Ditemukan 39490 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Novitasia Elsera Gultom; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: R. Sutiawan, Anindita Dyah Sekarputri
Abstrak:
Pernikahan di usia dini atau yang disebut dengan early marriage merupakan suatu bentuk pelanggaranhak-hak anak dan hak-hak manusia. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka pernikahandini cukup tinggi, dimana menempati posisi ke-37 dunia dan ke-2 ASEAN setelah Negara Kamboja.Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tren dan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini di Indonesia dengan analisis data SDKI 2012. Pada penelitian ini menggunakan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis,univariat dan bivariat dengan desain potong lintang. Penelitian ini memakai sampel Wanita UsiaSubur (WUS) 35-49 tahun yang pernah kawin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tren daripernikahan usia dini menurun menjadi 30,5% pada tahun 2012, yang sebelumnya 48,1% pada tahun2007. Dampak yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah fertilitas dan status kawin. Dampak yang paling berhubungan adalah fertilitas. Kata kunci: fertilitas; Indonesia; pernikahan usia dini
Marriage at an early age, or the so-called early marriage is a form of violation of children's rights andhuman rights. Indonesia is a country that has a fairly high rate of early marriage, which occupies the37th position of the world and the 2nd ASEAN after the State of Cambodia. The aim of the study is todescribe how about the trends and the impact of early marriage in Indonesia with secondary dataanalysis of IDHS 2012. In this study using the data of the Indonesia Demographic Health Survey(IDHS) which includes univariate and bivariate analysis were used the design of cross-sectional study.The sample of this study using Eligible Women 35-49 years who ever married. The result showedthat the trend of early marriage decreased to 30,5% in 2012, which previously 48,1% in 2007. Earlymarriage associated with fertility and marital staus. The most associated impact with early marriage isfertility.Key words: early marriage; ertility; Indonesia
Read More
Marriage at an early age, or the so-called early marriage is a form of violation of children's rights andhuman rights. Indonesia is a country that has a fairly high rate of early marriage, which occupies the37th position of the world and the 2nd ASEAN after the State of Cambodia. The aim of the study is todescribe how about the trends and the impact of early marriage in Indonesia with secondary dataanalysis of IDHS 2012. In this study using the data of the Indonesia Demographic Health Survey(IDHS) which includes univariate and bivariate analysis were used the design of cross-sectional study.The sample of this study using Eligible Women 35-49 years who ever married. The result showedthat the trend of early marriage decreased to 30,5% in 2012, which previously 48,1% in 2007. Earlymarriage associated with fertility and marital staus. The most associated impact with early marriage isfertility.Key words: early marriage; ertility; Indonesia
S-8494
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Widia Noviyanti; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Tris Eryando, Flourisa Julian Sudradjat
S-7943
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nur Hadi Budhy Setyanto; Pembimbing: Sudjianto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Salimar
S-10026
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Julius Sugiharto; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Flourisa J. Sudrajat
S-6727
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Safira Alifia Husna; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Tris Eryando, Dian Kristiani Irawaty, Ardiansyah
Abstrak:
Read More
Pulau Kalimantan merupakan pulau dengan provinsi-provinsi yang menduduki kejadian perkawinan anak paling tinggi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Akibat banyaknya dampak kesehatan yang timbul akibat perkawinan anak, pemerintah Indonesia dalam RPJMN dan Dunia dalam SDG’s menargetkan penghapusan praktik perkawinan anak turun menjadi 8,74% (2024) dan 6,94% (2030). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan determinan perkawinan anak pada wanita menikah usia 15-29 tahun di Pulau Kalimantan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah seluruh wanita menikah berusia 15-29 tahun yang terpilih menjadi responden dalam SDKI 2007, 2012 dan 2017 di Pulau Kalimantan dan dianalisis menggunakan analisis regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan tren kejadian perkawinan anak dari tahun 2007-2017 stagnan (Prevalensi 2007: 54,4%; Prevalensi 2012: 52,3%; Prevalensi 2017: 52,4%). Status pendidikan, pendidikan pasangan, perbedaan umur, wilayah tempat tinggal, dan indeks kekayaan merupakan determinan perkawinan anak untuk tahun 2007 dan 2007-2017. Status pendidikan, perbedaan umur, wilayah tempat tinggal, dan indeks kekayaan merupakan determinan perkawinan anak untuk tahun 2012. Status pendidikan, pendidikan pasangan, pekerjaan pasangan, dan perbedaan umur merupakan determinan perkawinan anak untuk tahun 2017. Selanjutnya, determinan utama yang mempengaruhi perkawinan anak di Pulau Kalimantan secara berturut-turut yakni status pendidikan (OR 2,9;95%CI:1,17-5), perbedaan umur (OR 2,9; 95%CI: 2,2-3,7), pekerjaan pasangan (OR 13,9; 95%CI: 1,4-137,5), dan perbedaan umur (OR 2,6; 95%CI: 2,2-3).
Kalimantan Island is an island with the highest number of child marriages in Indonesia in the last 10 years. Due to the many health impacts resulting from child marriage, Indonesian government in the RPJMN and SDG’s targeting the elimination of the practice of child marriage to fall to 8.74% (2024) and 6.94% (2030). This research aims to determine trends and determinants of child marriage among married women aged 15-29 years on the island of Kalimantan. This study used a cross-sectional design. The research sample was all married women aged 15-29 years who were selected as respondents in the 2007, 2012 and 2017 IDHS on Kalimantan Island and analyzed using multiple logistic regression analysis. The research results show that the trend in the incidence of child marriage from 2007-2017 was stagnant (Prevalence 2007: 54,4%; Prevalence 2012: 52,3%; Prevalence 2017: 52,4%). Educational, partner's education, age difference, area of residence, and wealth index are determinants of child marriage for 2007 and 2007-2017. Educational, age difference, area of residence, and wealth index are determinants of child marriage for 2012. Educational, partner’s education, partner's occupation, and age difference are determinants of child marriage for 2017. Furthermore, the main determinants that influence child marriage on Kalimantan Island respectively namely educational (OR 2.9; 95%CI: 1.17-5), age difference (OR 2.9; 95%CI: 2.2-3.7), partner's occupation (OR 13.9; 95%CI: 1.4-137.5), and age differences (OR 2.6; 95%CI: 2.2-3).
T-6845
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nur A'isyah Amalia Putri; Pembimbing: Besral; Pwnguji: Adang Bachtiar, Sutanto Priyo Hastono, Rahmadewi
Abstrak:
Read More
Kelangsungan hidup neonatal dini merupakan kemampuan neonatus untuk bertahan hidup atau menjalani kehidupan hingga mencapai usia enam hari. Masa neonatal dini disebut sebagai masa kritis pada bayi baru lahir, dengan estimasi separuh kematiannya terjadi pada 24 jam pertama pasca lahir. Kurangnya pelayanan berkualitas pada saat atau segera setelah lahir dan pada hari-hari pertama kehidupan memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup neonatus. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sampel SDKI 2017, dengan jumlah sampel sebanyak 15.270 anak lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 1000 bayi yang berumur 0 hari (baru lahir) terdapat 991 bayi yang mampu bertahan hidup sampai berusia tepat 6 hari. Berdasarkan hasil uji regresi Cox, faktor utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan yang berpengaruh dan signifikan secara statistik terhadap kelangsungan hidup neonatal dini yaitu, persalinan yang bukan ditolong oleh tenaga kesehatan, utilisasi layanan KN 1 yang tidak lengkap, dan utilisasi layanan ANC < 6 kali dengan paritas ibu 1 anak, setelah dikontrol dengan usia ibu saat melahirkan, paritas, dan berat lahir bayi. Pengaruh utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan terhadap kelangsungan hidup neonatal dini tidak dipengaruhi oleh waktu. Adapun, faktor utilisasi pelayanan kesehatan yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup neonatal dini, yakni layanan KN 1.
Early neonatal survival is the ability of neonates to survive until they reach the age of six days. The early neonatal period is referred to as a critical period for newborns, with an estimated half of deaths occurring in the first 24 hours after birth. Lack of quality care at or immediately after birth and in the first days of life has an impact on neonate survival. This study used a retrospective cohort study design with a quantitative approach. The data used is the 2017 IDHS sample data, with a total sample of 15,270 children ever born. The results of the study showed that out of 1000 babies who were 0 days old (newborn), 991 babies were able to survive until they were exactly 6 days old. Based on the results of the Cox regression test, the factors of health service utilization during pregnancy to postpartum that have a statistically significant influence on early neonatal survival are, births that are not assisted by health workers, incomplete utilization of first neonatal visit services, and utilization of antenatal care services less than 6 times with the mother's parity of 1 child, after controlling for the mother's age at birth, parity, and baby's birth weight. The influence of health service utilization during pregnancy to postpartum on early neonatal survival is not influenced by time. Meanwhile, the health service utilization factor that most influences early neonatal survival is the first neonatal visit service.
T-6896
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Demsa Simbolon; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar, Sabarinah B Prasetyo; Penguji: Kusharisupeni, Edward Firdaus Sembiring, Itje A. Ranida
Abstrak:
Latar Belakang: Kelangsungan hidup bayi di Indonesia masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tingginya AKB di Indonesia. AKB di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya dan tetap berada pada keadaan intermediate rock, juga sangat bervariasi antar wilayah, dimana AKB di pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan lebih menitikberatkan perhatian pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian bayi, sangat sedikit yang menganalisis umur kelangsungan hidup bayi, dan tidak membandingkan kelangsungan hidup bayi di perkotaan dan pedesaan. Tujuan: Penelitian bertujuan menggambarkan probabilitas kelangsungan hidup bayi serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi di Indonesia dan menurut wilayah perkotaan dan pedesaan. Metoda: Penelitian ini menggunakan data SDKI 2002-2003, dengan rancangan cross sectional. Data dapat dianalisis dengan analisis survival karena tersedia informasi waktu (time) dan kejadian (event), dengan waktu pengamatan mulai bayi lahir sampai usia sebelum satu tahun. SDKI tahun 2002–2003, sampel berjumlah 11.588 bayi, terdiri dari 4769 bayi di perkotaan dan 6819 bayi di pedesaan. Bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dianalisis dengan mengaplikasikan analisis survival. Analisis mencakup analisis univariabel, analisis bivariabel dengan metode life table dan regresi cox sederhana, dan analisis multivariabel dengan regresi cox ganda. Hasil: Probabilitas kelangsungan hidup bayi di perkotaan (98,59%) lebih tinggi dibandingkan bayi di pedesaan (97,54%). Proporsi kematian bayi di pedesaan dua kali lebih banyak dibandingkan bayi di perkotaan. Kurva kelangsungan hidup bayi menurun tajam pada umur bulan pertama (masa neonatal), untuk umur berikutnya penurunan probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih landai. Menurut wilayah, penurunan probabilitas kelangsungan hidup bayi di perkotaan lebih landai dibandingkan di pedesaan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi di perkotaan adalah adalah berat badan lahir, waktu pemberian ASI, penolong persalinan dan interaksi antara penolong persalinan dengan berat badan lahir setelah dikontrol faktor frekuensi kunjungan pelayanan antenatal, tempat persalinan, dan nomor urut lahir, sedangkan di pedesaan adalah frekuensi kunjungan pelayanan antenatal, berat badan lahir, penolong persalinan, nomor urut lahir, waktu pemberian ASI, tempat persalinan, interaksi penolong persalinan dengan waktu pemberian ASI setelah dikontrol faktor jarak kelahiran dan jenis kelamin. Kesimpulan: Terdapat perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi di perkotaan dan pedesaan. Faktor keadaan saat bayi lahir merupakan faktor penting yang berhubungan signifikan dengan kelangsungan hidup bayi, faktor waktu pemberian ASI pertama kali merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi. Kata Kunci : Bayi, Kelangsungan Hidup Bayi, Perkotaan dan Pedesaan, Analisis Kesintasan, Proportional Hazard Model.
Background: Infant’s survival is still low on Indonesia, it based on high IMR level on Indonesia. IMR on Indonesia is higher compared to other ASEAN country and still on intermediate rock condition and multiplicity among the area, which are 32 per 1000 birth on urban and 52 per 1000 birth on rural. From previous researches which more concentrate on factors relate to infant mortality, and few analyze on infant’s survival age, and not comparing infant’s survival on urban and rural. Objektive: This research’s aim is to describe infant’s survival probability also analyzing faktors relate to infant’s survival on Indonesia and based on the urban and rural area. Methods: This research is using SDKI 2002-2003 data. Cross sectional data on SDKI 2002-2003 can be analyze by survival analyses because it contain time and event information, with survey period from infant’s birth until less than one year age. Sample’s amount 11.588 infant, consist of 4.769 infant on urban and 6.819 infant on rural. Data analysis using survival analysis application with life table and Cox regression also time independent covariate if variabel doesn’t meet proportional hazard ratio assumption. Result: Probability infant’s survival on urban (98,59%) higher than on rural (97,54%). On rural infant’s mortality proportion is twice higher than on urban. Infant’s survival time probability decline on first month age (neonatal mortality), for higher age infant’s survival time probability is still low, but not as low as the first month age. According to the area, on urban infant’s survival time probability is even lower than on rural. Faktors related to infant’s survival time probability on urban are birth weight, breast feeding period, birth assistance and interaction between birth assistance with birth weight after controlled by antenatal service visit frequency faktor, birth weight, birth assistance, birth queue number, breast feeding period, bearing place, birth assistance interaction with breast feeding period after controlled by birth distant faktor and gender. Conclusion: Infant’s survival determinant faktor is infant condition when the baby born, besides the antenatal service visit frequency. As a dominant faktor is breast feeding period. Midwife or birth assistance is a precondition faktors of infant’s weight effect and breast feeding on infant effect to infant survival time. Appropriate intervention is needed for problem that found on each city and rural area. Main intervention effort is increasing early breast feeding as soon as the infant born which also an advantage for lessening birth interval, beside it also improves birth assistance ability on BBLR infant process, and helps mother on breast feeding as soon as the baby born, increase antenatal service coverage, and increase birth delivery coverage by health worker. Keyword: Infant, Infant Survival, Survival Analysis, Rural and Urban, Proportional Hazard Model.
Read More
Background: Infant’s survival is still low on Indonesia, it based on high IMR level on Indonesia. IMR on Indonesia is higher compared to other ASEAN country and still on intermediate rock condition and multiplicity among the area, which are 32 per 1000 birth on urban and 52 per 1000 birth on rural. From previous researches which more concentrate on factors relate to infant mortality, and few analyze on infant’s survival age, and not comparing infant’s survival on urban and rural. Objektive: This research’s aim is to describe infant’s survival probability also analyzing faktors relate to infant’s survival on Indonesia and based on the urban and rural area. Methods: This research is using SDKI 2002-2003 data. Cross sectional data on SDKI 2002-2003 can be analyze by survival analyses because it contain time and event information, with survey period from infant’s birth until less than one year age. Sample’s amount 11.588 infant, consist of 4.769 infant on urban and 6.819 infant on rural. Data analysis using survival analysis application with life table and Cox regression also time independent covariate if variabel doesn’t meet proportional hazard ratio assumption. Result: Probability infant’s survival on urban (98,59%) higher than on rural (97,54%). On rural infant’s mortality proportion is twice higher than on urban. Infant’s survival time probability decline on first month age (neonatal mortality), for higher age infant’s survival time probability is still low, but not as low as the first month age. According to the area, on urban infant’s survival time probability is even lower than on rural. Faktors related to infant’s survival time probability on urban are birth weight, breast feeding period, birth assistance and interaction between birth assistance with birth weight after controlled by antenatal service visit frequency faktor, birth weight, birth assistance, birth queue number, breast feeding period, bearing place, birth assistance interaction with breast feeding period after controlled by birth distant faktor and gender. Conclusion: Infant’s survival determinant faktor is infant condition when the baby born, besides the antenatal service visit frequency. As a dominant faktor is breast feeding period. Midwife or birth assistance is a precondition faktors of infant’s weight effect and breast feeding on infant effect to infant survival time. Appropriate intervention is needed for problem that found on each city and rural area. Main intervention effort is increasing early breast feeding as soon as the infant born which also an advantage for lessening birth interval, beside it also improves birth assistance ability on BBLR infant process, and helps mother on breast feeding as soon as the baby born, increase antenatal service coverage, and increase birth delivery coverage by health worker. Keyword: Infant, Infant Survival, Survival Analysis, Rural and Urban, Proportional Hazard Model.
T-2136
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Olivia Tisya Anne E.A. Sigalingging; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Meiwita P. Budiharsana, Maria Gayatri
Abstrak:
Penelitian ini membahas pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun dengan tujuan mengetahui gambaran pengaruh jarak kelahiran dengan kematian bayi di Indonesia berdasarkan karakteristik wilayah perdesaan dan perkotaan. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan analisis multivariabel regresi logistik menggunakan data sekunder SDKI 2017. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 4871 sampel dengan pembagian wilayah perkotaan 2294 sampel dan wilayah perdesaan 2577 sampel pada populasi WUS sudah menikah dan memiliki >1 anak. Hasil penelitian bivariat menunjukkan jarak kelahiran memiliki risiko terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di perkotaan saja berdasarkan nilai OR. Variabel lainnya yang menunjukan hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan P value <0,05 adalah jumlah anak yang dilahirkan, kelengkapan melakukan layanan ANC, dan keinginan ibu memiliki anak lagi. Setelah dilakukan analisis pemodelan terdapat perubahan hasil di kedua wilayah. Di perkotaan, hasil analisis multivariabel yang menunjukan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan AOR>1 adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, tingkat pendidikan tidak sekolah/SD, ANC tidak lengkap, dan ibu menginginkan anak lagi. Di perdesaan, faktor risikonya adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, ANC tidak lengkap, ibu menginginkan anak lagi. Faktor risiko dominan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah adalah ibu yang melahirkan >5 anak. Dapat disimpulkan jarak kelahiran memiliki hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di wilayah perkotaan, sedangkan di wilayah perdesaan jarak kelahiran menjadi faktor risiko setelah dilakukan analisis pemodelan. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah, sehingga faktor risiko bervariasi menurut karakteristik wilayah.
Read More
S-10998
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ahmad Faisal; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Rinni Yudhi Pratiwi
S-6232
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Khobir Abdul Karim Taufiqurahman; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Milla Herdayati, Besral, Ning Sulistiyowati, Usep Solehudin
Abstrak:
ABSTRAK Nama : Khobir Abdul Karim Taufiqurahman Program Studi : Biostatistika Judul : Tren dan Determinan Pendewasaan Usia Pernikahan Pada Wanita Menikah Usia 15-24 Tahun di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007, 2012, dan 2017) Pembimbing : Dr. drs. Tris Eryando M. A. Pernikahan dini selalu berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada perempuan. Komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian pada anak perempuan berusia 15-19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan usia pernikahan pada perempuan menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah wanita menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia pada tahun 2007, 2012, dan 2017. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariabel dan multivariabel dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tren median usia kawin pertama terjadi peningkatan dari tiga tahun data SDKI dan persentase usia kawin pertama kurang dari 20 tahun mengalami sedikit penurunan. Tingkat pendidikan perempuan, status pekerjaan perempuan, tingkat pendidikan suami, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan faktor determinan berpengaruh terhadap pendewasaan usia pernikahan. Temuan pada penelitian ini adalah akses media dan peran pengambilan keputusan yang protektif. Perempuan yang tetap bersekolah dengan program pendewasaan usia perkawinan melalui teman sebaya berperan penting dalam menunda usia pernikahan, selain itu paparan media terutama media sosial merupakan media yang paling efektif untuk memberikan informasi tentang penundaan usia pernikahan pada perempuan. Kata kunci: Pernikahan dini, usia pernikahan, wanita menikah, pendidikan ABSTRACT Name : Khobir Abdul Karim Taufiqurahman Study Program : Biostatistics Title : Trends and Determinants Maturity of Age of Marriage in Married Women Aged 15-24 in Indonesia (Data Analysis of 2007, 2012 and 2017) Counsellor : Dr. drs. Tris Eryando M. A. Early marriage is always related to reproductive health in women. Pregnancy and childbirth complications are the main causes of death in girls aged 15-19 years. This study aims to determine the determinants associated with marriage age in married women aged 15-24 years in Indonesia in 2017. This study is a descriptive analytic type research with cross-sectional design. The sample of this study was married women aged 15-24 years in Indonesia in 2007, 2012 and 2017. The analysis used in this study was univariable and multivariable analysis using multiple logistic regression. The results of this study indicate that the median trend of first marriage age is an increase from three years of IDHS data and the percentage of age of first marriage less than 20 years has decreased slightly. Women's education level, women's occupational status, husband's education level, and education level of the head of the household are the determinant factors influencing the age of marriage. The findings in this study are media access and the role of protective decision making. Women who continue to go to school with a marriage age maturity program through peers play an important role in delaying the age of marriage, besides exposure to the media, especially social media, is the most effective media for providing information about delaying marriage to women. Key words: Early marriage, marriage age, married woman, education
Read More
T-5780
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
