Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 26734 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Novita Candra Dewi; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Besral, Anindita Dyah
Abstrak: Skripsi ini membahas tentang gambaran kematian maternal di Indonesia.Pada survei SDKI terakhir menunjukan kematian maternal meningkat sebesar 359per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini bertolak belakang dengan target penurunanAKI yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010-2014 sebesar 118 per 100.000kelahiran hidup. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui gambaran kematianmaternal di Indonesia melalui analisis Survei Demografi dan Kesehatan Indonesiadengan analisis situasi saudara perempuan kandung yang masih hidup dari periodetahun 1994, 1997, 2002/2003, 2007, dan 2012.Temuan dari penelitian ini adalah kematian yang terjadi di Indonesia, lebihdari 50% perempuan mengalami kematian pada saat melahirkan dalam 5 periodesurvei. Kematian pada saat 2 bulan pasca pesalinan meningkat dari 6% menjadi18% dalam 5 periode survei. Responden yang memiliki saudara meninggal dengan riwayat komplikasi melonjak meningkat dari 12% menjadi 69% pada 5periode survei. Kunjungan antenatal 4 kali atau lebih masih jauh dibawah target sasaran rencana strategi nasional sebesar 95% untuk tahun 2010-2014, hasil menunjukan responden yang memiliki saudara meninggal melakukan kunjungan antenatal 4 kali atau lebih sebesar 25% pada periode survei terakhir. Kata kunci:Kematian maternal, riwayat komplikasi, kunjungan antenatal.
Read More
S-8428
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khairani; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Yudianto, Anantha Dian Tiara
Abstrak:

ABSTRAK Kesetaraan gender adalah suatu konsep yang masih diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kondisi yang ideal. Disparitas gender, dimana pemberdayaan perempuan belum maksimal, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hal-hal dimana wanita memegang peranan baik sebagai pengambil keputusan maupun sebagai pelaku di berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Keterlibatan wanita dalam berbagai aspek kehidupan harus diperhitungkan, terlepas apakah kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sudah mencapai kondisi yang ideal atau tidak. Kondisi pemberdayaan perempuan Indonesia di setiap provinsi berbeda-beda. Pemberdayaan perempuan sendiri diukur melalui sikap menolak ‘kumpul’ dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, dan sikap istri atas pemukulan suami terhadap istri. Berdasarkan SDKI 2007, kondisi pemberdayaan perempuan di Indonesia, apabila dilihat dari sikap setuju terhadap pemukulan suami terhadap istri, persentase Provinsi NTT masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan DI. Yogyakarta. Kemudian untuk sikap setuju dengan semua alasan penolakan ‘kumpul’ dengan suami untuk kondisi tertentu, persentase yang setuju untuk semua alasan di DI. Yogyakarta sebesar 81,9 %, sedangkan di NTT sebesar 63%. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi pemberdayaan wanita di DI. Yogyakarta lebih baik daripada di NTT. Selain itu, TFR DI. Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 1,8, dan NTT sebesar 4,2. Desain penelitian ini cross sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dengan memilih 1654 responden perempuan yang memiliki anak lahir hidup dan masih terikat dalam ikatan perkawinan. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk melihat hubungan sikap menolak ‘kumpul’ dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga, dan sikap istri atas pemukulan suami terhadap istri dengan jumlah anak lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan semakin tidak setuju dengan sikap menolak ‘kumpul’ dengan suami pada kondisi tertentu maka semakin tinggi fertilitas, semakin rendah keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga maka semakin tinggi fertilitas. Dari persamaan yang terbentuk, sikap menolak ‘kumpul’ dengan suami pada kondisi tertentu, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan umur kawin memiliki pengaruh paling besar terhadap fertilitas (R2=0,049).


ABSTRACT Gender equality is a concept that is still being pursued by the Indonesian government in order to achieve the ideal conditions. Gender disparity, where the empowerment of women is not maximized yet, affects the things in which women play a role both as decision makers and subjects in various fields, either directly or indirectly. The involvement of women in various aspects of life must be taken into account, regardless of whether gender equality and empowerment of women have reached the ideal condition or not. Indonesian women empowerment conditions in each province vary. Empowerment of women is measured by their refusal to have sexual intercourse with their spouses, involvement in household decision-making, and the wives’ acceptance of physical abuse committed by their husbands. According to 2007 IDHS, the condition of women's empowerment in Indonesia; measured by acceptance of husband’s physical abuse, shows that NTT province’s rate is still higher compared to DI. Yogyakarta’s. On the other hand, concerning the agreement to all the reasons for refusing sexual act with the husbands to certain conditions, the percentage of respondents who agreed to all the reasons in DI. Yogyakarta reaches 81.9%, while in NTT province is 63%. It can be concluded that the condition of women empowerment in DI. Yogyakarta is better than in NTT. In addition, the TFR IN. Yogyakarta in 2007 was 1.8 and NTT was 4.2. This study design is cross-sectional, using data Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with 1654 respondents consist of women who have children born alive and are still married. Analysis of Structural Equation Modeling (SEM) is used to analyze the relationship between refusal to have sexual intercourse with their spouses in certain circumstances, involvement in household decision-making, the wives’ stand regarding physical abuse committed by their husbands and the number of babies born alive. The results show that the less of refusal to have sexual act with spouses in certain circumstances, the higher the fertility rate ; the less women’s involvement in household decision-making, the higher the fertility rate. Based on the equations formed, the refusal act to have sexual intercourse with husband in certain circumstances, involvement in decision-making, and the marriageable age have the most impact on fertility (R2 = 0.049).

Read More
T-3758
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emi Triana Putri; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Melviana
Abstrak: Angka persalinan dengan metode operasi sesar di Indonesia tahun 2012adalah sebesar 12%. Angka tersebut mengalami peningkatan 2 kali lipat biladibandingkan tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi persalinan dengan metode operasi sesar. Besar sampelpada penelitian ini adalah 17.807 responden dengan menggunakan data sekunderSDKI tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan hubungan denganpersalinan dengan metode operasi sesar di Indonesia dapat dilihat berdasarkannilai odds ratio (OR), semakin besar nilai OR maka semakin besar pengaruhterhadap persalinan dengan metode seksio sesarea.Nilai OR dari yang terbesar ke terkecil berturut-turut adalah: pendidikantinggi (OR= 2,2), petugas kesehatan yang memeriksa kehamilan adalah dokterspesialis kandungan (OR= 2,2), tingkat kekayaan tinggi (OR= 2,1), usia 36-40tahun (OR= 1,6), tempat tinggal di perkotaan (OR= 1,6), pernah melahirkan 1 kali(OR= 1,5), indikasi medis (OR= 1,2), tempat periksa hamil di fasilitas kesehatan(OR= 1,1), tempat bersalin di fasilitas kesehatan (OR= 1,1), dan frekuensi ANC 0-3 kali (OR= 0,5). Kata kunci: Operasi sesar; sosio demografi; riwayat kehamilan; riwayat persalinan; indikasimedis pada ibu
Percentage of caesarean section method in Indonesia of 2012 is 12%. Thispercentage has increased when compared to the year 2007. Objective of this studywas to determine the factors affecting cesarean section method. The sample size inthis study was 17.807 respondents using secondary data IDHS of 2012. Theresults show the strength of the relationship of caesarean section method inIndonesia can be seen based on the value of odds ratio (OR), the greater of thevalue of OR will affect the greater influence on cesarean section method.OR values from the largest to the smallest in a row is: higher education(OR = 2.2), health professionals are examining is an obstetrician (OR = 2.2), highwealth levels (OR = 2.1), age is 36-40 years (OR = 1.6), urban residence (OR =1.6), respondent had delivered 1 times (OR = 1.5), the medical indications (OR =1.2), a pregnancy check in a health facility (OR = 1.1), place of birth in a healthfacility (OR = 1.1), and the frequency of ANC is 0-3 times (OR = 0.5).Key words:Caesarean section; socio-demographic; history of pregnancy; history of labor;maternal medical indications
Read More
S-8408
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noor Latifa; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Besral, R. Sutiawan, Syafri Guricci, Rahmini Shabariah
Abstrak:

Tesis ini membahas mengenai ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC selama kehamilannya dengan kejadian kematian neonatal. Kematian neonatal merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian utama di dunia. Kematian neonatal dapat disebabkan berbagai faktor, baik dari segi faktor ibu, faktor bayi maupun faktor pelayanan kesehatan. Frekuensi kunjungan ANC merupakan bagian pelayanan kesehatan yang merupakan faktor pencegah terjadinya kematian neonatal jika ibu hamil mengikuti semua yang dianjurkan pada pelayanan antenatal, yaitu melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali selama 3 trimester kehamilannya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal adalah frekuensi kunjungan ANC, paritas, komplikasi kehamilan, berat lahir bayi, pemeriksaan neonatal dini. Terdapat interaksi antara frekuensi kunjungan ANC dengan berat lahir bayi yaitu ibu yang tidak melakukan kunjungan ANC atau < 4 kali selama kehamilannya dan memiliki bayi dengan berat lahir ≥ 2500 gram memiliki peluang lebih besar 2,6 kali untuk terjadinya kematian neonatal dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali selama kehamilannya. Hal ini dikarenakan kematian neonatal pada bayi yang memiliki berat lahir ≥ 2500 gram sebagian besar adalah bayi dengan berat lahir > 4000 gram yang merupakan risiko tinggi untuk terjadinya kematian neonatal, sehingga diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kematian neonatal untuk berat bayi > 4000 gram. Dan yang berkaitan dengan frekuensi kunjungan ANC, diharapkan dari pemerintah membuat kebijakan yang lebih tegas mengenai kewajiban ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dalam 3 trimester selama kehamilannya. Kata kunci : ANC, antenatal, berat lahir, neonatal, kematian, kematian neonatal


This thesis discusses the pregnant mothers who visited ANC during pregnancy with the incidence of neonatal death. Neonatal mortality is a health issue that is still a major concern in the world. Neonatal deaths can be caused by various factors, both in terms of maternal factors, infant factors and health service factors. Frequency of ANC visits are part of health care is a factor preventing the occurrence of neonatal death when pregnant women are advised to follow all the antenatal care, ie a visit ANC ≥ 4 times during the three trimesters of pregnancy. This study uses cross-sectional design using multiple logistic regression analysis. These results indicate that the cause of neonatal death is the frequency of ANC visits, parity, pregnancy complications, birth weight infants, early neonatal examination. There is interaction between the frequency of ANC visits with the mother's birth weight infants who did not make a visit ANC or 4000 grams who are at high risk for the occurrence of neonatal death, so expect to do further research on neonatal mortality to infant weight > 4000 g. And related to the frequency of ANC visits, expected from the government to make policies more firmly on the obligations of pregnant women for pregnancy check at least 4 times in the third trimester during pregnancy. Key words : ANC, antenatal, birth weigth, neonatal, mortality, neonatal mortality

Read More
T-3572
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurmiati; Pembimbing: Besral, Sabarinah B. Prasetyo; Penguji: Soetanto Priyo Hastono, Rustam Effendi
T-2835
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leli Purnamasari; Pembimbing: Luknis Sabri; Penguji: Pandu Riono, Ika Lastyaningrum
S-7489
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Junaedi; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Mila Herdayati, Anindita Dyah Sekarpuri
Abstrak: Fenomena penurunan persentase perkawinan usia 15-19 tahun dan peningkatan median usia kawin pertama (UKP) dari data SDKI 1997, 2002-2003, dan 2007 menjadi anomali dengan masih adanya permasalahan kependudukan, termasuk dalam hal keluaran kesehatan reproduksi. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Praktek diduga mempengaruhi hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan membagi keluaran kesehatan reproduksi menjadi dimensi fisik dan sosial. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap dan praktek mengganggu hubungan UKP terhadap keluaran kesehatan reproduksi dengan begitu disarankan pemerintah tak hanya berfokus dalam UKP saja melainkan juga mempertimbangkan hasil temuan ini.
 

Phenomenon of reduction percentage of marriage aged 15-19 and the enchancement of the median of age at first marriage from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 1997, 2002-2003, and 2007 are anomaly of persistence population problems, one of them is outcome health reproduction. Knowledge, Attitude, and Practice influence are expected confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction. This study used IDHS’s data in 2007 by dividing the health reproduction outcome into physical and social dimensions. The results are Attitude and Practice confounding relationship between age at first marriage and outcome health reproduction and suggested to the government to not only focused in age at first marriage but also the
Read More
S-7829
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maesaroh; Pembimbing: Besral; Penguji: Endang Laksminingsih Achadi, Indang Trihandini, Flourisa J. Sudrajat, Nana Mulyana
Abstrak:

Jawa Barat mempunyai jumlah penduduk yang terbesar dibancling dengan propinsi lain. Pertambahan penduduk yang masih tinggi tersebut terlihat dengan masih tingginya angka TFR (Total Fertility Rate) yaitu 2,6l% dengan ASFR kelompok 20-29 tahun (SDKLI997). Cakupan akseptor KB aktif saat ini mencapai 69% dari PUS yang tercatat di Dinas Kesehatan propinsi Jawa Barat. J enis alat yang paling banyak digunakan adalah suntik, pil dan IUD.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Data yang digunakan adalah data sekunder SDKI 1997. Desain penelitian adalah crossectional dengan uji statistik analisis survival.Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kelangsungan pemakaian alat yang paling lama adalah FUD yaitu sebesar 65%, suntik 40,86% dan pil 35.55% pada interval waktu 1992-1997. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil adalah variabel umur, jumlah anak dan biaya, pada IUD selain variabel umur, jumlah anak, pendidikan, dan untuk suntik hanya ada dua variabel yang berpengaruh yaitu umur dan jumlah anak yang berhubungan dengan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.Secara umun dapat dikatakan bahwa kelangsungan pemakaian kontrasepsi di Jawa barat mempunyai rata-rata kelangsungan lebih dari 2 tahun. Ditinj au dari umur dan jumlah anak, responden yang memakai kontrasepsi dalam penelitian ini sebagian besar adalah kelompok usia muda 20-35 tahun dengan jumlah anak kurang sama dengan 2. Upaya yang harus dilakukan adalah petugas lapangan hendaknya memberikan pembinaan pada pasangan usia subur terutama pada kelompok umur pasangan muda. Pembinaan yang dilakukan petugas lapangan kepada calon dan akseptor hendaknya dalam bentuk konseling dan persuasiti Petugas lebih memberikan informasi tentang alat kontrasepsi IUD kepada responden dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, karena pada umumnya tingkat pendidikan responden yang masih rendah. Memasyarakatkan IUD melalui media elektronik seperti TV, Radio, atau bahkan memutar film di desa yang berhubungan dengan program KB khususnya IUD.


 

Compare the other provinces, The ProvinceWest Java has the biggest population. The population growth has been increasing, as can be seen in the Total Fertility Rate (TFR), which is 2.61%, for Age Spesific Rate (ASFR) within groups of 20-29 years old (1997). The coverage of contraceptive users in 69%, most of them use injection, pills and IUD.This study is aimed to gain information on the factors related to the period of time contraception uses. This study uses secunder data SDKI 1997. Study design used is Cross sectional with survival analysis.This research shows that the longest period of contraception use is five years, i.e: 65% of IUD, 40.62% injection and 34.75% pills. Age and number of children are factors related to the using period of pills, IUD and injection, cost also affect the use of pills where education related IUD.Generally, the Province of West Java has an average of two years period of time in contraception uses in this research are mostly young age women of 20-35 with less equal of two children. Field workers should give guidance for fertile-aged women who have been already acceptors. Guidance given should be in counseling in a more persuasive way, or by including community leaders and religious leaders in giving informations about IUD, because of the respondents have low education.

Read More
T-1395
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Retno Mardhiati Adiwiryono; Pembimbing: Farida Mutiarawati Tri Agustina; Penguji: Luknis Sabri, Dian Ayhubi, Lukas C. Hermawan, Hendrianto
Abstrak:

Pemanfaatan tenaga penolong persalinan berhubungan secara tidak langsung dengan kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian ibu disebabkan adanya komplikasi persalinan dan terlambat dalam merujuk kasus yang berisiko tinggi, sedangkan tingginya angka kematian bayi disebabkan persalinan yang kurang bersih (steril) yang berisiko untuk terkena tetanus neonalorum. Pemanfaaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan dapat menangani komplikasi persalinan, dapat cepat mendeteksi kasus berisiko tinggi, dan merupakan persalinan yang higienis. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan antara lain program Bidan di Desa (BdD), namun sampai sekarang cakupan persalinan masih tetap dibawah target. Pemanfaatan tenaga persalinan berkaitan dengan faktor sosio budaya masyarakat setempat dan karakteristik ibu. Untuk meningkatkan cakupan pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan, sangat memerlukan pengetahuan tentang faktor sosio budaya masyarakat dan karaktersitik ibu tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga penolong persalinan di Indonesia tahun 1997. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari 20.080 responden yang merupakan responden dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 1997, Variabel yang diteliti adalah umur ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, paritas, riwayat kehamilan ibu, antenatal care, kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan mendengar radio, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel adalah ibu yang pernah melahirkan. Data dikumpulkan dan diolah dengan perangkat lunak statistik khusus desain kompleks. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan (48,17 %) lebih rendah daripada pemanfaatan non tenaga kesehatan (51,83 %). Uji bivariat menemukan bahwa adanya hubungan antara pemanfaatan tenaga penolong persalinan dengan umur ibu, pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, riwayat kehamilan, antenatal care, kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan mendengar radio, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami (pvalue <0,05), juga ditemukan tidak ada hubungan antara pemanfaatan tenaga penolong persalinan dengan paritas. Dan hasil uji multivariat ditemukan model yang terbaik dari deteminan pemanfaatan tenaga penolong persalinan adalah pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, riwayat kehamilan, antenatal care kebiasaan membaca surat kabar, kebiasaan menonton televisi, dan pendidikan suami dan adanya variabel interaksi yang signifikan yaitu pendidikan dengan kebiasaan membaca surat kabar, pendidikan dengan antenatal care, dan tingkat sosial ekonomi dengan pendidikan suami. Pendidikan yang tinggi akan memudahkan penyerapan dan penerimaan informasi kesehatan terutama tentang pelayanan kesehatan kehamilan dan persalinan , tingkat sosial ekonomi yang rendah mendorong pemanfaatan non tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan, dikarenakan non tenaga kesehatan dapat dibayar murah dan dapat dicicil. Pada keterpaparan ibu terhadap media massa ditemukan media massa dapat mendorong ibu untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Pendidikan suami yang tinggi akan mendukung pengambilan keputusan untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Berdasarkan hasil yang ditemukan, maka saran yang diajukan antara lain memberdayakan masyarakat terutama wanita dalam bidang pendidikan dan ekonomi, sehingga masyarakat terutama wanita dapat hidup mandiri dan berkualitas.


 

The utilization of delivery services related to the maternal mortally and the baby also. The increasing of maternal mortality is caused of complication and there is not konwledge about the high risk of delivery, and the increasing mortality of the baby is caused of unsterile delivery that can cause neonatorum tetanus. The utilization of delivery services is espacted to handle the complilcation and detect the high risk case of delivery to provide a hygenic delivery. There are so many ways to increase the scope of delivery services such as the midwife program in villages (BBD), but until now the scope of delivery is still under the target. The utilization of delivery service related to the sociological cultural factor and maternal characteristic in order to increase the scope of the utilization of delivery services. The purpose of this research is to know the factors that related to the utilization of delivery services in Indonesia in 1997. This research is a secondary data analysis from 20.080 respondents of demography survey and Indonesian health (SDKI) in 1997. The research consist of mother's age, educattion, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a news paper, listening to the radio, watching televisionn and husband's education. Design of this research is cross sectional, and the sample is all of the woman who deliver their babies. This data is collected and made using the soft ware STATA version 6.0. The result of this research shows that the utilization of health services (49,8 %). The result of bivariat analysis shows that there is a relationship between the utilization of delivery services with mother's age, education, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a newsaper, listtening to the radio,watching television and husband's education (pvalue <0,05) and there is no relationship between the utilization of delivery services and paritas. By multivariat analysis is found a great model from determinant of utilization of delivery services such as mother's education, social economic level, pregnancy history, antenatal care, the habit of reading a news paper, watching television and husband's education also the significant interaction variable that is education with the habit of reading a news paper, education with anternal care and social economic level husband's education. Education is a way to make the people easy to receive the health information especially about health care, pregnancy and delivery, low secial economic level makes the utilization of non health service as a delivery service because they can pay with the lower price. By reading, they can receive a knowledge and realize that it is important to delivered their babies by halped of delivery services. Husband's education influece also. Based on result of this research, it is important to develop the human resources, especially women in economic and education fields, so that the people can stand by them selves and live in good quality.

Read More
T-1135
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deti Adipriati; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Fadida Mutiarawati, Hani Herianto, Shirley Ivonne M
T-2364
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive