Ditemukan 19822 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Qomariyatus Sholihah, Ratna Setyaningrum, M. Trisetya Hadi Saputra
JPKMI Vol.1, No.1
Banjarbaru : FK Universitas Lambung Mangkurat - IAKMI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Riyaldi; Pembimbing: Izhar M. Fihir; Penguji: Hendra, Istiati Suraningsih, Adenan
T-3908
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Retno Utari; Pembimbing: Sudijanto Kamso
S-2509
Depok : FKM UI, 2002
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Evelina Hotma Baringin Tiurma Panggabean; Pembimbing : Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra; Mila
Tejamaya, Masjuli, Elsye as Safira
Abstrak:
Gangguan fungsi pendengaran pada pekerja industri merupakan penyakit akibat kerja yang sampai saat ini masih ada dijumpai. Gangguan fungsi pendengaran ini disebabkan oleh pajanan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pajanan bising yang diterima dan fungsi pendengaran pada pekerja di PT.X. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yaitu meneliti sekaligus variable independen, variable dependen dan variabel perancunya usia, masa kerja, merokok, penyakit HT, penyakit DM, Kebiasaan mendengar bising, pajanan vibrasi dalam waktu bersamaan. Analisis data adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat, bivariat dan multivariat. Didapatkan gambaran pajanan bising yang diterima pekerja > 85 dBA sebanyak 28 orang dan 11 diantaranya menderita gangguan fungsi pendengaran dan variable pajanan bising efektif, umur dan vibrasi memberi pengaruh terjadinya gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di PT.X. Kata kunci : Pajanan bising, Gangguan fungsi pendengaran.
Read More
T-4824
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Maj. Kedokteran Indonesia (MKI), Vol.50, No.3, Maret. 2000: hal. 153-157
[s.l.] :
[s.n.] :
s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Putri Ayuni Alayyannur; Promotor: Doni Hikmat Ramdhan; Kopromotor: L. Meily Widjaja, Tri Martiana; Penguji: Laila Fitria, Mila Tejamaya, Robiana Modjo, Iting Shofwati
Abstrak:
Read More
Pendahuluan: Pajanan panas pekerjaan sebagai salah satu faktor risiko indikasi gangguan fungsi ginjal di berbagai studi. Nelayan dan pekerja pemindang termasuk pekerja berisiko terpajan panas. Studi ini akan mengembangkan model kontribusi pajanan panas pekerjaan pada indikasi gangguan fungsi ginjal pada pekerja di sektor perikanan Jawa Timur. Metode: Desain penelitian ini adalah cross sectional pada pekerja sektor perikanan Kabupaten Lamongan di Desember 2022-Februari 2023. Besar sampel 150 nelayan dan pemindang yang didapat dengan rumus uji hipotesis untuk proporsi populasi tunggal. Variabel yang diteliti meliputi faktor personal (usia, jenis kelamin, penyakit komorbid, antropometri, konsumsi obat. waktu istirahat, konsumsi air putih, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman bersoda, konsumsi minuman berenergi, konsumsi kopi, konsumsi teh, konsumsi legen, dan konsumsi tuak), faktor pekerjaan (jenis pekerjaaan, masa kerja, beban kerja, dan pakaian kerja), faktor iklim (temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin), pajanan panas, tekanan panas, dan indikasi gangguan fungsi ginjal (eGFR CKD-EPI dan uKIM-1). Pengumpulan data menggunakan sampel urin, sampel darah, heat stress monitor, sphygmomanometer, oximeter, microtoise, timbangan badan, dan kuesioner. Analisis data bivariat menggunakan t-test sampel independen dan uji ChiSquare, sedangkan uji multivariat menggunakan cox regression. Hasil: Usia, konsumsi air putih, konsumsi teh, jenis pekerjaan, masa kerja, beban kerja (%CVL), pakaian kerja, tekanan panas, dan dehidrasi (BJU) berhubungan dengan indikasi gangguan fungsi ginjal eGFR (CKD-EPI). Konsumsi air putih, konsumsi minuman manis, dan beban kerja (observasi) berhubungan dengan indikasi gangguan fungsi ginjal uKIM-1 . Model yang terbentuk adalah HeGFR(t) = h0 (t) exp (0,393 pajanan panas pekerjaan + 0,551 konsumsi air putih + 0,339 konsumsi kopi + 1,446 beban kerja (%CVL) + 0,865 pakaian kerja) Kesimpulan: pajanan panas pekerjaan merupakan faktor risiko terjadinya indikasi gangguan fungsi ginjal eGFR (CKD-EPI), dengan turut mempertimbangkan faktor yang lain yaitu konsumsi air putih, konsumsi kopi, beban kerja (%CVL), dan pakaian kerja. Oleh karena itu, perlu aktivasi Pos UKK untuk memberdayakan pekerja dalam melakukan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Introduction: Occupational heat exposure can pose a significant risk to workers' health, especially regarding their kidney function. Studies have shown fishermen and pemindang workers are particularly vulnerable to heat exposure. To address this issue, a study is being conducted to develop a model that examines the impact of occupational heat exposure on kidney function in workers within the East Java fisheries sector. Method: This research design is cross-sectional among fisheries sector workers in Lamongan District in December 2022 to February 2023. The sample size is 150 fishermen and pemindang was obtained using the hypothesis testing formula for a single population proportion. The variables studied included personal factors (age, gender, comorbid diseases, anthropometry, drug consumption, rest time, water consumption, consumption of sweet drinks, consumption of fizzy drinks, consumption of energy drinks, consumption of coffee, consumption of tea, consumption of legumes, and consumption of palm wine), work factors (type of work, length of work, workload, and work clothing), climate factors (temperature, humidity, and wind speed), heat exposure, heat stress, and indications of impaired kidney function (eGFR CKD-EPI and uKIM-1). Data collection uses urine samples, blood samples, heat stress monitor, sphygmomanometer, oximeter, microtoise, body weighing, and questionnaires. Bivariate data analysis uses the independent samples t-test and Chi-Square test, while the multivariate test uses cox regression. Results: Age, water consumption, tea consumption, type of work, years of work, workload (%CVL), work clothing, heat stress, and dehydration (BJU) were associated with indications of impaired kidney function eGFR (CKD-EPI). Water consumption, consumption of sweet drinks, and workload (observation) are associated with indications of impaired uKIM-1 kidney function. The model formed is HeGFR(t) = h0 (t) exp (0.393 occupational heat exposure + 0.551 water consumption + 0.339 coffee consumption + 1.446 workload (%CVL) + 0.865 work clothes) Conclusion: occupational heat exposure is a risk factor for indications of impaired kidney function eGFR (CKD-EPI), taking into account other factors, namely water consumption, coffee consumption, workload (%CVL), and work clothing. Therefore, it is necessary to activate the Pos UKK to empower workers to carry out occupational safety and health activities.
D-498
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tiara Dhesi Anggraeni; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Abdur Rahman
Abstrak:
Permukiman Nelayan Kali Adem Muara Angke berlokasi di tepian Perairan Teluk Jakarta yang telahtercemar Kadmium. Masyarakat disana terbiasa mengonsumsi ikan yang berasal dari Pasar Ikan GrosirMuara Angke, dimana pasokan ikan yang dijual berasal dari Perairan Teluk Jakarta dan sebagian dari PantaiUtara Pulau Jawa. Pengonsumsian ikan dari perairan yang tercemar berisiko menimbulkan gangguankesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pajanan Kadmium daripengonsumsikan ketiga jenis ikan yaitu ikan kembung, ikan tongkol dan ikan bandeng, pada masyarakat diPermukiman Nelayan Kali Adem melalui pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan (Chronic Daily Intake) Kadmium melalui ikan yaitu sebesar9 x 10-5 mg/kg/hari, dengan laju asupan (R) sebesar 153,3 gram/hari, frekuensi pajanan (fE) selama 312hari/tahun, durasi pajanan (Dt) selama 26 tahun dan rata-rata berat badan (Wb) sebesar 59 kg. Hasilperhitungan tingkat risiko (RQ) pada pajanan real time untuk jenis ikan kembung, ikan tongkol dan ikanbandeng berturut-turut sebesar 0,070; 0,012; 0,006. Pada estimasi pajanan 10 tahun sebesar 0,097; 0,017;0,008. Pada estimasi pajanan 20 tahun sebesar 0,124; 0,022; 0,011. Dan untuk estimasi pajanan 30 tahunsebesar 0,152; 0,027; 0,013. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Permukiman Nelayan KaliAdem Muara Angke secara populasi belum memiliki risiko dan masih aman dari timbulnya gangguankesehatan nonkarsinogenik akibat pajanan Kadmium dari pengonsumsian ikan untuk pajanan saat inihingga estimasi 30 tahun mendatang, dengan asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan dantidak memperhitungkan pajanan Kadmium dari sumber lain.kata kunci : analisis risiko kesehatan lingkungan; ikan; kadmium; muara angke; pencemaran air laut
Kali Adem Muara Angke Fisherman Community located on the shores of Jakarta Bay which have beenpolluted by Cadmium. The community always eats fish from Pasar Ikan Grosir Muara Angke, where thesupplies of fish are from Jakarta Bay and partly from North Coast of Java Island. The consumptions ofcontaminated fish would pose a risk of health problems. This study aimed to determine the level of riskexposure to Cadmium at Kali Adem Muara Angke Fisherman Community through Environmental HealthRisk Analysis (EHRA) approach. The results showed that the intake (Chronic Daily Intake) of Cadmiumin fish at 9 x 10-5 mg/kg/hari, with the fish intake rate of 153,3 gram/day, frequency of exposure at 312days/year, duration of exposure for 26 years and the average body weight of 59 kg. The results of riskquotient (RQ) analysis for real time exposure in kembung fish, tongkol fish and bandeng fish are 0,070;0,012; 0,006. For 10 years exposure estimation, the results of risk quotient (RQ) are 0,097; 0,017; 0,008.For 20 years exposure estimation are 0,124; 0,022; 0,011. And for the 30 years exposure estimation are0,152; 0,027; 0,013. The results showed that the fisherman community, do not have risks and still safe fromthe noncarcinogenic health risk at this time to 30 years ahead, based on the assumption that Cadmiumexposure comes from fish only and do not take into the Cadmium exposure from the other sources.keywords : cadmium; environmental health risk assessment; fish; muara angke; sea water contamination.
Read More
Kali Adem Muara Angke Fisherman Community located on the shores of Jakarta Bay which have beenpolluted by Cadmium. The community always eats fish from Pasar Ikan Grosir Muara Angke, where thesupplies of fish are from Jakarta Bay and partly from North Coast of Java Island. The consumptions ofcontaminated fish would pose a risk of health problems. This study aimed to determine the level of riskexposure to Cadmium at Kali Adem Muara Angke Fisherman Community through Environmental HealthRisk Analysis (EHRA) approach. The results showed that the intake (Chronic Daily Intake) of Cadmiumin fish at 9 x 10-5 mg/kg/hari, with the fish intake rate of 153,3 gram/day, frequency of exposure at 312days/year, duration of exposure for 26 years and the average body weight of 59 kg. The results of riskquotient (RQ) analysis for real time exposure in kembung fish, tongkol fish and bandeng fish are 0,070;0,012; 0,006. For 10 years exposure estimation, the results of risk quotient (RQ) are 0,097; 0,017; 0,008.For 20 years exposure estimation are 0,124; 0,022; 0,011. And for the 30 years exposure estimation are0,152; 0,027; 0,013. The results showed that the fisherman community, do not have risks and still safe fromthe noncarcinogenic health risk at this time to 30 years ahead, based on the assumption that Cadmiumexposure comes from fish only and do not take into the Cadmium exposure from the other sources.keywords : cadmium; environmental health risk assessment; fish; muara angke; sea water contamination.
S-10498
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ida Bagus Nyoman Banjar; Pembimbing: Ascobat Gani, Ede Surya Darmawan; Penguji: Sandi Iljanto, Togi Asman S, Sutrisno
T-2307
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dilla Utari Nalmi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Diah Wati Soetojo
Abstrak:
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang tingkat risiko kesehatan pada nelayan Muara Angke akibat pajanan merkuri dari konsumsi ikan hasil tangkapan di Teluk Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian analisis risiko kesehatan lingkungan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya penguatan regulasi tentang buangan limbah industri terutama merkuri dan dilakukan screening biomarker pajanan merkuri pada nelayan Muara Angke yang mengkonsumsi ikan hasil tangkapan di Teluk Jakarta. Kata kunci: Analisis risiko kesehatan, pajanan merkuri, nelayan ABSTRACT The focus of this study is the level of health risk to Muara Angke fishermen due to mercury exposure from fish consumption in Jakarta Bay. This research is an environmental health risk analysis research with descriptive design. The results suggest that there is a need to strengthen the regulation on industrial waste disposal, especially mercury and biomarker screening of mercury exposure to Muara Angke fishermen who consume fish catches in Jakarta Bay. Key words: Health risks, mercury exposure, fisherman
Read More
S-9800
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Andi Fildza Rafiza; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Dewi Susanna, Agus Sudarman
Abstrak:
Kebisingan merupakan risiko kerja yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen, salah satu nya adalah kebisingan dari kegiatan konstruksi di Dok kapal. Dok kapal memiliki kegiatan perbaikan dan pembuatan kapal yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi dan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran yang terjadi pada pekerja lapangan di Dok kapal Tanjung Priok tahun 2019. Desain studi yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan subjek pekerja lapangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari galangan II terdiri dari bagian produksi, fasilitas galangan, dan QHSE. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 responden dan 31 titik kebisingan. Hasil analisa bivariat menghasilkan hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran dengan p value 0,02, OR=5,44, dan CI 95%=1,263- 23,464. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa pekerja yang terpajan kebisingan memiliki risiko 21 kali terkena gangguan pendengaran dibandingkan yang tidak terpajan setelah di kontrol variabel riwayat penyakit telinga dan usia. Temuan ini menyarankan untuk adanya pengendalian kebisingan dengan eliminasi alat kerja yang menimbulkan bising, melakukan penanaman pohon untuk mereduksi kebisingan, kontrol administrasi dengan melakukan rotasi kerja dan kegiatan edukasi pada pekerja bahaya kebisingan
Read More
S-10121
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
