Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34704 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
T-952
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1769
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Resna Elni; Pembimbing: Buchari Lapau; Penguji: Syofyan Saad, Aminuddi Rasyad, Tri Yunis Miko Wahyono
T-1127
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alibbirwin; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo
T-1128
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Puhilan; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Renti Mahkota, Sunardi, Regina TS
Abstrak:

Abstrak

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk.Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) merupakan salah satu program pencegahan filariasis.Cakupan Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis dari tahun 2005-2009 berkisar antara 28% -59,48%. Persentase kasus klinis yang ditatalaksana berkisar antara 17%- 40%. Pencapaian ini belum mencapai target yang ditetapkan oleh WHO (85%).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis di 32 Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectionaldengan pendekatan data ekologi. Penelitian ini dilaksanakan terhadap Kabupaten/kota di Indonesia yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filarisis. Berdasarkan laporan pemeriksaan mikrofilaria dalam darah hasil dari Subdit Pencegahan Filariasis dan Kecacingan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012 terhadap kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filariasis selama lima tahun yang diberikan sekali dalam setahun. Analisis data menggunakan cox regression.

Hasil analisis diperoleh prevalensi kabupaten/kota cakupan pemberian obat kategori tinggi sebesar 85% dan berhasil dilakukan pemberantasan sebanyak 22 kabupaten/kota. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis sebesar 2,04 kali (PR = 2,04; 1,019-4,05), hasil uji multivariat menunjukkan cakupan pemberian obat massal kategori tinggi berpeluang berhasil dalam pemberantasan filariasis sebesar 1,591 kali (PR = 1,591; 0,561-4,512) setelah dikontrol variabel tingkat pendidikan dan sex ratio. Dengan melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis yang diberikan satu tahun sekali selama lima tahun berturut-turut maka eliminasi filariasis di Indonesia dapat tercapai.


Filariasis (elephantiasis) is achronic infectious disease caused byfilarial worms and transmitted by mosquitoes. Mass Drug Administration Program (MDAP) is one of filariasis prevention programs. Filariasis Mass Drug Administration Program (MDAP) Coverage from 2005-2009 ranged from 28% - 59.48%. Percentage of clinical cases are administered ranged from 17% -40%. This achievement has not reached the assigned target by the WHO (85%0.

This study aims to determine the relationship coverage of mass drug administration against the success of the prevention of filariasis in Indonesia in 2012. This study was using a cross sectional design with ecological data approach. This study was conducted to district / city in Indonesia that have implemented Mass Drug Administration (MDA) filarisis prevention which is based on inspection reports of microfilariae in the blood in the districts / cities that have implemented preventive filariasis Mass Drug Administration for five years, given once a year. Data obtained from the Filariasis Prevention and Worm Sub Directorate - Directorate of Animal Disease Control Sourced , Directorate General of Disease Control and Enviromental Health, Ministry of Health in 2012. Data analysis using cox regression.

Results of analysis, the prevalence of the district/city high coverage of drug categories by 85% and successfull in preventing 22 districts/cities. This study showed that there are correlation of Mass Drug Administration against the success of filariasis prevention of 2.04 times(PR =2:04; 1.019 to 4.05), test showing the coverage of Mass Drug Administration likely to succeed in the high category for the prevention of filariasis 1,591 times (PR =1,591;0.561 to 4.512) after controlling variable level of education and sex ratio. By doing preventive filariasis Mass Drug Administration give nonce a year for five years regularly then the elimination of filariasis in Indonesia can be achieved.

Read More
T-3910
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lara Rizka; Pembimbing : Syahrizal Syarif; Penguji: Irawati, Anies
Abstrak: Sesuai anjuran WHO dan UNICEF, salah satu kunci utama untuk meningkatkan tingkat kesehatan anak di Indonesia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif tanpa makanan tambahan selama 6 bulan. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan prelakteal, terutama susu formula, dapat berpengaruh buruk pada durasi dan eksklusifitas pemberian ASI.
 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal bagi bayi di Indonesia dengan analisis lanjutan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Metode penelitian disesuaikan dengan metode Riskesdas 2010, yakni kros seksional, dengan total sampel 5562 Ibu di Indonesia yang memiliki anak terakhir berusia 0-23 bulan pada saat dilakukan wawancara.
 
Prevalensi pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal untuk bayi di Indonesia sebesar 34,1%. Pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal berhubungan dengan pekerjaan ibu PR 1,1 (p-value 0,03), pendidikan ibu PR 1,4 (p-value <0,001), jumlah anak yang dimiliki PR 1,2 (<0,001), pengeluaran keluarga 1,3 (p-value <0,001), dan tempat tinggal 1,3 (p-value <0,001), usia kehamilan PR 1,4 (p-value <0,001), jenis persalinan PR 1,5 (p-value <0,001), berat badan lahir PR 1,3 (p-value 0,003), dan komplikasi persalinan PR 1,1 (p-value <0,001), jenis tempat persalinan PR 1,5 (p-value <0,001) dan penolong persalinan PR 2,1 (p-value <0,001).
 
Perlu dilakukan pencerdasan bagi tenaga kesehatan agar tidak mendukung pemberian susu formula sebelum bayi mendapatkan ASI dan tenaga kesehatan diharapkan lebih mendukung ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, para ibu juga perlu dibekali pengetahuan mengenai menyusui sebagai hak ibu dan anak, sehingga pemberian makanan prelakteal berupa susu formula dapat dicegah.
 

As recommended by WHO and UNICEF, key to improving the health of children in Indonesia is exclusive breastfeeding is with no additional food for 6 months. Various studies have shown that prelacteal feeding , especially infant formula, may adversely affect the duration and exclusivity of breastfeeding.
 
This study aims to determine the risk factors associated with formula feeding as food for infants in Indonesia prelakteal with further analysis of the data of Health Research (Riskesdas) 2010. Research method is adapted to the method Riskesdas 2010, which is cross-sectional, with a total sample of 5562 mother in Indonesia, who has the last child aged 0-23 months at the time of the interview.
 
The prevalence of formula feeding as prelacteal food for infants in Indonesia is 34.1%. Formula feeding as food prelakteal is associated with maternal occupational PR 1.1 (p-value 0.03), maternal education PR 1.4 (p-value <0.001), the number of children who owned PR 1.2 (<0.001), family expenses 1.3 (p-value <0.001), and shelter 1.3 (p-value <0.001), gestational age PR 1.4 (p-value <0.001), type of delivery PR 1.5 (p-value <0.001), birth weight PR 1.3 (p-value 0.003), and complications of childbirth PR 1.1 (p-value <0.001), type of delivery place PR 1.5 (p-value <0.001) and childbirth helper PR 2.1 (p-value <0.001).
 
Need to empower health professionals to not support formula feeding before the baby is getting milk and more health professionals are expected to be able to support mothers to breastfeed exclusively for 6 months. Furthermore, mothers need to know that breastfeeding is mother and baby’s right. So, formula feeding as prelacteal food can be prevented.
Read More
S-7860
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sjamsul Ariffin; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono
T-1041
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive