Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31463 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Santoso Budiarjo, Rudy Joegijantoro, M.N. Lisan Sediawan
JIKMH Vol.02, No.02
Malang : Stikes Widyagama Husada, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Made Widiartha; Pembimbing: I Made Djaja
T-77
Jakarta : FKM UI, 1984
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rafiah Maharani; Pemb. Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Rina Hasriana, Didik Supriyono
Abstrak:

ABSTRAK Gangguan pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi/balita. Pembakaran batu kapur yang terletak di Desa Tamansari Kabupaten Karawang gangguan pernapasan masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit yang diderita oleh bayi/balita. Partikel debu dari proses pembakaran batu kapur merupakan salah satu pencemar terhadap udara lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi PM10 dalam rumah yang berdampak buruk pada masalah gangguan pernapasan penghuni rumah termasuk bayi dan balita yang sangat rentan terhadap bahan pencemar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara konsentrasi PM10 dalam rumah dengan gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Penelitian ini menggunakan rancangan studi crosssectional dengan besar sampel 130 bayi/balita. Data PM10 dan variabel lainnya dikumpulkan melalui pengukuran, interview dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan gangguan pernapasan pada bayi/balita adalah PM10 dalam rumah (4,92; 2,25-10,74), ventilasi (2,62; 1,18-5,79), jenis dinding (2,33; 1,10-4,95), kelembaban (2,35; 1,10-5,04), suhu (2,44; 1,15-5,18), asap rokok (5,40; 1,74-16,75), dan pendidikan ibu (2,86; 1,16-7,07) dengan kejadian gangguan pernapasan. Disimpulkan bahwa Kelompok yang berisiko ( konsentrasi PM10 > 70 μg/m3) 13,42 kali berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko (konsentrasi PM10 ≤ 70 μg/m3).


 

ABSTRACT Respiratory disease is a health problem that often occur on infants/young children. Limestone combustion located around the village of Tamansari, Karawang District and respiratory disease still tops the list of 10 diseases suffered by infants/young children. Dust particles from the process of limestone combustion is one of the environmental air pollutants that affect indoor PM10 concentration. This can adversely affect the respiratory disease inside the household, including infants/young children who are vulnerable to pollutants. The purpose of this study was to analyze the relationship between the indoor PM10 concentration and respiratory diseases in infants/young children. Study design was cross-sectional, conducted on 130 infants/young children. PM10 and data of other variables collected through measurement, interviews and observation. The results showed that the variables significantly associated with respiratory diseases in infants/young children are indoor PM10 (4.92; 2.25-10.74), ventilation (2.62; 1.18-5.79), type of wall (2.33; 1.10-4.95), humidity (2.35; 1.10-5.04), temperature (2.44; 1.15-5.18), smoking family members (5.40 ; 1.74-16.75), maternal education (2.86; 1.16-7.07) with the occurrence of respiratory disease. Risk analysis shows that at-risk group (PM10 concentrations>70 μg/m3) are 13,42 times have the risk experiencing respiratory disorders than the non-risk group (PM10 concentrations ≤ 70 μg/m3).

Read More
T-3859
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Laksmono Widagdo
MSK Vol.10, No.2
Depok : LP UI, 2006
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Debit Bagas Kamal Gumilang; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Fatma Lestari, Trisnajaya
Abstrak: Sektor informal di Indonesia menyerap begitu banyak tenaga kerja dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari sektor informal. Usaha mikro pembuatan batu bata diketahui membutuhkan tenaga fisik yang besar dan bekerja di lingkungan yang tidak ideal. Postur janggal, udara tercemar oleh asap karbon, terik matahari dan kebiasaan merokok menjadi ancaman para pengrajin batu bata selama bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor informal khususnya usaha mikro. Implementasi K3 diukur dari hasil observasi di lapangan, ditunjang dengan kuesioner untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku K3 para pengrajin batu bata (n=60), kuesioner Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) untuk melihat gambaran keluhan gangguan otot rangka pada pengrajin batu bata dan wawancara dengan instansi pemerintah untuk memvalidasi hasil observasi dan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku pengrajin batu bata terkait K3 masih rendah dan tidak adanya Pos UKK di Desa Panggisari. Keluhan gangguan otot rangka terbanyak ada pada bagian punggung bawah (91,6%), bahu (71,7%) dan punggung atas (71,7%). Instansi pemerintah memiliki kendala dan keterbatasan dalam mendukung berjalannya implementasi K3 yang baik di sektor usah mikro. Perlu adanya komitmen kuat untuk menjalankan K3 baik dari pengrajin batu bata maupun dari pemerintah
Read More
S-10108
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diah Ratri Ningrum; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Heryudarini Harahap, Kusharisupeni Djokosujono
S-4144
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Berita Epidemiologi, Desember 1992, hal. 12-24. ( ket. ada di bendel 1989 - 1992 )
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Luxi Riajuni Pasaribu
JKR Vol.5, No.3
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agustina; Pembimbing: Milla Herdayati
S-2454
Depok : FKM UI, 2001
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadiya Nurul Huda; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: ABSTRAK Pekerja pengrajin batu bata berisiko terhadap dampak kesehatan akibat pajanan Particulate Matter (PM2,5) yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bata dan proses pencetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko pajanan PM2,5 di udara ambien pada pekerja batu bata di Kecamatan Taktakan Serang Banten. Penelitin ini menggunakan data primer dengan subyek penelitian sebanyak 73 pekerja dan sampel lingkungan dari 9 titik menggunakan alat Haz-dust EPAM 5000. Data disajikan secara univariat dan risiko kesehatan dihitung dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan yang menghasilkan nilai intake pajanan yang diterima individu perhari, berdarkan konsentrasi PM2,5, pola pajanan, dan karakteristik antropometri berupa berat badan. Responden pada penelitian ini memiliki nilia median berat badan 56,85 Kg, dan nilai median laju inhlasi sebesar 0,6 mg/m3 lebih rendah dari nilai default EPA untuk berat badan 70 kg dan laju inhalasi 0,83 mg/m3.. Nilai median waktu pajanan untuk proses pencetakan 8 jam/hari dan 18jam/hari untuk proses pembakaran. Pekerja mulai berisiko (RQ≥1) pada proses pencetakan setelah durasi pajananan 25 tahun dengan konsentrasi rata-rata sebesar 58,7 μg/m3 sedangkan untuk proses pembakaran pekerja mulai ditemukan berisiko (RQ≥1) setelah durasi 20 tahun dengan konsentrasi rata-rata 418,5 μg/m3, dengan demikian manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi waktu pajanan pencetakan menjadi 7,2 jam/hari dan waktu pembakaran menjadi 13 jam/hari. Kata kunci: Analisis risiko kesehatan lingkungan, batu bata, dan PM2,5 Clay brick industry worker are at risk for the health effect to exposure PM2,5, resulting from combustion and forming process. This study aimed to estimate the risk of PM2,5 exposure in ambient air to clay brick industry worker in Kecamatan Taktakan Serang Banten. This study used primary data of 73 worker and environment sampel was measured from 9 site with Haz dust EPAM 5000. Univariate data were present and health risk was calculated using environmental health risk assessment method that generates value of individual exposure intake per day. Exposure intake was calculated based on PM2,5 concentration, individual exposure patterns, and anthropometric value for body weight. responden in this study have 56,85 kg median of body weight, and 0,6 m3 median of inhalation rate. These are lower than EPA default value for 70 kg of body weight and 0,83 mg/m3 inhalation rate. Exposure time for forming process in median is 8 hours/day and 18 hours/day for combustion process. Health risk appear (RQ≥1) in forming process after 25 years exposure time with mean concentration 58,7 μg/m3 and in combustion health risk appear (RQ≥1) after 20 years exposure time with mean concentration 418,5 μg/m3. Risk management needed base on this finding is by limited worker exposure time in forming process to 7,2 hour/day and 13 hour/day in combustion process. Key words: Health risk assessment, clay brick, and PM2,5
Read More
S-9730
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive