai p = 0,024] memiliki hubungan yang signifikan dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia tahun 2017. Diperlukan lebih banyak edukasi kesehatan reproduksi yang tak hanya mencakup aspek biologis namun juga akibat dari sosial, mental dan finansial dari KTD. Pemerintah juga perlu menetapkan UU yang lebih ketat terhadap usia minimal perkawinan dan memastikan WUS mendapatkan akses yang baik terhadap kontrasepsi. Selain itu juga surveilans bagi akseptor KB perlu lebih diperhatikan agar perencanaan kehamilan dapat lebih efektif untuk menghindari KTD.
There are approximately 121 million unintended pregnancies globally from 2015 to 2019. Those high numbers show that unplanned pregnancy is still a significant public health problem, especially when half of all unintended pregnancies ended up in abortion. Unwanted pregnancy also brings other negative effects aside from the health aspect, such as social and financial problems. Women who are experiencing unintended pregnancy tend to neglect their, and the fetus’ health such as missing antenatal care, which risks higher pregnancy complications that can lead to maternal death. Maternal and Neonatal Death Rate is one of the indicators for the 3rd SDGs. Contraception is the key to preventing unplanned or unintended pregnancy. It is important to find out what are the factors contributing to Unintended Pregnancies so that we have the correct information that would be considered for making an effective preventative public health policy and health laws. This study aims to recognize the factors related to unintended pregnancy, in hopes that by knowing the risk factors, unintended pregnancy can be prevented. This study was conducted using cross-sectional studies and uses Indonesian DHS 2017 Secondary Data, the sample for this study is women of childbearing age who were currently pregnant during the survey. The prevalence of unintended pregnancy in Indonesia is 7,5%, which consist of 6,8% of mistimed pregnancy and 0,7% of unwanted pregnancy. Intrapersonal Factors such as Age [PR 0,59 CI 95%: 0,37-0,97 p-value 0,036], Marriage Status [PR 6,03 CI 95% 3,7-9,9 p-value 0,001] and Parity [PR 0,42 CI 95% 0,26-0,67 p-value 0,001) and Structural Factor such as Place of Residence [PR 1,625 CI 95% 1,06-2,57 , p value = 0,024] has statistically significant association (p-value <0,05) with the cases of Unintended Pregnancy in Indonesia 2017. More reproductive health education is needed which does not only cover biological aspects but also the social, mental and financial consequences of unwanted pregnancy. The government also needs to enact stricter laws regarding the minimum age for marriage and ensure that women of childbearing age can have good access to contraception. In addition, surveillance for family planning acceptors needs to be paid more attention so that pregnancy planning can be more effective in preventing unwanted pregnancies. Keywords: Unintended Pregnancy, Unwanted Pregnancy, Women of Childbearing Age, Factors related to unintended pregnancy
Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan dengan kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal di Kota Bogor tahun 2004, setelah dikontrol faktor-faktor lainnya.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang. Waktu penelitian bulan Juni s/d Agustus 2005. Sampel adalah semua ibu yang pernah melahirkan lebih dari satu kali (tahun 2000-2004), yaitu sebanyak 352 orang. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari hasil Surkesda Kota Bogor yang dilaksanakan oleh PPK-UI.
Hasil : Hasil penelitian menemukan ibu yang memanfaatkan pelayanan antenatal berkualitas sebesar 86,65%, dan hampir semua ibu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pemeriksaan kehamilan (90,34%). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan dengan kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal signifikan setelah dikontrol dengan variabel penolong persalinan sebelumnya (POR adjusted = 20,85; IK 95%: 7,79 ? 55,78). Hasil ini sesuai dengan pendapat Andersen (1968) dan Aday (1989), juga sejalan dengan penelitian Wibowo (1992), Tachyat (1995), Primaroza (1998), dan Hamid (2003), tetapi belum menggambarkan pengetahuan dan pemanfaatan pelayanan antenatal menurut pola kunjungan per trimester yang ditetapkan oleh Depkes R.I.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan dengan kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal di Kota Bogor setelah dikontrol dengan penolong persalinan sebelumnya. Disarankan kepada pihak puskesmas agar dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas penyuluhan termasuk tentang faktor-faktor risiko kehamilan, sehingga pengetahuan ibu hamil dapat meningkat lagi dan mau memanfaatkan pelayanan antenatal secara berkualitas sesuai standar yang ditetapkan oleh Depkes R.I (per trimester). Disamping itu perlu diusahakan pemberdayaan wanita, keluarga dan masyarakat; mengevaluasi kemitraan antara bidan di desa dengan dukun bayi, sehingga pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan dapat mencapai target yang ditetapkan.
Background: Antenatal Care (ANC) represent service component health very important mother, but often do not be utilized maximally with reasons, that is: 57% because is indolentness; 20,1% with reason need ?not- feeling: 8,8% feeling far distance; 1,8% because of wait to long; 1,8% because is costly; and 10,5% because other reason. Without basic understanding of knowledge about health service, it will be negative impact to degree of health someone.
Objective: This research aim to to know relation knowledge mother about inspection of pregnancy with quality of antenatal care utilization in District Town Bogor year 2004 after contrlled by another variabel.
Methodes: Research design is cross sectional. Study periode on June-August 2004. Sample are all of mother which multipara between year 2000-2005, equal to 352. Using the secunder data from Health District Survey in Town Bogor was conducted by PPK-UI.
Result: Result of this research find that mother utilizing antenatal care with good quality equal to 86,65%, and most of all mother have enough knowledge about inspection of pregnancy (90,34%). Result of analysis indicate that relation knowledge of mother about inspection of pregnancy with quality of utilizing antenatal care was signifikan after controlled with previous delivery assistence variable (Adjusted POR = 20,85; CI 95%: 7,79 - 55,78). This result as according to Andersen opinion (1968) and Aday (1989), also with research of Wibowo (1992), Tachyat (1995), Primaroza (1998), and Hamid (2003), but not yet reflecting antenatal care utilizing and knowledge according to visit pattern per trimester specified by Health Department of Indonesia.
Conclusion: There is significant relation between knowledge of mother about inspection of pregnancy with quality of antenatal care utilizatiton in District Town Bogor after controlled with previous delivery assistence. Suggested to center of public health so that can be maintain and improve again the quality of and promoting include about pregnancy risk factors, so that knowledge of pregnant mother can more increase and will utilize antenatal care with quality according to standard specified by Health Department of Indonesia (per trimester). Beside that, require to be effort by empowering of woman, society and family; evaluating partner between rural midwife with baby traditional midwife, so that help of delivery health worker can reach specified goals.
Compared to death of infants aged 1-59 months, neonatal death has slower rate reduction, with annual rate reduction only 2.6% during the last 18 years. One of risk factors causing neonatal death is iron deficiency anemia on pregnant women. Indonesia has high number of anemia among pregnant women, as much as 41,98% in 2016. This study was conducted to examine the effect of iron supplementation during pregnancy towards neonatal survival in Indonesia. Survival analysis using cox regression test was performed towards live birth data in the period of 20122017 recorded on Demographic and Health Survey 2017. Result showed that women consumed less than 180 tablets of iron supplements are having 1,542 times higher risk of neonatal death compared to those consumed 180 tablets of iron or more (95% CI 0,808-2,946; p-value 0,189). Subsequent analysis also showed that implementation of minimum 90 iron tablets consumption during pregnancy program could prevent 13,77% neonatal death in population. The result of this study is strongly affected by selection bias, recall bias, and compliance issue on iron supplementation in Indonesia. Despite of the strong bias, this study points to the present of iron supplementation effect towards neonatal survival.
