Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30730 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nur Atika; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Helda, Jeanne Uktolseja
Abstrak: Prevalence rate kusta di Kecamatan Talango tergolong tinggi (10,99 per 10000 penduduk tahun 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta di Puskesmas Kecamatan Talango 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit kusta (p=0,000, OR=7,87). Variebel lain yang bermakna secara statistik adalah riwayat kontak serumah, lantai rumah, ventilasi. Sedangkan variabel pendidikan, pekerjaan, penghasilan, sarana air bersih, personal hygiene, dan dinding rumah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian kusta. Setelah dianalisis lebih lanjut, ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian kusta setelah dikontrol konfounding (pendidikan, lantai rumah, dinding rumah, ventilasi) di Kecamatan Talango 2014.
 

Prevalence rate of leprosy in the Talango Subdistrict is high (10.99 per 10,000 population in 2012). This study aimed to analyze the relation between residential density and leprosy occurrence in Talango Subdistrict 2014. Study design used is case control. The results showed that there is a relationship between dwelling density and the occurrence of leprosy (p Value =0.000, OR=7.87). Another variebel that statistically significant is the history of household contact, the floor of house, and ventilation. While the variable of education, occupation, social economy, clean water resource, personal hygiene, and the walls of the house do not have a significant relationship to the occurrence of leprosy. Upon further analysis, there is relation of dwelling density with the occurence of leprosy after controlled by confounder factors (namely: education, floor of house, wall of house, and ventilation) in District Talango 2014.
Read More
S-8357
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mukhlasin; Pembimbing: Rachmadi Purwana, Ratna Djuwita; Penguji: Ririn Arminsih, Christina Widaningrum, Dedi Kusnadi
T-3438
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aulia Mutiara Rianingtyas; Pembimbing: Rachmadi Purwana; Penguji: Renti Mahkota, Elin Herliana
Abstrak: Di Indonesia, diare merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi. Kota Depok merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat dengan kasus diare yang tinggi. Kecamatan Cipayung, Kota Depok merupakan lokasi pemukiman yang berdekatan dengan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Kota Depok. Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah di sekitar area pemukiman merupakan sumber penyebaran vektor penyakit yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan lalat rumah tinggal dengan kejadian diare pada balita yang berobat di UPT Puskesmas Cipayung Kota Depok tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan menggunakan data primer dan data sekunder register puskesmas yang mana jumlah sampel sebanyak 39 kasus dan 39 kontrol.
 
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa kepadatan lalat tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita (OR 1,531; 95% CI : 0,617–3,795). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariat adalah riwayat perilaku cuci tangan ibu / pengasuh balita (OR 2,912; 95 % CI : 1,150 – 7,372) dan perilaku pengelolaan sampah rumah tangga (OR 3,200; 95 % CI : 1,266 – 8,086). Hygiene individu ibu atau pengasuh balita dan sanitasi lingkungan yang baik diperlukan untuk menurunkan angka kejadian diare.
 

Depok district is one of region in West Java with high diarrhea case. Cipayung sub-district is a settlement location which is near from final garbage dump. The existence of final garbage dump around the settlement area is source of spreding disease vectors that can affect public health. In the working area of Health Center of Cipayung Sub District, diarrhea is include ten highest case on 2013.
 
This study aims to determine the relationship between fly density in house with the occurrence of diarrhea among children under five years at Health Center of Cipayung Sub-District, Depok District 2014. This study uses case control study design and both primary and secondary health center register data with samples of 39 case and 39 control.
 
Result bivariate analysis shows that fly density which not significantly associated with diarrhea among children under fiver years. The individual characteristic of toddler who has a significant association with the occurrence of diarrhea among children under five years based on the result of statistical test with bivariate analysis is hand-washing habits of mother or children-caretaker (OR 2,912; 95 % CI : 1,150 - 7,372), and solid waste disposal habits (OR 3,200; 95 % CI : 1,266 - 8,086). Personal hygiene of mother or children-caretaker and environment sanitation is necessary for decrease occurrence of diarrhea.
Read More
S-8350
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zihan Kamila Maharani; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Indry Octavia
Abstrak:
Penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, diare, dan infeksi kulit masih banyak ditemukan di lingkungan dengan sanitasi buruk dan kebersihan diri yang rendah, termasuk di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene, kondisi sanitasi lingkungan, dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan pada warga binaan LPKA Kelas II Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 31 orang dan diambil dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara lama masa tinggal dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan, diare, dan ISPA (p≤0,05). Disarankan adanya peningkatan edukasi terkait kebersihan diri dan perbaikan sanitasi lingkungan di LPKA guna menurunkan risiko penyakit.

Environmental-based diseases are often found in environments with poor sanitation and low personal hygiene, including in Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). This study aims to examine the relationship between personal hygiene, environmental sanitation conditions, and housing density with the incidence of environmentally based diseases among the residents of LPKA Kelas II Jakarta. This research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. The sample consisted of 31 participants selected using a total sampling technique. Data were collected through questionnaires and observation, and analyzed using the chi-square test. The results showed a significant relationship between length of stay and the incidence of environmentally based diseases, including diarrhea and acute respiratory infections (p≤0.05). It is recommended to enhance education on personal hygiene and improve environmental sanitation in LPKA to reduce disease risk.
Read More
S-11916
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hizrah Harianto Sembiring; PembimbingL: Ema Hermawati; Ririn Arminsih, Laila Fitria, Sugeng Hidayat, Eman Prasetyo
Abstrak: Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas dengan prevalensi yang cukup tinggi. Asma dapat terjadi pada semua usia, diperkirakan 300 juta orang menderita asma diseluruh dunia dan tahun 2025 diperkirakan mencapai 400 juta pasien asma. Prevalensi asma di Provinsi Kalimantan Tengah melebihi angka nasional dan kota Palangkaraya termasuk daerah dengan prevalensi asma tertinggi. Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan serta lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kepadatan kecoa di rumah tangga dan faktor risiko lainnya yang dapat memicu asma. Penelitian menggunakan desain Case control. Sampel terdiri dari 58 sampel untuk kasus dan 58 sampel untuk kontrol berusia 12-45 tahun. Hasil penelitian menunjukkan variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian asma adalah kepadatan kecoa, riwayat atopi, sensitifitas terhadap makanan, polusi udara, kondisi cuaca, kondisi sanitasi rumah tangga, jarak rumah dari jalan raya dan memiliki hewan peliharaan. Sedangkan karakteristik individu seperti pendidikan, pekerjaan serta jenis bahan bakar memasak tidak berhubungan dengan kejadian asma. Kesimpulannya tingkat kepadatan kecoa berhubungan dengan kejadian asma setelah dikontrol variabel karakteristik individu dan faktor lingkungan. Penderita agar menjaga kebersihan dan sanitasi rumah yang baik, sehingga tidak menjadi habitat perkembangbiakan vektor kecoa dan sedapat mungkin menghindari faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma. Kata kunci: asma; kepadatan kecoa; faktor risiko Asthma is a chronic inflammatory disease in the airways with highly prevalence. Asthma can occur at any age, 300 million people estimated suffering asthma in the world and by 2025 there will be 400 million. Asthma prevalence in Central Kalimantan Province exceeds the national number. Furthermore, Palangkaraya is the highest one. The prevalence of asthma is influenced by many factors such as heredity and the environment. This research aimed to analyze the relationship of cockroach density in households and other risk factors that can trigger asthma. This research is using Case control design which consisted of 58 samples for the cases and 58 samples for the controls aged 12-45 years. Results showed cockroach density, atopy history, food sensitivity, air pollution, weather, household sanitation conditions, home distance from highways and pet ownership were associated with the incidence of asthma. While education, occupation and types of cooking fuel were not associated. In conclusion, the cockroach density is related to the incidence of asthma after controlled by variable characteristics of individuals and environmental factors. Patient is sugessted to maintain good hygiene and sanitation, so would not become the habitat of cockroach and avoid risk factors that can trigger asthma. Keywords : asthma; cockroach density; risk factor
Read More
T-4851
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putih Ayu Perani; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto;Penguji: Suyud Warno Utomo, Didik Supriyono
Abstrak: TB paru merupakan salah satu prioritas nasional di Indonesia, karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian (Riskesdas, 2013). Di Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2013, jumlah penderita TB paru sebanyak 54 orang dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2013, dari 9.649 rumah masih terdapat 2.588 rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis.
 
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik individu (umur, pendidikan, status gizi dan jenis kelamin) terhadap kejadian TB paru.
 
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus control. Subjek penelitian pada kelompok kasus adalah penderita TB paru BTA (+) yang berusia 15 tahun keatas yang terdata dalam register Puskesmas (Januari-Desember 2013). Sedangkan, kelompok kontrol adalah sebagian tetangga kelompok kasus yang mempunyai riwayat tidak menderita TB paru dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan kelompok kasus seperti usia, jenis kelamin.
 
Hasil : Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru adalah ventilasi (p = 0,011, OR = 5,464), pencahayaan (p = 0,043, OR = 4,030), kelembaban (p = 0,002, OR = 8,143) dan kepadatan hunian (p = 0,043, OR = 4,030). Sedangkan, karakteristik individu yang mempengaruhi kejadian TB paru adalah pendidikan (p = 0,048, OR = 3,778).
 
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian dengan kejadian TB paru. Selain itu, pendidikan juga memiliki hubungan dengan kejadian TB paru.
 

Pulmonary tuberculosis is one of the national priorities in Indonesia, because the wide-ranging impact on quality of life and economy, and often result in death. Based on data from Health Center Bogor Utara in 2013, there were 54 people suffered pulmonary tuberculosis and based on the data of Bogor City Health Department in 2013, from 9649 there is still 2,588 houses that not qualify as healthy houses, where it is a risk factor for pulmonary tuberculosis.
 
Objective : This study aims to determine the relationship between environmental conditions of house (house ventilation, temperature and humidity of house, residential density of house, lighting and type of wall and floor) with the incidence of pulmonary tuberculosis in the work area of Health Center Bogor Utara. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of individual (age, education, nutritional status and gender) to the research.
 
Method : The design study is a case control with subjects in cases group are patients with pulmonary TB aged above 15 years were recorded in the register data The Health Center (January-December 2013). Meanwhile, the control group are neighbors case’s group who didn’t have a history of suffering from pulmonary TB with more or less have the same characteristics with cases such as age and gender.
 
Result : From the research found that the environmental conditions of house is at risk on the occurrence of pulmonary tuberculosis is ventilated house (p = 0,011, OR = 5,464), lighting (p = 0,043, OR = 4,030), humidity (p = 0,002, OR = 8,143) and residential density of house (p = 0,043, OR = 4,030).
 
Conclusion : This study concluded that there is a relationship between the environmental conditions of house (ventilation, lighting, humidity and residential density of house) with pulmonary tuberculosis incidence. Moreover, education also has a relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis.
Read More
S-8451
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alifia Daary; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Refni Dumesty
S-10149
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ummi Salamah; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Zakianis, Olga Afrista
Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor iklim (suhu, kelembapan dan curah hujan), kepadatan vektor (angka ABJ), kepadatan penduduk dengan incidence rate demam berdarah dengue di Kecamatan Kramat Jati Tahun 2011-2020. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menurut time trend dengan unit analisis per bulan selama 10 tahun (2011-2020) dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian pada data seluruh tahun (2011-2020) menunjukkan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan, kepadatan penduduk dan Angka Bebas Jentik memiliki hubungan signifikan dengan incidence rate DBD di Kecamatan Kramat Jati.
Read More
S-10876
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Texasi Bryanita; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji:: Rachmadi Purwana, Sabar Paulus, Enny Wahyu Lestari
Abstrak:

Penyakit Malaria merupakan penyakit yang endemis di Indonesia. Penyakit Malaria sering dikaitkan dengan perubahan iklim, karena baik nyamuk Anopheles maupun Plasmodium sensitif terhadap perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan di Desa Sigeblok, Kecamatan Banjarnangu, Kabupaten Banjrnegara untuk mengetahui apakah iklim dan kepadatan vektor berhubungan dengan kejadian Malaria di daerah tersebut. Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan sejak bulan Oktober 1999 hingga September 2001 oleh Stasiun Lapangan Pemberantas Vektor (SLPV) Banjamegara, Dinas Kesehatan Banjamegara, dan Kantor Badan Statistik Banjamegara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata Man Biting Rule (MBR) per bulan adalah 0,09757 untuk An. aconirus, 0,05875 untuk An. maculatus, dan 0,009167 untuk An. balabacencis. Rata-rata per bulan faktor iklim adalah curah hujan 634, 5mm, jumlah hari hujan 15,08 hari, index hujan 308,83, suhu 25,52°C dan kelembaban 88,87%. Sedangkan rata-rata kejadian malaria adalah 33 per bulan. Hasil analisis bivariat memperlihatkan bahwa kejadian penyakit malaria bermakna secara statistik dengan dengan curah hujan (p=0,007), indeks hujan (p=0,027), serta berpola negalif dengan MBR An aconims (p==0,023)_ Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kejadian malaria dengan jumlah hari hujan, suhu, kelembaban, MBR A n. maculatus dan MBR An. balabacencis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah curah hujan dan indeks hujan berhubungan secara bemakna dengan kejadian malaria, sedangkan MBR An. aconirus berhubungan secara bermakna dan berbanding terbalik dengan kejadian malaria. Jumlah hari hujan, suhu, kelembaban, MBR An. macrulatus dan MBR An. balabacencis tidak bermakna dengan kejadian malaria. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya Dinas Kesehatan Banjamegara untuk melakukan program pencegahan kejadian malaria terutama menjelang musim hujan dengan cara mempersiapkan obat, melakukan penyemprotan, larva ciding, serta membenikan penyuluhan bagi masyarakat agar menghindari kontak dengan nyamuk dengan cara menggunakan kelambu, berpakaian yang menutupi permukaan kulit, serta tidak melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari. Bagi SLPV pengumpulan data, terutama yang berkaitan dengan usia nyamuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai hubungan antara iklim, kepada vektor dan kejadian malaria. Penelitian lanjutan lebih lengkap seperti data mengenai usia nyamuk serta bagaimana keadaan lingkungan biologi dari wilayah penelitian.


 

Malaria is an endemic disease in Indonesia. Malaria often related to climate, because both Anopheles mosquito and the Plasmodium are sensitive to climate change. This study was carried out in Sigeblok Village, Banjarmangu Sub District, Banjarnegara District, Central Java. The purpose of this study is to know whether climate and vector density are related to malaria incidence. This study is a correlation study using secondary data. Monthly data that was collected from October 1999 until September 2001 by Vector Control Field Station (SLPV Banjarnegara), Banjarnegara Health Service, and Banjarnegara Statistics Office. The study shows that the mean Man Biting Rate (MBR) per per month is 0,09757 for ,4«. aconitus, 0,05875 for An. maculates, and 0,009167 for An. balabacencis. The mean rainfall 634,5mm, raindays 15,08 days, rain index 308,83, temperature 25,52°C, humidity 88,87% and malaria incidence 33. The bivariate analysis shows that malaria incidence are statistically significant with rainfall (p=0,007), rainfall index (0,027), and it has a negative pattern with MBR An. aconitus (p=0,023). There are no statistically significant relation between malaria incidence with raindays, temperature, humidity, MBR An. maculatus and MBR An. balabacencis. The result of this study shows that rainfall, rain index are significantly correlated with malaria incidence, while MBR An. aconitus is significantly correlated and inversely proportional with malaria incidence. Raindays, temperature, humidity, MBR An. maculatus and MBR An. balabacencis has no significant relation with malaria incidence. Recommendation for Banjarnegara Health Service is to carry out a malaria prevention program especially when the rainy season is near by preparing medicines, larvaciding, and by giving elucidation to the community to avoid any contact with the mosquito by using mosquito net, clothes that covers the skin, and bay not doing activity outside the house at night- To SLPV Bartjarnegara, in collecting the data, there should be a data about mosquito longevity, so we can get a better picture on the association of climate, vector density, and malaria incidence. Continuation study on the same issue would be better if it contains more variable to be analyze such as mosquito longevity and biological environment in the study region.

Read More
T-1344
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putrisuvi Nurjannah Zalqis; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Budi Haryanto Wulandari, Achmad Farchanny Tri Andryanto
Abstrak: Kepadatan nyamuk merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DemamBerdarah Dengue (DBD). Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi curah hujantinggi yang terjadi di Kecamatan Kelapa selama Januari-Februari yangmenimbulkan banyaknya genangan air di sekitar rumah penduduk sebagai tempatperindukan nyamuk akibat sanitasi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis hubungan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti dengan kejadianDemam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Baratdengan menggunakan studi cross-sectional selama Mei-Juni 2016. Sampelpenelitian ini adalah seluruh warga Kecamatan Kelapa yang terpilih secara acakproporsional berjumlah 230 orang dan 60 rumah yang terpilih sebagai lokasipengambilan sampel nyamuk dalam rumah secara acak dari 230 respondenterpilih. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk Aedes aegypti didalam rumah responden masih tergolong tinggi (51,7%) dan kejadian DBDsebesar 20%. Kepadatan nyamuk menunjukkan hubungan yang tidak signifikandengan kejadian DBD (p=0,458). Faktor lain yang berhubungan dengan kejadianDBD yaitu keberadaan jentik (p=0,017), usia <15 tahun (p=0,002), kepadatanhunian tinggi (p=0,006), tidak melakukan PSN 3M Plus secara rutin (p=0,024),kebiasaan menggantung baju (p=0,033), dan rumah yang tidak dipasang kawatkasa pada ventilasi (p=0,014). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepadatannyamuk Aedes aegypti tidak berhubungan dengan kejadian DBD. Berdasarkan haltersebut, maka perlu adanya monitoring lebih lanjut terhadap populasi nyamukdan kasus DBD, kerja sama sektoral, serta peran serta masyarakat dalam perilakuhidup bersih dan sehat.Kata Kunci:Bangka, Demam Berdarah Dengue (DBD), Kepadatan nyamuk Aedes aegypti.
Read More
S-9224
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive