Ditemukan 28051 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kebisingan lalulintas jalan merupakan masalah utama masyarakat di daerah perkotaan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya gangguan kesehatan psikologis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kebisingan lalulintas jalan terhadap gangguan kesehatan psikologis anak SDN Cipinang Muara Kecatamatan Jatinegara dan pengaruh faktor risiko lainnya seperti jarak, lama pajanan, lama sekolah dan umur. Disain penelitian adalah Kasus-kontrol, dengan populasi adalah anak sekolah dasar kelas IV, V dan VI. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 240 anak yang terdiri dari 80 kasus dan 160 kontrol. Cara pengambilan sampel menggunakan rancangan sampling bertingkat. Data Kebisingan diukur di dalam kelas, menggunakan Noise Logging Dosimeter Q-400/500. Analisis bivariabel dengan uji beda proporsi dengan kai kuadrat dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.Analisis bivariabel diperoleh ada pengaruh kebisingan, jarak dan lama pajanan dengan gangguan kesehatan psikologis, sedangkan lama sekolah dan umur tidak berpengaruh. Hasil analisis multivariabel mengindikasikan, bahwa anak sekolah dasar yang menerima kebisingan lalulintas jalan > 61,8 dBALeq dalam lingkungan sekolah berisiko 10,9 kali mengalami gangguan kesehatan psikologis dibanding dengan anak sekolah dasar yang menerima kebisingan lalulintas jalan ≤ 61,8 dBALeq secara bersama-sama dengan variabel jarak dan variabel lama pajanan. Perlu dilakukan sosialisasi dan penerapan peraturan perundangan tentang kebisingan dan dampaknya secara tegas dan konsisten. Pembinaan dan pengawasan dengan melakukan penyuluhan dan pemantauan kebisingan dan dampaknya secara berkala yang melibatkan lintas program dan sektor terkait. Untuk memastikan adanya inferensi kausal temporality, perlu dilakukan penelitian sejenis dengan disain studi kohort atau eksperimental, meningkatkan jumlah variabel yang secara substansi berpengaruh serta lokasi penelitian yang lebih tepat agar dapat menggambarkan kondisi lapangan yang lebih mantap.
The Effect of Road Traffic Noise on Psychological Health Disorders of School Children at Cipinang Muara Elementary School, Jatinegara Sub District, East Jakarta City, DKI Jakarta Province, 2005. The traffic noise is the main issue of the community who live in urban area because it may cause an adverse human health and psychological effects. The purpose of this study is to describe the effect of road traffic noise to psychological health disorders on school children of Cipinang Muara elementary school at Jatinegara Sub District, and other risk factors such as distance, length of exposure, learning periode in school, and age. This research applied a case-control study with sample population of elementary school students from grade 4 to 6. Total samples were 240 children, including 80 cases and 160 controls. Data were collected through a multistage of random sampling. Data analysis used a computer program of univariate, bivariate and multivariate. Road traffic noise data measure in the classroom using noise logging dosimeter Q-400/500. Bivariate analysis (Chis-Square) and multiple logistic regression analysis are applied in the analysis. Bivariate analysis showed that there were a significantly effect of traffic noise, distance of seat, and length of exposure towards psychological health problems. On the other side, the length of school period and age of respondents did not have any significantly effect to the psychological health problems on the elementary school students. Multivariate analysis indicated that the elementary school students exposed to traffic noise more than 61.8 dBLAeq in the school area having a risk of psychological health problem 10.9 higher than those who were exposed to traffic noise less than 61.8 dBLAeq, a long with the distance variable and the length of noice exposure. It is required to socialize and apply the regulation on noise control and its impact in a consistently manner. Also, it is necessary to conduct health promotion and integrated monitoring both with inter-sector and inter-program. At last, to ensure the presence of inferential causal temporality, it is required to conduct further study with design of cohort or experimental study. This includes the increase of variable number and location of study in order to describe the real condition.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 37 pekerja (44%) mengalami keluhan gangguan pendengaran tinggi. Berdasarkan uji chi square, terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan > 85 dBA (p value=0,039, OR=2,8), usia (p value=0,012, OR=3,457) dan penggunaan alat pelindung telinga (APT) (p value=0,046, OR=2,761) dengan keluhan gangguan pendengaran. Sedangkan variabel masa kerja, riwayat penyakit telinga, riwayat hipertensi, riwayat diabetes, merokok, dan hobi terpajan bising tidak menunjukan hubungan yang signifikan.
Hasil analisis multivariat menunjukan pekerja yang terpajan kebisingan diatas NAB memiliki risiko 4,512 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang terpajan kebisingan dibawah NAB setelah dikontrol oleh variabel usia. Pekerja yang terpajan kebisingan berisiko untuk mengalami keluhan gangguan pendengeran. Pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun dan tidak menggunakan APT saat berkeja memiliki risiko lebih besar untuk mengalami keluhan gangguan pendengaran.
Kata kunci: Industri Tekstil, Kebisingan, Keluhan Gangguan Pendengaran
PT X is a textile industry in Indonesia with a variety of machinery and equipment generating high-intensity noise in several areas. This study aimed to analyze the relationship between noise intensity higher than 85 dBA with hearing loss complain on workers of spinning, weaving, and dyeing department at PT X. The method used in this study was quantitative analysis with a cross-sectional study design. The number of samples in this study was 84 workers chosen by proportionate stratified random sampling method. The independent variable in this study was noise level while the dependent variable was hearing loss complaints, with confounding variables included characteristic and worker behavior.
The study result shows that 37 workers (44%) experienced hearing loss complaints. Based on the chi-square test, there was a significant relationship between noise > 85 dBA (p value = 0.039, OR = 2.8), age (p value = 0.012, OR = 3.457) and hearing protection device (HPD) utilization (p value = 0.046, OR = 2.761) with hearing loss complaints. Meanwhile, variables of the working period, ear disease history, hypertension history, diabetes history, smoking history, and noise exposure do not show a significant relationship.
The multivariate result shows that workers exposed to noise above TLV possess 4.512 times higher risk than the workers exposed to noise under TLV after being controlled by age variable. Noise-exposed workers are at risk of experiencing complaints of hearing loss. Workers who are over 40 years old and do not use HPD while working have a greater risk of experiencing hearing loss complaints.
Keywords: Hearing Loss Complain, Noise, Textile Industry
Kebisingan merupakan salah satu polutan dan hasil samping pemanfaatan teknologi. Menurut Permenkes no. 718 tahun 1987, kebisingan diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan, yang bersumber dari industri dan transportasi/lalu lintas. Ketika tingkat kebisingan di suatu lokasi kerja sudah melampaui ambang batas yang dipersyaratkan berdasarkan SNI 2004, maka penanganan terhadap sumber maupun titik-titik penjalarannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya adanya hubungan intensitas kebisingan di tempat kerja dengan NIHL pada karyawan di bagian produksi PT. SCTI. Populasi penelitian ini meliputi karyawan di PT. SCTI, dan sebagai sampel yaitu karyawan yang bekerja di bagian produksi PT. SCTI dengan masa kerja ≥ 3 tahun dan berumur < 40 tahun berjumlah 105 responden, sampel diambil secara Stratified Random Sampling (SRS). Rancangan desain studi yaitu cross sectional. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancara dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program analisis yang ada di FKM UI. Hasil penelitian diperoleh, rata-rata intensitas kebisingan di lingkungan kerja adalah 96,0 dB (A) dengan intensitas terendah 78,2 dB (A) dan tertinggi 98,4 dB (A). Sedangkan rata-rata lama pajanan kebisingan per hari responden di Departemen Spinning dan Weaving adalah 10 menit sampai dengan 3,5 jam. Hasil audiogram menunjukkan, responden paling banyak tidak menderita NIHL yaitu 82 orang (781%) sedangkan yang menderita NIHL ada 23 orang (21,9%). Berdasarkan analisis hubungan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan NIHL didapatkan nilai p = 0,023, berarti pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan NIHL. Analisis multivariat menunjukkan, variabel yang berhubungan bermakna (signifikan) dan mempunyai pengaruh paling besar terhadap NIHL adalah variabel intensitas kebisingan, dengan Odds Ratio (OR) = 1,115. Variabel umur, jenis kelamin, memakai APT, dan merokok merupakan variabel konfonding. Kesimpulan penelitian ini yaitu intensitas kebisingan merupakan faktor yang paling dominan dan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap NIHL setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, memakai APT, dan merokok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengambil kebijakan terutama bidang kesehatan karyawan, khususnya untuk mengurangi dampak akibat dari bising di lingkungan kerja. Selain itu dapat memberikan informasi yang valid dan reliable pada Instansi program terkait, mengenai prevalensi dari NIHL pada sebagian besar karyawan pabrik tekstil.
Noise is one of pollutant and by product of technology benefit. According by decree of the health minister no. 718 in 1987, noise deciphrable as unwanted sound and can annoyed or endangered of health that source from industry and transportation. When noise levels at workplaces exceeding Threshold Limit Values (TLV) based on SNI 2004 then handling to source need to do. Objectives of the research to find out there was relation of noise intensity at workplaces with NIHL on worker in PT. SCTI production departement. Population in the research is worker in PT. SCTI and as a sample that is worker in production departement has working life ≥ 3 year and be old < 40 tahun amount to 105 respondent, with Stratified Random Sampling (SRS) and a cross-sectional study. Data handling with two way that is measurement and direct interview using questionnaire. Data analysis in the research using analysis program at FKM UI. Results: noise intensity average at workplaces is 96,0 dB (A), lowest intensity 78,2 dB (A) and highest 98,4 dB (A), with exposed to time weighted average is 10 minute-3,5 hour. The most respondent who is not suffer NIHL 82 person (78,1%) and suffer NIHL 23 person (21,9%). According to relationship analysis between noise intensity at workplaces with NIHL acquired p value = 0,023, mean that on 5% alpha there was significant relationship between noise intensity at workplaces with NIHL. Multivariate analysis indicating that noise intensity variable which is significant relationship and have biggest effects to NIHL (Odds Ratio (OR) = 1,115). Variable of age, sex, APT, and smoker as confounding variable. Conclusion: noise intensity is the most dominant factor and have biggest effects to NIHL after controlable by variable of age, sex, APT, and smoker. The research result expectation can helping company to taking policy on worker health sector, particularly to reduce the effect in consequence of noise at workplaces. Beside that is can giving an information which is valid and reliable to relevant program instance about prevalence from NIHL on the most worker in textile factory.
