Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39236 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yudi Handradika; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Mila Tejamaya, Budiawan, Heni D. Mayawati, Elsye As Safira
Abstrak: Pekerja di lapangan migas, khususnya di lepas pantai memiliki risiko yangtinggi terhadap pajanan BTX di area kerja. Pajanan bersumber dari aktifitas yanglangsung bersentuhan dengan uap dan gas hidrokarbon yang sifatnya mudahmenguap pada suhu kamar (Volatile organic compounds - VOC) sehinggamemungkinkan terhisap oleh para pekerja dan menimbulkan efek kesehatan.Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dankarsinogenik dari Pajanan BTX terhadap pekerja lepas pantai beserta manajemenrisiko yang harus dilakukan. Penelitian ini merupakan studi potong lintangmenggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yangmeliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisispajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel berupa 95 orang pekerja tetap diperusahaan hulu migas X. Data penelitian diperoleh melalui wawancara danpengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupandengan dosis referensi BTX. Sebagai pembanding (control) dilakukan jugaperhitungan terhadap 7 orang pekerja lepas pantai yang bekerja hanya di kantor(office). Hasil penelitian menunjukkan risiko pajanan benzene non karsinogenikharus diwaspadai bagi pekerja lepas pantai dimana dari perhitungan diketahuinilai RQ (Risk Quotient) yang lebih dari satu baik untuk pajanan realtime (ada21,05% pekerja) maupun pajanan lifetime (61,05% pekerja). Sementara untukrisiko pajanan non karsinogenik dari toluene dan xylene termasuk rendah. Iniditunjukkan dari hasil perhitungan RQ untuk realtime maupun lifetime yangsemuanya (100%) bernilai kurang dari satu (RQ <1). Untuk risiko kesehatanpajanan karsinogenik benzene, diperoleh bahwa 20% pekerja lepas pantaimemiliki efek karsinogenik pada pajanan realtime dan 60% pekerja pada pajananlifetime. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan manajemen risiko terhadap pajanansenyawa benzene di lingkungan kerja lepas pantai, agar pekerja terhindar daririsiko kesehatan baik risiko nonkarsinogenik dan risiko karsinogenik jangkapanjang.
Kata kunci:Analisis Risiko, BTX, Pekerja Lepas Pantai
This research has objective to predict carsinogenic and non carcinogeniceffect of BTX exposure to offshore workers and the risk management required. Itis cross sectional study which utilize the environmental health risk assessmentapproach. Sample consists of 95 offshore workers in upstream oil and gascompany X. research data is compiled from direct interview and companymeasurement data. As a control, 7 administrative workers are involved incalculation. The result of this research is non carcinogenic exposure of benzenemust become a high concern which has risk quotient - RQ 21.05% at realtimeexposure and 61.05% at lifetime exposure. There is little risk related to tolueneand xylene. Its respectively RQ is lower than 1 for both of them. For carcinogenichealth risk of benzene, 20% of offshore workers and 60% of offshore workers hascarcinogenic effect to their health risk.It can be concluded that risk management isrequired for being applied in order to minimize the benzene health effect tooffshore workers.
Keyword: Risk Analysis, BTX, Offshore worker.
Read More
T-4438
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhamad Yasin; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Fatma Lestari, Indri Hapsari Susilowati, Masjuli, Made Sudarta
Abstrak: Kecelakaan besar dalam industri minyak dan gas bumi meskipun relatif jarang terjadi namun sering bersifat katastropik, yang menyebabkan kematian pada pekerja dalam jumlah besar, kerusakan aset perusahaan yang bernilai tinggi dan pencemaran lingkungan. Meskipun penyebabkan utama kecelakaan sering disebabkan oleh faktor manusia, namun kegagalan manajemen tanggap darurat dalam menangani kecelakaan, memberikan kontribusi besar yang menyebabkan kecelakaan lebih parah dan kerugian semakin besar. Kesiapan manajemen tanggap darurat pada operasi hulu minyak dan gas mutlak diperlukan dalam upaya mempersiapkan penanganan setiap kecelakaan dan kondisi darurat. Dalam upaya untuk terus menjaga tingkat kesiapan dan efektifitas manajemen tanggap darurat secara regular perlu dilakukan proses evaluasi.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan melakukan evaluasi sistem sistem manajemen tanggap darurat di perusahaan hulu minyak dan gas yang beroperasi di laut dalam, dengan ketentuan pada National Fire Protection Association (NFPA) 1600 edisi 2013.

Major accidents in the oil and gas industry is relatively rare, but it was cause catastrophic incident which lead fatality, assets and environmental loss. Although major of cause is human factors, but the failure of emergency management is part of major contribution that cause increasing severe of accidents and loss. The readiness of emergency management in upstream oil and gas operations is important to response emergencies. In order to continue maintain the level of readiness and effectiveness of emergency management, it is necessary to perform evaluation on regular basis.
In this paper the authors conducted research to evaluate emergency management system in the upstream oil and gas company that located in the depth water area, with the requirement from the National Fire Protection Association (NFPA) 1600, 2013 edition.
Read More
T-4520
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henry V. Matakupan; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Masjuli, Wifandi Raymond T. Purba
Abstrak: Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.
Kata Kunci: gangguan pendengaran, pajanan kebisingan, usia, masa kerja, pekerja industri

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss.
Keywords: hearing loss, noise exposure, age, years of service, industry workers
Read More
T-5489
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amirullah; Pembimbing: L. Meily, Kurniawidjaja; Penguji: Zulkifli, Djunaidi, Kasyunnil, Kamal, Yuni Kusminanti
T-3041
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuniria Mukmin; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Fatma Lestari, Laksita Ri Hastiti, Dodi Suryadi, Meddy Harjanto
Abstrak:
PT. X merupakan fasilitas proses pengolahan hidrokarbon minyak dan gas di anjungan lepas pantai yang berlokasi di Pulau Jawa. Fasilitas pengolahan hidrokarbon minyak dan gas di PT. X merupakan fasilitas sumur anjungan yang mengandung gas bertekanan tinggi dan berada di area yang sangat dekat dengan pemukiman dan jalur pelayaran umum. Keadaan tidak terkontrol seperti kebakaran, ledakan atau kebocoran dapat menyebabkan terjadinya bahaya serius pada keselamatan manusia dan hilangnya aset. Hal ini dapat memberikan dampak yang besar baik bagi fasilitas PT. X beserta keberlangsungan bisnis. Oleh karena itu, penting untuk perusahaan melakukan analisis Layers of Protection yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan terutama major incidents.Tujuan dari studi ini adalah menentukan besar risiko yang terjadi akibat kegagalan Safety instrumented function (SIF) di anjungan lepas pantai PT.X berdasarkan skenario kegagalan yang telah diidentifikasi dan bagaimana evaluasi risiko terhadap Safety Instrumented Level (SIL) node Gas compressor dan KO drum pada pengolahan minyak dan gas PT.X tahun 2022. Metode Layers of Protection Analysis (LOPA) digunakan untuk Menghitung SIL dan menentukan apakah diperlukan Independent Protection Layers (IPL) tambahan untuk mencapai Risk Tolerance Criteria (RTC) dari PT.X. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 2 safety instrumented function (TSHH gas compressor dan LSHH KO drum) yang memiliki nilai SIL 1 yang berarti bahwa diperlukan penambahan IPL pada kedua SIF tersebut untuk mencapai RTC PT.X.

PT. X is an oil and gas hydrocarbon processing facility on an offshore platform located in Java Island. PT. X facility is a well and processing platform facility that contains high pressure gas and is located in a close area to residential areas and public shipping lanes. Uncontrolled circumstances such as fire, explosion or oil spill can cause serious harm to human safety and loss of assets. This can have a big impact on PT. X facilities and business continuity. Therefore, it is important for the company to conduct analysis regarding layers of protection that can prevent accidents, especially major incidents. The purpose of this study is to determine the risk that occurs due to the failure of the Safety Instrumented Function (SIF) on the PT.X offshore platform based on the SIF failure scenario that has been identified and also to perform risk evaluation of its Safety Instrumented Level (SIL) in node Gas Compressor and KO drum at oil and gas processing facility. Layers of Protection Analysis (LOPA) method is used to calculate SIL and determine whether additional Independent Protection Layers (IPL) are required to achieve PT.X's Risk Tolerance Criteria (RTC). The results show that there are 2 safety instrumented functions (TSHH gas compressor and LSHH KO drum) which have SIL value of 1 which means that it is necessary to add IPL to both SIFs to achieve PT.X RTC.
Read More
T-6482
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cahyo Hardo Priyoasmoro; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Mufti Wirawan, Achmad Dahlan, Ivan Fadlun Azmy
Abstrak:

Resiko bekerja di perusahaan migas PT X yang berlokasi di offshore Natuna adalah relatif tinggi. Sepanjang tahun 2018 – 2023 terjadi fluktuasi kecelakaan kerja di PT. X. Bahkan setelah dua tahun (tahun 2020 dan 2019) tidak terjadi kecelakaan kerja untuk kategori recordable injury (kasus di atas FAC), di tahun 2021 terjadi lagi 3 kasus (1 RWDC dan 2 MTC) dan di tahun 2022 terjadi 4 kasus (1 LWDC, 1 RWDC, dan 2 MTC). Di tahun 2023 terjadi 1 kasus (1 RWDC). Korban kecelakaan kerja di tahun 2021 didominasi oleh pekerja kontrak dan pekerja tetap sedangkan kecelakaan kerja di tahun 2022 dan 2023 semuanya terjadi pada pekerja kontrak. Sebagian besar kecelakaan yang terjadi penyebab langsungnya adalah unsafe acts. Sampai saat ini belum ada analisis menyeluruh dari data investigasi kecelakaan-kecelakaan yang telah dilakukan PT X untuk mendapatkan faktor-faktor penyebab dasar dari semua kecelakaan tersebut. Dengan demikian, penelitian perlu dilakukan, dan karena berhubungan dengan human factor, maka pada penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja tersebut dengan metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS). Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kecelakaan kerja di PT X antara tahun 2018 – 2023 dengan metode HFACS. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Data sekunder yang digunakan berupa rekaman kejadian kecelakaan dan laporan investigasi atas 41 kecelakaan di PT X. Data sekunder tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai dengan empat (4) tahapan kegagalan di metode HFACS, yaitu unsafe acts, precondition of unsafe acts, unsafe supervision, dan organizational influence. Pengklasifikasian ini divalidasi oleh dua ahli keselamatan kerja, di mana hasil validasinya relatif tinggi (96%). Hasil: Hasil penelitian menjelaskan bahwa faktor-faktor HFACS yang mempengaruhi kecelakaan terbesar berturut-turut adalah adverse mental state (51,2%), skill-based error (39%), routine violations (34,1%), dan tools/technological dan resource management (masing-masing 31,7%). Kemudian disusul oleh decision error (29,3%), inadequate supervision (22%), failed to correct problem dan organizational process masing-masing (17,1%), lalu supervisory violation dan organizational climate masing-masing (9,8%). Kesimpulan: Faktor-faktor HFACS yang memengaruhi kecelakaan kerja di PT X dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan program K3 perusahaan guna menurunkan angka kecelakaan dengan memprioritaskannya pada faktor HFACS yang bersifat latent failure baru kemudian pada faktor active failure-nya, karena latent failure - jika diperbaiki- akan menjadi kunci untuk mencegah berulangnya kecelakaan.


The risks of working for the PT X , an oil and gas company located offshore Natuna are relatively high. Throughout 2018 – 2023 there were fluctuations in work accidents at PT. X. Even after two years (2020 and 2019) there was no work accident for the recordable injury category (cases above FAC), in 2021 there were 3 cases (1 RWDC and 2 MTC) and in 2022 there were 4 cases (1 LWDC, 1 RWDC, and 2 MTC). In 2023 there was 1 case (1 RWDC). Work accident victims in 2021 are dominated by contract workers and permanent workers, while work accidents in 2022 and 2023 all occur in contract workers. Most of the accidents that occur are directly caused by unsafe acts. Until now there has been no comprehensive analysis of accident investigation data that has been carried out by PT X to obtain the basic causal factors of all these accidents. Thus, research needs to be carried out, and because it is related to human factors, this research will analyze the factors that cause work accidents using the Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) method. Objective: Analyzing the factors that influence work accidents at PT X between 2018 – 2023 using the HFACS method. Method: This research is descriptive analytical research with a qualitative approach. The secondary data used is in the form of recordings of accidents and investigation reports on 41 accidents at PT X . This classification was validated by two occupational safety experts, where the validation results were relatively high (96%). Results: The research results explain that the HFACS factors that influence the biggest accidents are adverse mental state (51.2%), skill-based errors (39%), routine violations (34.1%), and tools/technological and resources, respectively. management (31.7% each). Then followed by decision errors (29.3%), inadequate supervision (22%), failed to correct problems and organizational processes respectively (17.1%), then supervisory violations and organizational climate respectively (9.8%). Conclusion: The HFACS factors that influence work accidents in PT X can be used as input for improving the company's H&S program to reduce the number of accidents by prioritizing the HFACS factors which are latent failures and then the active failure factors, because latent failures - if corrected - will become key to preventing recurrence of accidents.

Read More
T-6952
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jeanita Haldy ; Pembimbing: L. Meily; Penguji: Robiana Modjo, Zulkifli Djunaidi, Dewi Rahayu, Selamat Riyadi
Abstrak:
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6%  dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5%  tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8%  shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.


Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers.
Read More
T-7046
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ridha Syalli Adha; Pembimbing: L. Meily; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Mila Tejamaya, Sudi Astono, Hanny Harjulianti
Abstrak:
Berat badan berlebih merupakan pintu gerbang berbagai penyakit dan angkanya terus meningkat. Penelitian ini membahas faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan berlebih pada pekerja Perusahaan minyak dan gas bumi di laut jawa tahun 2024. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode mixed method – sequencial explanatory design. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 105 orang. Variabel dependen penelitian yaitu berat badan berlebih dan variabel independen terdiri atas jenis kelamin, usia, kondisi psikologis, akses informasi kesehatan, akses makanan/minuman sehat, akses makanan/minuman tidak sehat, pola makan, aktivitas fisik, waktu tidur, perilaku menetap, lokasi kerja, dan shift kerja. Hasil penelitian menyebutkan 63% pekerja mengalami kondisi berat badan berlebih dimana 17% nya obesitas. Berdasarkan hasil analisis, akses informasi kesehatan dan pola makan memiliki hubungan signifikan dengan berat badan berlebih, pola makan merupakan faktor risiko dominan penyebab berat badan berlebih dengan OR 9. Perusahaan diharapkan dapat menyusun program kesehatan untuk pekerja terutama untuk menangani kejadian berat badan berlebih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat variabel lain yang belum diteliti yang mungkin berhubungan dengan berat badan berlebih.

Overweight is a gateway to various diseases, and its prevalence continues to rise. This study examines the risk factors associated with the occurrence of overweight among oil and gas company workers in the Java Sea in 2024. The study employs a cross-sectional design with a mixed-method sequential explanatory approach. A total of 105 respondents participated in the study. The dependent variable is overweight, while the independent variables include gender, age, psychological condition, access to health information, access to healthy food/drinks, access to unhealthy food/drinks, eating patterns, physical activity, sleep duration, sedentary behavior, work location, and work shift. The results indicated that 63% of workers experienced excess weight, with 17% being obese. Analysis revealed that access to health information and eating patterns have a significant relationship with excess weight, with eating patterns being the dominant risk factor (OR 9). It is recommended that the company develop health programs for workers, particularly to address the issue of excess weight. Future research should explore other variables that may be related to excess weight.
Read More
T-7071
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adji Swandito; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Mila Tejamaya, Heny D. Mayawati, Budiawan, Elsye As Safira
Abstrak: Pekerja kontraktor bahan kimia di perusahaan minyak dan gas bumi PT. XYZ merupakan populasi berisiko terhadap pajanan Benzena disebabkan oleh aktifitas dan kondisi lingkungan kerja yang memungkinkan terpajan oleh uap Benzena. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik disertai dengan analisis kemungkinan ketidaknormalan kadar darah akibat pajanan Benzena, untuk kemudian ditentukan manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian merupakan studi potong lintang dilakukan terhadap seluruh pekerja kontraktor bahan kimia di PT. XYZ yang berjumlah 22 orang ditambah dengan 22 orang sebagai pembanding dipilih dari karyawan perusahaan PT. XYZ pada lokasi yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi pekerja bahan kimia di PT. XYZ berisiko terhadap pajanan Benzena nonkarsinogenik (RQ = 1,7442) dan karsinogenik (ECR = 1,76 x 10-4) pada durasi pajanan lifetime. Diketahui hubungan yang bermakna antara pajanan Benzena terhadap normalitas kadar hemoglobin (p = 0,015) dan eritrosit (p = 0,000). Risiko ketidaknormalan kadar hemoglobin dan eritrosit berturut-turut pada populasi terpajan adalah 6,92 kali (95% CI:1,28?37,29) dan 21,53 kali (95% CI:4,46?103,90) dibandingkan populasi tidak terpajan. Selain itu juga diketahui hubungan yang signifikan antara kenaikan jumlah asupan Benzena terhadap penurunan kadar haemoglobin (rs = -0,433; p = 0,044) dan eritrosit (rs = -0,474; p = 0,026).
Disimpulkan bahwa risiko kesehatan nonkarsinogenik dan karsinogenik akibat pajanan Benzena pada populasi pekerja bahan kimia di perusahaan minyak dan gas PT. XYZ akan terjadi pada durasi pajanan lifetime. Terdapat hubungan antara pajanan Benzena dengan ketidaknormalan hemoglobin dan eritrosit.

Chemical contractor worker at the oil and gas company PT. XYZ is a population at risk to Benzene exposure due to its activities and work environment condition that possibly exposed by Benzene vapour. This research is aimed to estimate noncarsinogenic and carsinogenic risk level, complemented with blood counts abnormality analysisdue to Benzene exposure, then determining risk management shall be done. The research is cross sectional study was done to all chemical contractor worker at PT. XYZ, consist of 22 person, and additional 22 person as a control was selected from employee of PT. XYZ working at the same location. The research yield that chemical worker population at PT. XYZ is at risk to the noncarsinogenic (RQ = 1.7442) and carsinogenic (ECR = 1.76 x 10-4) Benzene exposure at the lifetime exposure duration.
Its known that there is a correlation between Benzene exposure with normality of haemoglobin (p = 0.015) and erythrocytes (p = 0.000). The risk of abnormality haemoglobin and erythrocytes counts is 6.92 times (95% CI:1.28?37.29) dan 21.53 times (95% CI:4.46?103.90) respectively compare to the non exposed population. In addition, its identified that there is a significant correlation between increased Benzene intake to the haemoglobin (rs = -0.433; p = 0.044) and erythrocytes (rs = -0.474; p = 0.026) counts reduction.
In summary noncarcinogenic and carcinogenic health risk due to Benzene exposure in the population of chemical worker at the oil and gas company PT. XYZ will occure at the lifetime exposure duration. There is a correlation between Benzene exposure with abnormality of haemoglobin and erythrocytes.
Read More
T-4436
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oksen Pariangan; Pembimbing: Zulkifli Djunaid; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Mufti Wirawan, Erwan Saiful, Purwadi
Abstrak:
Bahaya psikososial berpengaruh terhadap kesehatan kerja melalui persepsi dan pengalaman yang dialami pekerja. Bahaya psikososial tak hanya berkaitan dari individu pekerja, melainkan konteks pekerjaan, sosial dan perusahaan atau organisasinya. Peneliti melihat bagaimana tingkat risiko psikososial yang dihadapi oleh para pekerja di sektor migas dengan menggunakan HSE Management Standard Indicator Tool dari HSE UK yan bertujuan untuk menghasilkan gambaran sesuai dengan tingkatan dan kategori, yaitu demand, control, manager support, peer support, relationship, role, dan change. Penelitian berhasil mendapatkan 63 responden pengisi kuesioner dengan sebelumnya menggunakan pendekatan rumus besar sampel jenuh dari data sekunder dan secara umum, gambaran kondisi psikososial di PT X berada pada level 4.

Psychososial hazards affect occupational health through perceptions and experiences experienced by workers. Psychososial hazards are not only related to individual workers, but also to the work, sosial and corporate context or organization. Researchers see how the level of psychososial risk faced by workers in the oil and gas sector by using the HSE Management Standard Indicator Tool from HSE UK which aims to produce a picture according to levels and categories, namely demand, control, manager support, peer support, relationship, role, and change. The study succeeded in getting 63 respondents to fill out the questionnaire by previously using a saturated sample size formula approach from secondary data and in general, the description of psychososial conditions at PT X was at level 4..
Read More
T-6550
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive