Ditemukan 29506 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
R. Harry Ruseno; Pembimbing: Ronnie Rivany; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Prastuti Soewondo, Yus Usman, Sri Rahayu
B-852
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
T-1036
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nelis Fitriah Handayani; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Puput Oktamianti, Suprijanto Rijadi, Takdir MOstavan, Dewi Basmala
Abstrak:
Appendisitis merupakan kasus terbanyak dalam SMF BedahSubspesialistik Bedah Digestif. LOS appendisitis ditemukan memanjang yaituberkisar 3 hingga 9 hari. Tujuan penelitian adalah menentukan determinan LOSpada pasien appendisitis. Penelitian dilakukan pada 75 pasien appendisitis diRSHS, yang menjalani appendektomi emergensi periode Juli sampai denganOktober 2014. Parameter yang dinilai adalah LOS, sedangkan determinan diambilberdasar karakteristik pasien dan karakteristik layanan kesehatan. Hasil ujistatistika menunjukkan tidak didapatkan hubungan pada seluruh determinanberdasar karakteristik pasien, yaitu usia, gender, diagnosa, orientasi dan posisiappendiks, ukuran panjang appendiks, riwayat kunjungan ke sarana kesehatan lainsebelumnya serta keterlambatan berobat dengan LOS yang memanjang lebih dari5 hari. Berdasar karakteristik layanan kesehatan, ditentukan bahwa determinanketerlambatantindakan, waktu pelaksanaan operasi, serta operator tidakberhubungan dengan pemanjangan LOS lebih dari 5 hari. Terdapat hubungandurasi operasi dan komplikasi paska operatif dengan LOS memanjang lebih dari5 hari.Analisa lebih detail memperlihatkan bahwa komplikasi paska operatifdipengaruhi oleh usia dan ukuran panjang appendiks, terdapat juga dugaankomplikasi paska operatif akibat memanjangnya durasi operasi.Sedangkanketerlambatan berobat berhubungan dengan kejadian appendisitis perforata.
Appendicitis were majority in digestive surgery division. We found LOSwere varies ranging from 3 to 9 day, longer than 5 days in most cases. Theobjective is to determine factors contributed to LOS. Ressearch was performed to75 samples whom underwent open emergency appendicectomy taken from july toOctober 2014 at Hasan Sadikin General Hospital Bandung . LOS was thedependent variables. LOS determination were emerged from patientcharacteristics and health care provider characteristics. Statistical test was doneto all data results. The results showed that patient age, gender, diagnose,appendiceal orientation and positioning, length of the appendix, previous visitand pre hospital delay were not contributed to LOS more than 5 days. Emergingfrom health care provider characteristic, in hospital delay, time operation wasperfomed and operator were irrelevant to LOS, otherwise operating theathrretimestamp and post operative complication were found relevant to LOS more than5 days.This study also reveals that patient age and length of the appendixcontributed to the rate of post operative complication, that in turn indirectlycontributing to LOS more than 5 days. Suspicioulys that duration operation maycontribute to post operative complications.Similar study concluded pre hospitaldelay was highly significant predisposing to appendiceal perforation.
Read More
Appendicitis were majority in digestive surgery division. We found LOSwere varies ranging from 3 to 9 day, longer than 5 days in most cases. Theobjective is to determine factors contributed to LOS. Ressearch was performed to75 samples whom underwent open emergency appendicectomy taken from july toOctober 2014 at Hasan Sadikin General Hospital Bandung . LOS was thedependent variables. LOS determination were emerged from patientcharacteristics and health care provider characteristics. Statistical test was doneto all data results. The results showed that patient age, gender, diagnose,appendiceal orientation and positioning, length of the appendix, previous visitand pre hospital delay were not contributed to LOS more than 5 days. Emergingfrom health care provider characteristic, in hospital delay, time operation wasperfomed and operator were irrelevant to LOS, otherwise operating theathrretimestamp and post operative complication were found relevant to LOS more than5 days.This study also reveals that patient age and length of the appendixcontributed to the rate of post operative complication, that in turn indirectlycontributing to LOS more than 5 days. Suspicioulys that duration operation maycontribute to post operative complications.Similar study concluded pre hospitaldelay was highly significant predisposing to appendiceal perforation.
B-1689
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tb. Rachmat Sentika; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Suprijanto Rijadi, Ridwan Zahdi Sjaaf, Adi Muslihudin, Bagus Mulyadi
Abstrak:
Persepsi dan pengalaman Kepala SMF terhadap perubahan UPF menjadi SMF di RSHS, merupakan informasi yang relevan untuk digali sebagai masukan guna memperbaiki pelaksanaan kebijaksanaan. Informasi ini terasa penting, karena kebijakan perubahan UPF menjadi SMF berdasarkan S.K. Menkes 983/92, merupakan hal baru dalam rangka penyesuaian organisasi RSHS agar memiliki daya saing organisasi maupun individu dalam menghadapi perubahan lingkungan. strategis seperti globalisasi, liberalisasi jasa kesehatan, beralihnya rumah sakit dari orientasi sosial ke orientasi bisnis, berubahnya RSHS menjadi Rumah Sakit Swadana, dan dijadikannya RSHS sebagai Pusat Rujukan Kesehatan Jawa Barat, serta dijadikannya RSHS sebagai Rumah Sakit Umum Pendidikan Percontohan di Indonesia. Dalam masalah penelitian, pelaksanaan perubahan UPF menjadi SMF dirasakan sangat sentralistik dan kurang menggali masukan dari bawah. Informasi dari Kepala SMF tentang hal-hal tersebut belum digali secara baik. Untuk itu, perlu informasi sebagai umpan balik pengambil keputusan dalam memperkaya atau memperbaiki pedoman organisasi rumah sakit menurut S.K. Menkes 983/92 maupun petunjuk Dirjen Yanmed 811/93. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan studi kasus perubahan UPF menjadi SMF di RSHS dengan subyek penelitian seluruh Kepala SMF di lingkungan RSHS, khususnya persepsi Kepala SMF terhadap perubahan UPF menjadi SMF dan berkaitan dengan beberapa topik utama, seperti Kejelasan Informasi ; Kejelasan Materi.; Komunikasi ; Dampak yang Terjadi dan Harapan-harapan Kepala SMF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mengetahui perubahan UPF menjadi SMF, tetapi kurang menguasai materi lengkap dari perubahan tersebut, sehingga secara formal perubahan UPF menjadi SMF telah berjalan, dan secara konseptual sangat baik. Hal ini dikarenakan ada pembagian fungsi yang jelas antara SMF dan Instalasi. Akan tetapi, secara operasional belum berjalan lancar, karena belum terkomunikasikan dengan baik, Instalasi belum berfungsi optimal, dan Kepala SMF masih berorientasi sebagai Kepala UPF. Selanjutnya, mayoritas responden menyatakan bahwa sosialisasi perlu ditingkatkan, Depkes dan Depdikbud segera membuat kaji ulang untuk menyusun organisasi RSU Pendidikan yang berorientasi pada peningkatan mutu, pemberian otonomi lebih Iuas di tingkat bawah, khususnya menterpadukan SMF, Bagian, dan Instalasi.
Read More
B-191
Depok : FKM UI, 1997
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dudi Abdul Rozak; Pembimbing: Rokiah Kusumapraja
B-460
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
B-524
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Didah Rosidah; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Amila Megraini, Wahyu Sulistiadi, Yuli Prapancha Satar
B-966
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sri Iwaningsih; Pembimbing: Purnawan Junadi
B-421
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eka Yuliartiningsih; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Jaslis Ilyas, Khafifah Any, Ahmad Hijazi
Abstrak:
ABSTRAK Nama : Eka Yuliartiningsih NPM : 1706005256 Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit Judul : Analisis Kebutuhan Dokter Spesialis Pelayanan Medik Spesialis Dasar Berdasarkan Beban Kerja di RSUD Petala Bumi 2019 Situasi ketenagaan Dokter Spesialis Pelayanan Medik Spesialis Dasar di RSUD Petala Bumi mengalami kesenjangan, sehingga terdapat keluhan baik dari pasien karena pembatasan pelayanan, keluhan dari dokter karena beban kerja yang banyak, dan adanya konflik antara manajemen dan dokter. Sehingga diperlukan analisis kebutuhan dokter spesialis pelayanan medik spesialis dasar berdasarkan beban kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif (mixed methods), yang menghasilkan data kualitatif berupa aktifitas yang dilakukan oleh dokter spesialis, serta menghasilkan data kuantitatif berupa perhitungan kebutuhan jumlah tenaga. Aktifitas dokter dicatat menggunakan teknik time motion study, perhitungan kebutuhan jumlah tenaga dokter menggunakan metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan tenaga dokter spesialis pelayanan medik spesialis dasar berdasarkan beban kerja di RSUD Petala Bumi masing-masing adalah 4 orang untuk dokter spesialis penyakit dalam, 3 orang untuk dokter spesialis anak, 2 orang untuk dokter spesialis obstetri ginekologi dan 3 orang untuk dokter spesialis bedah. Sebagai kesimpulan penelitian ini adalah perbandingan situasi ketenagaan dan jumlah kebutuhan dokter spesialis pelayanan medik spesialis dasar di RSUD Petala Bumi mengalami kesenjangan berupa kekurangan tenaga pada Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Anak, dan Dokter Spesialis Bedah, serta kelebihan tenaga pada Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi. Kata kunci : Dokter Spesialis, beban kerja, time motion study, ABK Kes ABSTRACT Name : Eka Yuliartiningsih NPM : 1706005256 Study Program : Hospital Administration Study Title : Analysis of Needs of Basic Spesialist Medical Services Doctors Based on Workload at RSUD Petala Bumi 2019 The situation of the staff of the Basic Specialist Medical Services Doctors in RSUD Petala Bumi experienced a gap, so that there were complaints from both patients due to service restrictions, complaints from doctors because of the large workload, and the existence of conflicts between management and doctors. So that it is necessary to analyze the needs of basic specialist medical service doctors based on workload. The research method used is a combination of qualitative and quantitative research (mixed methods), which produces qualitative data in the form of activities carried out by specialist doctors, and produces quantitative data in the form of calculation of the amount of needed. Doctor activities are recorded using a time motion study technique, calculation of the need for the number of doctors using the Health Workload Analysis method. The results showed that the number of basic medical specialist services doctors based on workload in Petala Bumi Hospital was 4 people for internal medicine specialists, 3 for pediatricians, 2 for gynecology obstetricians and 3 for surgeon. In conclusion, the comparison of the workforce situation and the number of needs of basic specialist medical service doctors in Petala Bumi Hospital experiencing gaps in the form of lack of needs for internal medicine specialists, pediatricians and surgeon, excess needs for gynecological obstetricians Keywords: Specialist Doctors, workload, time motion study, Health Workload Analysis methode.
Read More
B-2114
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gerald Parulian Sitompul; Pembimbing: Amal C. Sjaaf; Penguji: Amila Megraini, Purnawan Junadi, Sontang Simamora
B-1080
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
