Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 35212 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Adolfina Pirade; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah
T-1100
Depok : FKM UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Akhmad Yuliansyah; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Anwar Hassan, Felly Philipus Senewe, Sulistyo
T-2475
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rita Amaliah; Pembimbing: Renti Mahkota, Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Ratna Djuwita, Rudi Ruhdiat
Abstrak:

TB paru merupakan masalah di Indonesia. Data Riskesdas 2010 menunjukkan, prevalensi TB Paru 2009/2010 sebesar 725/100.000 penduduk. Evaluasi hasil dilihat dengan angka konversi pada akhir pengobatan fase intensif sebesar 80%. Masalah utama kegagalan konversi adalah komponen perilaku penderita TB paru yaitu keterlambatan diagnosis dan tidak selesainya pengobatan yang berakibat resistensi ganda OAT. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, populasi sebanyak 1.305 adalah penderita TB paru pengobatan fase intensif tahun 2010 yang tercatat di formulir TB 01 puskesmas di Kabupaten Bekasi. Sampel diambil sebanyak 170 penderita, dikelompokkan menjadi gagal konversi sebanyak 200 penderita dan konversi sebanyak 1.105 penderita. Setiap kelompok diambil masing-masing 85 penderita. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Metode analisis data dengan uji Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan responden tidak teratur minum obat lebih besar yang mengalami kegagalan konversi (74,1%) dibandingkan yang konversi (46,4%). Hasil uji Chi square ada hubungan yang bermakna antara keteraturan minum obat, sikap terhadap keteraturan minum obat, pengetahuan tentang TB, penyuluhan kesehatan, efek samping obat, dan status gizi dengan kegagalan konversi. Hasil uji statistik dengan regresi logistik menunjukkan faktor paling berhubungan dengan kegagalan konversi adalah status gizi OR: 4,705: 95% CI: 2,143-10,332. Status gizi penderita TB paru perlu ditingkatkan sebagai upaya bersama dengan pemberian OAT.


 

Pulmonary TB is a problem in Indonesia. Riskesdas 2010, the prevalence of pulmonary TB 2009/2010 for 725/100.000 population. Evaluation results conversion rate at the end of the intensive phase of treatment by 80%. The main problem is the conversion of a component failure behavior of patients with pulmonary TB is not the completion of delayed diagnosis and resulting treatment dual resistance OAT. Design study are casecontrol study. Population of 1305 patients with pulmonary TB is an intensive phase of treatment in 2010 are recorded in the TB form 01 health centers in the district of Bekasi. Samples were taken 170 patients, classified as many as 200 patients failed to convert and convert as many as 1.105 people. Each group of 85 patients taken at random. Data were collected by interview using a questionnaire. Methods of data analysis with chi square tests and logistic regression. The results showed respondents do not regularly drink more drugs that have failed conversion (74.1%) compared to the conversion (46.4%). Chi square test results there was a significant association between the regularity of drug taking, attitudes toward medication order, knowledge of TB, health education, medication side effects, and nutritional status with conversion failure. The results of statistical tests with logistic regression showed factors associated with failure of the conversion is the nutritional status OR: 4,705: 95% CI: 2,143-10,332. Nutritional status of patients with pulmonary TB needs to be improved as a joint effort with the provision of OAT.

Read More
T-3678
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jajat Hidajat; Pembimbing: Bambang Sutrisna
T-852
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mahindra; Pembimbing: Nasrin Kodim
S-3320
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Pujiati; Pembimbing: Lukman Hakim Tarigan; Penguji: Ratna Djuwita, Nurhayati Prihartono, Purwadi, Sulistyo
Abstrak:

Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar yang sedang dihadapi Indonesia, karena jumlah penderitanya menduduki urutan ketiga di dunia. Pengobatan yang dimulai segera merupakan tindakan yang penting dalam program penanganan TBC yang efektif. Keterlambatan pengobatan TBC atau ketidaktepatan waktu memulai pengobatan oleh penderita TBC setelah didiagnosis BTA positif dapat menyebabkan keparahan dan kematian penderita TBC, memperpanjang transmisi dan dapat meperluas penyebaran penyakit ke komunitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi ketidaktepatan waktu memulai pengobatan oleh penderita TBC paru setelah didiagnosis BTA positif, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan tersebut. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang, dilakukan dari 1 Januari 2007 ? 23 Desember 2008 di Kecamatan Ciracas. Ketidaktepatan berdasarkan form TB 01 dari penderita TBC paru baru BTA positif yang teregistrasi di Puskesmas Kecamatan Ciracas dan Puskesmas Kelurahan Ciracas. Ketidaktepatan didefinisikan sebagai waktu pengambilan OAT oleh penderita dalam atau lebih dari 1 (satu) hari, yang dihitung dari tanggal hasil pemeriksaan dahak akhir sampai pertama kali mengambil OAT. Faktor risiko yang berhubungan dengan ketidaktepatan tersebut dianalisis dari perspektif penderita yang diperoleh melalui wawancara penderita dengan kuisioner terstruktur. Untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan bermakna secara statistik digunakan metoda statistik regresi logistik. Sejumlah 286 penderita TBC paru baru BTA positif (165 orang pria dan 121 orang wanita) telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari penelitian didapatkan 57,7% yang mengalami ketidaktepatan, dengan rata-rata dan median waktu ketidaktepatan berturut-turut 3,29 hari dan 2 hari. Tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, akses ke Pelayanan kesehatan, anggapan pasien terhadap penyakit dan pengetahuan tentang TBC dengan ketidaktepatan. Dengan analisis multivariat diperoleh faktor socioekonomi dan anjuran berobat merupakan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan ketidaktepatan. Dari penelitian ini disimpulkan terdapat 57,7% penderita TBC paru baru BTA positif yang memulai pengobatan dalam atau lebih dari 1 hari setelah pemeriksaan dahak dan faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut adalah sosioekonomi dan anjuran berobat.


Tuberculosis (TB) disease remains a major public health problem in Indonesia, which is the third highest burden of TB globally. Immediate initiation of treatment are essential for an effective tuberculosis (TB) control program. A delay of TB treatment commencement is significant to both disease prognosis at individual level and transmission within the community. The objective of this study was to determine the proportion of TB patients who had delayed in treatment commencement after diagnosis, and to analyze the factors affecting the delay. A Cross sectional study was conducted from 1 January 2007 to 23 December 2008 in Ciracas district. The study was based on TB 01 form of registered patients in Primary health center of Ciracas district and Ciracas sub district. A delayed treatment was defined as time interval between diagnosis and start of DOTS treatment attained within or more than 1 days. Associated risk factors of treatment delay was analyzed from patient perspective. Patients were interviewed using a structured questionnaire. Logistics regression analysis was applied to analyze the risk factors of the delay. A total of 286 newly smear positive diagnosed pulmonary TB patients (165 males and 121 females) participated in this study. Approximately 57.7% of patients were treated within and more than 1 days after sputum diagnosed. The mean and median delayed treatment were 3.29 days and 2 days, respectively. No significant association was found between delayed treatment and sex, age, education, occupation, access to Primary health center, perceived of disease and TB knowledge. However, using the multivariate analysis, socio-economic and treatment advice were significant risk factors for delayed treatment. To sum up, there are 57.7% newly smear positive diagnosed pulmonary TB patients who treated within and more than 1 days after sputum diagnosed. Socio-economic and treatment advice were the associated risk factors.

Read More
T-3300
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eko Sanova; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono
S-3965
Depok : FKM-UI, 2004
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abstrak: Penyakit tuberkulosis paru adalah merupakan penyakit menular yang bersifat kronis dan memiliki dampak sosial yang cukup besar. Penularannya melalui hubungan yang lama dan akrab, karena itu kontak serumah dengan penderita TB paru diduga merupakan risiko yang tinggi untuk terjadinya penularan. Walaupun demikian tidak semua kontak serumah tertular, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penularan penyakit TB paru pada kontak serumah. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten garut dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini diduga 552 kontak serumah dengan penderita TB paru BTA (+). Sampel sebanyak 155 yang terdiri dari 55 penderita TB paru BTA (+) dan 100 bukan penderita TB paru BTA (+) yang dipilih dengan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 1 diantara 2,8 kontak serumah menderita TB paru. Beberapa faktor yang diduga berhubungan adalah: keeratan, lama kontak, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, status gizi dan hygiene sanitasi (p<0,05), dan variabel hygiene sanitasi memiliki hubungan yang paling kuat (POR= 12,30). Dari hasil analisis multivariat ternyata hanya ada 4 variabel utama yang berhubungan yaitu: sanitasi rumah, keeratan, status gizi dan pendidikan, sehingga dapat dikemukakan sebuah model dengan 4 variabel tersebut. Setelah dilakukan penilaian interaksi ditemukan ada 1 interaksi yang bermakna antara status gizi dan sanitasi rumah sehingga dapat dikemukakan sebuah model dengan 4 variabel utama dan 1 variabel interaksi.
Read More
T-1171
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iid Rochendy; Pembimbing: Sujana Jatiputra
T-1233
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulikarmen; Pembimbing: Lukman Hakim Tarigan, Sandi Iljanto
T-1538
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive